Duabelas Tips Nyaman Nanjak Gunung Bareng Anak
Liburan anak sudah tiba. Ini saatnya mengajak buah hati Anda, adik atau keponakan keluar rumah, bermain, berwisata atau bahkan berpetualang mendaki gunung. Bahayakah mengajak balita atau bocah nanjak gunung?
Ah, anak bermain di pekarangan rumah atau di jalan pun bisa bahaya kalau tidak diawasi. apalagi mengajak anak mendaki gunung, jelas ada bahayanya. Tapi semua itu bisa diatasi atau diminimalisir hingga menjadi sebuah liburan yang berbeda dan berkesan.
Mendaki gunung bersama si kecil bukan hal baru. Sejak dulu, para pendaki senior pernah melakukannya. Contohnya Norman Edwin, senior MAPALA UI, dulu dia pernah membawa buah hatinya mendaki Gunung Gede di Jawa Barat.
Sepak terjang pendaki kelahiran tahun 1955 yang tewas saat mendaki Gunung Aconcagua di perbatasan Argentina-Cile pertengahan April 1992 dan pernah membukukan sejumlah pendakian dan petualangannya itu pun menginspirasi sejumlah pendaki lain yang bertekad ingin melakukan hal serupa.
Salah satunya Bunda Azzam yang sukses membawa jagoan mungilnya bernama Azzam yang masih berusia 2,5 tahun bersama suaminya menanjak Gunung Gede pada 17-19 Desember 2010.
Dalam blognya, Bunda Azzam yang berbusana muslimah ini mengaku terinspirasi dari Norman Edwin. Ketika masih gadis, dia bertekad jika menikah dan punya anak kelak, ingin mengajak anaknya berpetualang dan menjelajah alam, menikmati geliat udara pagi di ketinggian. Dan mimpinya itupun menjadi kenyataan.
Lain lagi dengan Agus Sugianto, seorang ayah dari Pamekasan Madura yang juga seorang pendaki. Dia justru biasa mengendong Arya mendaki gunung sejak buah hatinya itu masih berusia 8 bulan. Dan sejak berumur 3 tahun, bocah balitanya itu menolak digendoknya, mulai mendaki sendiri bersamanya dan terkadang bareng sang ibu, Tri Yuli Mulyati.
Kini, bocah bernama lengkap Arya Cahya Mulyana Sugianto ini tercatat sebagai pendaki cilik Indonesa yang fenomenal. Pasalnya selama tahun 2011 lalu, bocah ajaib ini berhasil mencapai 10 puncak gunung di Indonesia seperti Slamet, Ceremai, Agung, Sindoro, Semeru, dan Rinjani. Saat itu, Arya masih duduk di TK Nurul Hikmah di Pamekasan.
Pada tahun 2012 Agus bukan cuma mengajak Arya kembali mendaki Gunung Semeru, pun membawa adiknya Arya yang bernama Sherin. Kedua buah hatinya itu pun berhasil menginjakkan kaki di atap Jawa, Mahameru, berketinggian 3.676 mdpl itu pada 12 Juli 2012. Kini Agus bersama sejumlah pihak tengah membidik gunung es di mancanegara untuk didaki jagoan kesayangnya itu.
Sebenarnya masih banyak lagi orangtua lain yang pernah mengajak anaknya mendaki gunung. Dan jumlahnya makin lama cenderung bertambah.
Umumnya mereka yang melakukan itu karena sejak masih lajang sudah senang mendaki. Paling tidak salah satu dari orangtua itu memang menyukai kegiatan ini.
Pilih Trek Mudah dan Aman
Lalu apa yang harus diindahkan orangtua yang berniat mengajak mutiara hatinya nanjak gunung untuk mengisi liburan atau memperkenalkannya dengan gunung untuk pertama kali?
Pertama, orangtuanya minimal menyukai kegiatan mendaki gunung atau paling tidak pernah mendaki gunung sewaktu muda sehingga memahami betul kegiatan ini.
Andaipun belum pernah, setidaknya punya bekal pengetahuan persiapan mendaki gunung lewat berbagai informasi yang didapat entah itu dari orang lain, media massa dan lainnya.
Kedua, niat mengajak anak mendaki gunung, sebaiknya bukan semata karena ambisi sang orangtua yang ingin mewujudkan impian terpendamnya sejak lama. Melainkan pula karena ingin memperkenalkan sang buah hati dengan kondisi suhu dan alam gunung yang beda dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya, sekaligus ingin mendapatkan atmaosfir dan wawasan baru.
Ketiga, mempersiapkan dan membawa perlengkapan yang dibutuhkan anak seperti jaket, sweater, kaos kaki, sepatu, topi, pakaian pengganti, pakaian tidur, dan lainnya.
Keempat, kalau anaknya masih Balita, bawa juga baby carrier untuk menggendongnya sewaktu-waktu, terutama di trek yang sulit atau saat anak lelah, tidur dan ngambek.
Kelima, bawa mainan yang disukainya, misalnya layang-layang, bola plastik kecil, balon tiup, dan lainnya. Mainan itu bisa dimainkan saat beristirahat di base camp seperti di alun-alun atau di tempat yang memungkinkan.
Keenam, bawa minuman dan makanan serta snack yang praktis dan juga yang disukai anak. Kalau anak masih minum susu, bawalah susu favoritnya.
Ketujuh, gunakan jasa porter jika barang yang dibawa cukup banyak untuk meringankan beban.
Kedelapan, selagi di alam, tanamkan pengetahuan kepada adak sedikit demi sediikit mengenai alam, cuaca gunung, dan atau tanaman khasnya. Sekaligus memperkenalkan perlengkapan mendaki yang harus dibawa termasuk makanan dan minuman sebagai bekal.
Kesembilan, untuk langkah awal, mendakilah gunung-gunung yang tidak terlalu tinggi dan pilih jalur pendakian yang paling mudah dan aman.
Kesepuluh, sebelum mendaki sebaiknya ajak buah hati ke lokasi pegunungan untuk beradaptasi dengan suhu gunung.
Kesebelas, jika anak ternyata suka dan kerajingan mendaki gunung sebagaimana Arya, sebaiknya tetap diawasi dan didampingi, termasuk oleh pendamping pendaki gunung lain yang berpengalaman.
Keduabelas, jika ternyata buah hati Anda tidak menyukai gunung dan kapok diajak nanjak kembali, sebaiknya pahami apa sebabnya lalu cari solusinya. Jika memang tetap tidak suka, jangan memaksa. Ganti lokasi alam dan kegiatan lain yang benar-benar dia sukai dan nikmati.
Nah, dengan tips di atas, rasanya Anda tak perlu bingung dan khawatir lagi mengajak buah hati, keponakan atau sepupu Anda yang masih kecil untuk mendaki gunung bareng Anda. Selamat menanjak bareng sang anak.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: bundanouf.blogspot dan dok. arya
0 komentar:
Posting Komentar