. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 07 Oktober 2014

Canting Elektrik Buatan Widi Kini Makin Diminati Pembatik

Terinspirasi dari kesulitan banyak anak muda memakai canting tradisional saat belajar membatik di sebuah karang taruna di Surabaya, Jawa Timur, mengilhaminya membuat cantik alias canting elektrik pada November 2009. Kini, setelah dimodifikasi sedemikian rupa, canting elektronik berlabel Swanata yang artinya pemuda yang bisa menata diri sendiri ini mulai diminati banyak orang, khususnya pembatik. 

“Memakai canting tradisional apalagi bagi pembatik pemula tetesan malam atau lilin cairnya itu sangat sulit dikendalikan, sampai merusak desain dan bikin boros malam,” aku Widiyanto, sang pencipta canting elektrik kepada Travelplusindonesia, saat tengah melakukan workshop membatik bersama dalam rangkaian Lomba Cipta Seni Batik Nusantara 2014 yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), di Taman Budaya Jawa Tengah, Solo, Kamis (2/10). 

Menurut Widi, begitu biasa dia disapa, penemuannya pertama kali terpublikasi sewaktu dia mengikuti Lomba Kreativitas Pemuda di Surabaya tahun 2009 yang diselenggarakan Kemenpora. Ketika itu dia mengambil kategori wirausaha batik sehingga canting elektrik termasuk di dalamnya. 

Saat itulah cantingnya itu menarik banyak orang, termasuk para pejabat pemerintah. “Mereka menyarankan penemuan baru yang unik ini harus segera dipatenkan. Dari situ, juga atas desakan teman-teman akhirnya saya putuskan untuk dipatenkan pada 2009,” terang perajin batik dan canting elektrik ini. 

Widi mengurus hak paten canting elektriknya itu ke Kemhumham setempat. Semua syarat, tata cara, dan prosedurnya dilengkapi termasuk membayar biaya pendaftaran hak paten sebesar Rp 600.000 waktu itu. Setahun kemudian, hak patennya baru keluar. “Namun di sertifikatnya tertera tahun pendaftarannya yakni tahun 2009,” terangnya. 

Awalnya canting elektrik Widi, terbuat dari bahan alumunium suplemen sebagai penampung malam-nya. Tangkai atau gagangnya dari kayu bekas apa saja sebagai pegangan dan penahan panas. 

Kini penampung atau tabung malamnya terbuat dari pipa tembaga dengan pengerjaan yang lebih halus, mengingat pipa tembaga itu sangat efektif untuk panas. Tangkainya tetap dari kayu yang lebih bagus penampilan atau kemasannya dan tidak mengurangi fungsinya sebagai penahan panas dan pegangan. 

Penampungnya selain menampung malam padat yang dipanaskan langsung di situ hingga mencair berkapisitas 400 gram. “Cara memasukkannya, malam dipotong-potong kecil atau sebesar kelereng. Jadi jangan terlalu besar biar cairannya tidak meluber,” ujarnya. 

Kompor atau pemanas malamnya menyatu dalam canting elektrik ini. Kalau canting tradisional memakai kompor biasa dengan bahan bakar. Selain bau dan berasap juga mudah menyebabkan kebakaran lantaran apinya bisa membakar malamnya, karena malamnya terlalu panas. 

Sementara pemanas canting elektrik digantikan dengan pemanas dari listrik. “Alat elektronik untuk pemanas atau dimmer-nya masih beli, belum buat sendiri. Harga satuannya Rp 75.000,” aku ayah beranak dua ini. 

Canting elektriknya pun kini sudah dilengkapi dengan saringan sehingga kotoran nyangkut di saringan. Mata cantingnya semula dari pipa kecil berdiameter 4 mm, yang diruncingkan ujungnya tapi berlubang dan ada katupnya oleh tukang bubut. “Prinsip kerja sistem katup di ujung mata canting ini seperti rafido atau tip-X. Sewaktu kita angkat dia menutup atau buntu supaya malamnya tidak keluar atau menetes. Pada saat ditempelkan ke permukaan kain, katupnya akan naik sehingga malamnya bisa keluar,” jelas Widi. 

Dari ide membuat canting elektrik sampai akhirnya jadi, memakan waktu kurang lebih 1 sampai dengan 3 bulan. “Sejak penemuan sampai akhir November 2014 ada sekitar 1000 lebih cantik elektrik yang diproduksinya. “Produksi kami terbatas, masih skala mikro,” ujar sarjana hukum Universitas Yos Sudarso Surabaya ini. 

Menurut pria kelahiran Semarang, 21 Maret 1983 yang kini menetap di Surabaya ini, biaya produksi untuk satu cantingnya baik bahan dan jasa sekitar Rp 125.000. Sedangkan harga jualnya Rp 175.000 per set yang terdiri dari 2 mata cantik ukuran kecil dan besar. “Jadi ujung mata cantingnya bisa diganti-ganti, terangnya. 

Dibanding dengan cantik tradisional yang harganya berkisar antara Rp 6.000 sampai dengan Rp 15.000 per item, jelas harga canting elektrik Widi termasuk mahal. Widi tidak menampik soal itu. Menurutnya proses pembuatan dan bahannya yang membuat harga cantingnya tinggi. “Ada bagian-bagian tertentu yang dikerjakan tukang bubut, tukang spesialis logam, dan perakitan. Jadi ada tiga bagian produksi, tidak satu tempat. Jadi wajar kalau harganya mahal,” jelasnya. 

Alasan lainnya, canting elektrik memberi pelayanan kemudahan bagi para pembatik pemula maupun yang sudah mahir. “Dengan harga itu, saya ingin orang kita menghargai ide atas penemuan baru. Jadi saya paksa harus mengikuti harga saya itu,” terangnya.

Kelebihan Canting Elektrik
Kata Widi banyak kelebihan yang dimiliki cantingnya ini. “Pertama efektivitas, bisa menggunakan listrik dalam hal ini arus kuat atau AC. Kedua, tetesan malam dapat dikendalikan, efisien bahan malamnya, juga, dan ketiga kecepatan belajar nyanting bagi pembatik awam atau baru,” ujarnya.  

Sekadar uji coba perbedaan waktu mengunakan canting tradisional dengan canting elektrik, menurutnya tergantung ketrampilan orang yang memegang canting tersebut. “Tapi kalau sama-sama orang awam, perbedaan waktunya jauh sekali. Bila memakai skor 1 menit canting eletrik sama saja 3-5 menit canting tradisional. Jadi waktunya lebih efisien,” terangnya. 
 
Widi membenarkan bahwa sejak canting elektriknya merambah ke pasaran, banyak bermunculan canting elektrik lain dengan versi macam-macam. “Kebanyakan bentuk canting elektrik lain yang saya liat di website-website masih persis sekali dengan canting tradisional. Kalau canting elektrik saya, beda sama sekali,” aku pria yang juga bekerja sebagai karyawan lepas general trading di Surabaya ini. 

Widi tidak merasa kehadiran canting-cantik elektrik lain itu hasil plagiat atas ciptaannya. Dia juga tidak takut kalau canting buatannya bakal tergeser. Buktinya sekarang cantik elektrik ciptaannya sudah merambah ke sejumlah daerah di Jawa Timur seperti Malang, Probolinggo, Ponorogo, Kediri, dan Madura. Sedangkan di Jawa Tengah, terutama peminatnya dari Pati. 

Kapasitas produksi cantingnya sebulan baru mencapai 30 set dengan omsetnya per bulan sekitar Rp 4,5 juta. 

Widi melayani pembelian sekalipun 1 item. “Ongkos kirim ditanggung pembeli. Untuk after sales-nya kalau bermasalah sepanjang bisa dihandle lewat telepon bisa dilayani. Kalau tidak bisa, ya harus dikirim ke alamat saya. Ongkos service gratis, cuma biaya kirim ditanggung pengguna,” terangnya. 

Untuk mempermudah pembeli menggunakan cantingnya, di dalam kemasan produknya sudah ada lembaran petunjuk atau brosur cara pemakaian. “Saya juga sudah mengunggah video cara penggunaannya di youtube. Kata kuncinya canting elektronik Surabaya,” paparnya.


Widi memberi nasihat agar cantik elektrik berumur panjang harus rajin dibersihkan. “Minimal satu minggu sekali atau setelah pemakaian. Agar tidak kotor atau buntu. Biasanya ujung mata cantingnya buntu atau mampet,” jelasnya. 

Soal tempat penyimpanan canting ini bisa dimana saja, asal mata cantingnya dilepas. “Setelah nyanting, dimatikan listriknya. Kalau mau dibawa kemana-mana, mata cantingnya dilepas supaya ujungnya tidak bengkok,” ujarnya. 

Selain cantingnya semakin dikenal banyak orang, salah satu yang membuat Widi senang, berkat canting elektriknya ada seorang pelajar SMK 12 Surabaya, namanya Yanuar yang awalnya tidak mau nyanting saat pelajaran membatik, tapi setelah ada canting eklektrik buatannya, pelajar tersebut rajin membatik. “Bahkan dia berprestasi di lomba membatik tingkat Jawa Timur sudah dua kali karena memakai canting elektrik buatan saya,” terangnya. 

Karena itu Widi yang dalam Lomba Cipta Seni Batik Nusantara 2014 berhasil menyabet juara Harapan Dua bersama dengan Yayuk Novitasari (pelajar) lewat karyanya yang berjudul “Selamat Datang Papua” ini, akan mengembangkan terus canting elektriknya termasuk kemasannya agar lebih berkualitas dan berkelas. Dia pun berjanji akan tetap konsen membuat batik khas Surabaya dan ke depan juga bakal serius membuat batik dengan motif-motif dari daerah lain seperti motif khas Papua. 

Sampai saat ini sudah tak terhitung karya batiknya yang dibuat dengan canting elektrik. “Canting elektrik ini sangat membantu sekali,” pungkasnya. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 

Captions
1. Widi dengan canting elektrik ciptaannya. 
2. Inilah canting elektrik Swanata buatan Widi. 
3. Banyak kelebihan membatik dengan canting elektrik.

5 komentar:

Share and Care 30 Agustus 2015 pukul 05.24  

Saa bisa beli cantingnya di mana? Adakah kontak personnya?

Unknown 22 Mei 2016 pukul 00.48  

Mhn Minta no telp n alamatx sy ingin bli

Unknown 26 Juni 2016 pukul 08.18  

Knp tdk dibri no telp ato alamat shg peminat bisa membeli n tdk penasan ingin bli n berkarya mksh mhn info telp ato alamat

lintasbudayakotamalang 20 Februari 2018 pukul 00.47  

Mhn kontak tlpn nya untuk membeli canting tersebut.

Sunsya Group 11 Agustus 2018 pukul 08.09  

Sayang sekali tdk ada kontak dan alamat toko yg jual

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP