Mari Lari Mengawinkan Pesona Bromo dengan Marathon
Pemandangan Bromo terpampang apik sebagai pembuka. Kemudian terlihat kesibukan persiapan lomba lari hingga lomba itu dimulai. Adegan berikutnya Dhimas Aditya terlihat susah payah berlari di medan menanjak. Nafasnya terengah-engah sampai ia berlutut kecapekan. Tiba-tiba Donny Damara memberikannya sebotol air mineral. Mereka lalu melanjutkan larinya sambil menikmati pesona Bromo yang luar biasa menawan.
Begitulah trailer film “Mari Lari” yang diunggah ke Youtube baru-baru ini. Film profusksi Nation Picture yang disutradarai Delon Tio ini berupaya memadukan pemandangan kawasan Bromo dengan olah raga marathon yang lebih ramah lingkungan.
Nation Picture kepincut menggarap film bertema lari ini tentu bukan tanpa alasan. Rumah produksi ini jeli menangkap pasar, melihat olah raga lari tengah kembali nge-tren belakangan ini. Sebenarnya olah raga murah meriah ini dari dulu sudah banyak peminatnya cuma masih sekadar olahraga. Belakangan ini lari bermetamorfosa menjadi sebuah gaya hidup, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan lainnya.
Ditambah dengan fashion khusus lari yang semakin memikat mulai dari sepatu, kaos, dan celana khusus lari. Serta didukung dengan hadirnya sejumlah public figure terutama artis yang serius menggeluti olah raga satu ini, sebut saja Melanie Putria, Putri Indonesia 2001 yang juga istri dari Angga Puradiredja, vokalis band beraliran jazz Maliq & D'Essentials.
Apalagi baru-baru ini sejumlah lomba lari digelar di Jakarta, mulai dari lomba lari yang serius seperti Jakarta Marathon (JakMar) sampai lomba lari yang bersifat fun seperti The Color Run, Sky Run, Glow Run, dan Run to Remember. Dan tahun ini sejumlah lomba lari juga akan digelar di Jakarta, Bandung, Bali, Gunung Rinjani-Lombok, Gunung Bromo, dan lainnya.
Masyarakat yang senang lari pun semakian banyak, sepereti terlihat saban Minggu pagi di Jalan Sudirman-Thamrin saat car free day. Dan sampai saat ini di Jakarta khususnya, masih banyak orang yang lari mengelilingi gedung stadion Senayan bukan hanya pada Minggu pagi tapi juga tiap sore hingga malam. Kondisi serupa terjadi di kota-kota besar lain seperti Bandung dan lainnya. Intinya. masyarakat tengah kecanduan lari pagi ataupun sore.
Tak heran Nation Picture tergerak memproduksi film tentang dunia olahraga berjudul "Mari Lari". Namun untuk memberi nilai lebih film yang dibintangi sederet pemain muda antara lain Dimas Aditya, Olivia Lubis Jensen, Ibnu Jamil, dan Amanda Zevannya serta pemain senior Donny Damara dan Ira Wibowo ini, pun menawarkan lomba lari sungguhan yang digelar di kawasan berpanorama elok Gunung Bromo, Jawa Timur beberapa waktu lalu. Tentunya juga ditambah kisah cinta di dalamnya.
Bagi Olivia dan Dimas. “Mari Lari” merupakan film pertama mereka yang bergenre sports drama. Untuk mendapatkan peran utama di film ini, baik Dimas dan Olivia diharuskan menyukai olahraga lari marathon mengingat di film tersebut keduanya diharuskan banyak beradegan lari sungguhan. Yang tentunya mengurus stamina mereka. Kendati capek, keduanya mengaku senang karena pemandangan Bromo menjadi pelipur lelah.
Produser Mari Lari dan juga salah satu pendiri komunitas pecinta lari Indorunners, Yasha Chatab mengatakan film yang skenarionya ditulis Ninit Yunita ini dibuat dengan harapan dapat menggugah lebih banyak lagi orang Indonesia dari berbagai kalangan untuk mulai berolahraga dan bergaya hidup lebih sehat.
Kehadiran film Mari Lari menambah rekor Bromo sebagai daerah tujuan wisata yang kerap dijadikan lokasi syuting film layar lebar baik dari dalam maupun luar negeri. Sebelumnya ada film Pasir Berbisik, 5 Cm, dan terakhir film The Philosophers produksi AS yang dibintangi Bonnie Wright dan Freddy Stroma pemeran dalam film Harry Potter dan juga artis Indonesia Cinta Laura.
Jelas sudah kalau pesona Bromo tak terbantahkan. Nah, kalau Anda ingin ke Bromo usai melihat film Mari Lari ada salah satu lokasi sejuta umat untuk menikmati kesempurnaan pesona Bromo, yakni dari Gunung Pananjakan, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Banyak kelebihan yang dimiliki Bromo yang berketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut ini dibanding gunung lainnya. Kendati tidak tinggi, gunung yang berada di perbatasan 4 kabupaten yakni Kabupaten Malang, Probolinggo, Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang ini masih aktif dan dikelilingi lautan pasir.
Kelebihan lain selain keindahan panoramanya, adanya beragam aktivitas masyarakat Suku Tengger yang mendiami sekitar kawasan ini. Kasada, salah satu upacara ucap syukur warganya dan kehidupan keseharian seperti cara mereka bercocok tanam di lahan subur, merupakan bagian kecil dari obyek foto human interets yang memikat di sana.
Namun pesona terkuatnya terletak saat matahari terbit. Fenomena alam inilah yang kerap diincar bukan hanya oleh para fotografer khusus pemburu landskap gunung, pun ribuan pengunjungnya dari dulu hingga kini. Sampai ada anggapan, kurang lengkap kalau ke Bromo tidak melihat dan mengabadikan sunrise-nya.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar