. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 29 April 2014

Asyiknya ke Obyek-Obyek Sejarah di Samosir Lewat LASEDA 2014

Belajar sejarah di kelas jelas membosankan. Apalagi cuma mendengar penjelasan guru, membaca buku, lalu disuruh menghapal. Tapi kalau belajar sejarah langsung mendatangi obyek-obyek sejarahnya ditambah dengan serangkaian acara menarik tentu jauh lebih mengasyikan. Itulah yang ditawarkan dalam Lawatan Sejarah Daerah (Laseda) yang digelar Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Banda Aceh. Kegiatan rutin tahunan yang berlangsung sejak 2002 lalu, tahun ini digelar di Pulau Samosir, tepatnya di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. 

“Laseda 2014 merupakan yang ke-13 kali. Berarti sudah ada 13 kabupaten/kota yang menjadi terpilih menjadi lokasi penyelenggaraannya di dua provinsi, Aceh dan Sumut. Tahun lalu Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Tenggara, Provinsi Aceh yang menjadi tempat penyelenggaraan tahun ini,”kata Kepala BPNB Banda Aceh, Irini Dewi Wanti di Samosir, Selasa (29/4).

Lokasi penyelenggaran Laseda, menurutnya memang selalu bergantian di Aceh dan Sumut. “Jika tahun ini di Sumut, tepatnya di Kabupaten Samosir, berarti tahun 2015 nanti di Aceh. Dengan ketentuan tidak ada perubahan dari pusat,” jelasnya. 

Peserta Laseda kali terdiri dari 28 pelajar SMA dari 2 kota dan 2 kabupaten di Aceh yakni dari Kota Banda Aceh, Kota Subulussalam, Kabupaten Aceh Besar, dan Kabupaten Aceh Singkil. Sedangkan pelajar SMA dari Sumut berasal dari 3 kabupaten dan 2 kota yakni Kabupaten Samosir, Toba Samosir, dan Kabupaten Humbang Hasundutan serta Kota Gunung Sitoli, dan Kota Medan. “Selain pelajar SMA, peserta Laseda kali ini juga diikuti 7 orang guru pendamping dari masing-masing SMA serta ditambah dengan budayawan, sejarawan, arkeolog, seniman, perwakilan dari instansi terkait, dan beberapa wartawan yang konsen terhadap budaya,” ujarnya. 

Menurut Irini, tujuan Laseda 2014 yang bertema “Merajut Simpul-Simpul Keindonesian di Tano Batak” ini untuk memberi wawasan nilai-nilai budaya dan peninggalan budaya serta sejarah yang ada di Kabupaten Samosir kepada seluruh peserta agar cakrawala pemahamannya tentang keberagaman sejarah dan budaya negeri ini khususnya yang ada di Kabuputen Samosir menjadi semakin luas.

 “Dengan Laseda, pelajar yang ikut serta memperoleh pelajaran sejarah dan budaya dengan cara yang lebih menarik dan tidak membosankan, antara lain dengan diskusi dan melakukan a trip to histotical sites atau lawatan ke situs-situs sejarah yang ada di Kabupaten Samosir,” jelasnya. 

Sedangkan untuk guru pembimbing yang ikut Laseda 2104 ini, lanjutnya diberikan cara bagaimana mengembangkan pembelajaran sejarah dan pengayaan kurikulum yang berbasis sejarah dan budaya. 

Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Prof. Dr Susanto Zuhdi mengatakan perlu dicari alternatif untuk menarik minat pelajar mendalami pelajaran sejarah dan budaya, salah satunya dengan kegiatan Laseda ini.

Menurut Susanto yang juga penggagas Laseda ini, belajar sejarah dan budaya lewat Laseda akan jauh lebih menarik dan tidak membosankan dibanding hanya mendengar penjelasan guru di kelas. “Belajar sejarah juga bisa lewat lagu. Apalagi diajak jalan-jalan ke obtek-obyek sejarah, tentu lebih menarik dan berkesan,” ungkapnya. 

Pengetahuan sejarah dalam kontek Laseda tahun ini hendak diberi makna sebagai faktor perekat bangsa mengingat sejarah itu merupakan ingatan kolektif. Sebagai ingatan kolektif, sejarah menyuguhkan perjalanan bangsa yang hidup dalam alam penjajahan asing (Belanda dan Jepang) yang masih dikenang. Sebagai kenangan, sejarah pelajaran yang ingin dipetik. “Misalnya dengan mempelajari kepahlawanan lewat pahlawan daerah, seperti pahlawan Sisingamangaraja sebangai pengingat kolektif bangsa,” jelasnya. 


Bupati Samosir Ir. Mangindar Simbolon dalam sambutannya yang dibacakan oleh Staf Ahli Bupati Samosir Bidang SDM, Purnamawan Malau mengatakan pemilihan Kabupaten Samosir sebagai lokasi Laseda 2014 amat tepat mengingat kabupaten yang baru dimekarkan tahun 2013 dari kabupaten induk Toba Samosir ini memiliki banyak deposit wisata yang berbasis budaya dan sejarah selain wisata alam, spiritual, dan agro.

 “Di sini banyak sekali obyek terkait peninggalan sejarah dan budaya Suku Batak seperti makam yang terbuat dari batu, tempat mengadili dan mengeksekusi para kriminal di masa lampau, dan museum tempat penyimpanan benda-benda kuno Suku Batak. 

Sedangkan kesenian Bataknya seperti berbentuk patung yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menari mengikuti irama musik tradisional Gondang dan berbagai atraksi budaya lainnya,” jelasnya sekaligus membuka kegiatan ini. 

Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Samosir, Ombang Siboro pun menambahkan di Kabupaten Samosir masih terdapat warisan sejarah seperti Terusan Tano Ponggol yang dibuat oleh Kolonial Belanda untuk memisahkan Pulau Samosir dengan Pulau Sumatera yang sampai sekarang masih berfungsi. Lalu ada Patung Liberty Malau yakni tugu peringatan perjuangan seorang pejuang angkatan ’45 dari Pulau Samosir yang turut membantu kemerdekaan RI.

“Disamping itu masih ada Batu Hobon, tempat penyimpanan barang pusaka dan Sugulatti yaitu tempat di pegunungan Pusuk Buhit yang diyakini sebagai asal mula orang Batak serta Batu Guru yakni sebuah batu dengan tiga pondasi yang diyakini menjadi slogan orang Batak Dalihan na Talu,” jelasnya.

Nanda Mulya Rosan, pelajar kelas satu SMA Negeri I Ingin Jaya, Aceh Besar mengaku senang terpilih dari sekolahnya mengikuti Laseda 2014 ini. “Saya jadi tahu Danau Toba dan Pulau Samosir serta kesenian dan budaya masyarakatnya. Selama ini saya cuma tahu dari buku, koran, internet dan TV saja. Pokoknya asyik dan seru,” aku Nanda yang juga wakil OSIS di sekolahnya. 

Hal senada juga diutarakan Susanti, pelajar kelas satu SMA Negeri I Kuta Baru, Aceh Besar yang menjadi peserta. Menurutnya dengan Laseda ini dia jadi tahu banyak obyek sejarah dan budaya orang Batak khususnya secara langsung yang menurutnya berbeda dengan budaya orang Aceh yang selama ini dia ketahui. “Pesertanya bukan sekadar jalan-jalan ke obyek wisata khususnya sejarah yang ada di Pulau Samosir tapi juga ditugaskan membuat tulisan essei hasil dari lawatan ini. Yang menarik lagi, saya jadi punya teman-teman baru baik dari Aceh maupun Sumut,” akunya. 

Laseda 2014 berlangsung mulai dari tanggal 28 April sampai dengan 2 Mei 2014. Usai pembukaan, dilanjutkan dengan diskusi bertema “Kesejarahan Batak” dengan menampilkan sejumlah nara sumber berkompeten antara lain Prof. M. Sorimangaraja Sitanggang yang juga merupakan Ketua Golongan Siraja Batak dan pendiri sekaligus Ketua Yayasan Pusuk Buhit. 

Acara menarik lainnya outbound dengan sejumlah fun games untuk membangun kebersamaan dan kerjasama. Tak ketinggalan lawatan ke sejumlah obyek wisata sejarah di Kabupaten Samosir, antara lain ke Batu Hobon, Rumah Si Raja Batak, Perkampungan Batak Sigulanti, dan Hutan Raja atau kampong Ulos. Sedangkan dari sisi budaya, selain menampilkan beberapa kesenian khas Batak, juga ada workshop mengenai tarian Tortor. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
  
Captions: 
1. Kepala BPNB Banda Aceh Irini Dewi Wanti berfoto bersama nara sumber diskusi dalam acara Laseda 2014 di Samosir.

2. Diskusi bertajuk Kesejarahan Batak usai pembukaan Laseda 2014.

3. Peserta mengikuti pembukaan dan diskusi dalam acara Laseda 2014. 

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP