. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 12 Maret 2012

Empat Malam Terpesona Enam Film Iran


Selama empat malam berturut-turut, enam film Iran yang ditampilkan dalam Festival Film Republik Islam Iran di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta benar-benar memesona para penikmat film bercitra spesial. Tak terkecuali aku. Kehadiran festival ini bagi penikmat film-film non Hollywood bagaikan oase di tengah kehausan akan film-film bermoral, berahlak Islam sekaligus bermutu.

Pada malam pertama, Jumat (9/2) ditayangkan film bergenre sejarah berjudul Nabi Yusuf AS. Film berdurasi 2 jam ini menceritakan pada masa kecil Nabi Yusuf as yang dilemparkan ke sumur oleh saudara-saudaranya, dengan pertolongan Allah SWT, Yusuf diselamatkan dan justru mendapat pendidikan di Istana Mesir.

Zulaikha, istri Raja Mesir jatuh hati pada Yusuf, namun rayuannya ditolak Yusuf hingga Zulaikha malu. Dengan tipu muslihatnya, Zulaikha berhasil memenjarakan Yusuf. Dengan kesabarannya Nabi Yusuf berhasil menyebarkan keyakinan terhadap ke-Esaan Alllah. Bahkan setelah terbebas dari penjara, beliau menjadi pengusaha Mesir.
Nabi Yusuf pun berhasil menyatukan dan menyadarkan kembali saudara-saudara hingga kembali berkumpul dengan ayah mereka tercinta yang semula buta kemudian kembali dapat melihat atas kehendah Allah lewat perantara Yusuf.

Film yang dibuat selama 8 tahun ini bukan sekadar memberikan pencerahan mengenai sejarah Nabi Yusuf as tapi lebih dari itu memberikan nilai-nilai kemanusiaan dan ahlak mulia Yusuf yang tidak tergoda oleh jerat manis dunia termasuk perempuan-perempuan yang memuja ketampanannya. Film ini juga memberikan nilai-nilai potisif untuk saling menjaga tali persaudaraan antar sesama anggota keluarga khususnya dan umat Islam pada umumnya.

Pada malam kedua, giliran film The 8th Sky (Langit ke-8) yang disutradarai Hassan Hanafi dan diperankan Rahim Noroozi yang hadir di festival film ini sejak hari pertama sampai dengan penutupan.

Film bergenre drama keluarga ini menceritakan sebuah keluarga yang berasal dari Kota Baku datang ke Kota Mashad untuk berziarah. Mereka selalu menghadapi masalah sampai Gordan anaknya yang berpenyakit jantung kambuh dan dibawa ke RS setempat. Di sisi lain Rahmat, seorang mahasiswa kedokteran yang mobilnya mengalami kecelakaan hingga dia sekarat dan dilarikan ke RS yang sama. Nyawa Rahmat tak tertolong, namun agar ayahnya bisa selalu mendengar detak jantung anak tercintanya itu, jantungnya diberikan kepada Gordan.

Film ini bukan saja menang di ide cerita pun gaya penutururan ceritanya yang tak biasa. Membingungkan jika tak menyimak dengan seksama. Namun di akhir cerita begitu menyentuh. Film ini member pencerahan akan pentingnya menolong pada sesama yang membutuhkan dengan ikjhlas tanpa memandang suku dan darimana orang itu berasal.

Pada malam ketiga, dua film ditampilkan pertama film bergenre sejarah berjudul Kerajaan Nabi Sulaiman as. Film yang menceritakan tentang upaya Nabi Sulaiman membentuk sebuah masyarakat ideal yang dicita-citakan melalui kondisi-kondisi yang sulit.

Untuk mencapai kerajaan yang didambakannya, Nabi Sulaiman harus menaklukan setan dan jin. Dalam situasi sulit, di harus menumpas berbagai kerusuhan dan sihir jahat para pembangkangnya di tiga kota yakni Kota Yerusalem, Yerikho, dan Zebulon. Atas pertolongan Allah SWT, Nabi Sulaiman berhasil menyelesaikan kerusuhan tersebut sekalipun Istri tercintanya Mariam, meninggal dunia akibat sihir musuhnya.

Film kolosal yang menyuguhkan banyak setting menarik , indah dan juga special effek ini memberikan pencerahan untukt etap teguh kepada iman. Hanya kepada Allah SWT-lah semestinya kita berlindung dan memohon bukan kepada setan-setan terkutuk.

Film kedua yang diputar berikutnya berjudul Rooeze Sevvom (Hari Ketiga). Film bergenre peperangan ini menceritakan seorang kakak bernama Reza yang karena kondisi sulit terpaksa menyembunyikan adik perempurannya, Shamira di bawah tanah agar dapat menyelamatkannya dari kepungan tentara Iraq pada malam hari. Kejadian ini berlangsung tiga malam. Dan banyak peristiwa yang terjadi selama itu.

Film yang mengisahkan tiga hari terakhir sebelum jatuhnya Kota Khorram Shahr ini memberikan nilai-nilai kemanusian tentang kisah pedih yang ditimbulkan peperangan, termasuk berakhirnya kisah cinta antara Shamire dengan kekasihnya yang tentara Iraq.
Hingga Shamire rela menembak kekasihnya itu untuk menyelamatkan diri dari kejarannya.

Pada malam keempat diputar 2 film yakni Oftob Bar Hameh Yekson Mitobad (Matahari Menyinari Semua Orang dengan Rata) dan film Yek Vajab Az Osemon ( Sejengkal Surga).

Film pertama menceritakan tentang Janet seorang dokter beragama Nasrani yang datang dari Kota Isfahan ke Teheran dalam rangka memenuhi permintaan sahabat lamanya, Negar yang uslimah taat untuk membawa kabur Reza, suami Negar yang menjadi korban radiasi kimia dalam perang Iran-Iraq dari rumah sakit.

Dalam perjalanan, kedua perempuan berjilbab ini bergantian menyopir. Banyak peristiwa yang ditemui mereka, termasuk mukzizat yang ditemui Janet hingga dia kembali menemukan tuhannya.

Film yang menawarkan gambar-gambar indah dan menawan ini memberikan pencerahan untuk selalau dekat pada tuhan dimanapun dan kapanpun. Dia ada di hatimu.

Film yang kedua, Sejengkal Surga merupakan film dengan tema cerita paling unik dibanding kelima film lainnya. Film yang menceritakan tentang Muhsen, bocah laki-laki yang menjajakan bunga bersama anak-anak jalanan di tengah lalulintas kota yang sibuk. Ia memiliki harapan memiliki sejengkal surga dan cita-citanya itu terwujud setelah dia bertemu dengan malaikat tampan. Namun karena keserakahan manusia, sejengkal surga itu diperjualbelikan dan diperebutkan oleh manusia-manusia rakus sampai akhirnya manusia-manusia tersebut mendapat ganjaran dari Tuhan.

Keenam film di atas membuktikan betapa berkualitasnya film-film panjang Iran. Kekuatannya bukan hanya dari tema yang variatif dengan penuturan yang tidak biasa, pun dialoq yang menarik, soundtrack music yang simple namun menyatu dengan cerita dan visual serta kepiawaian acting para pemainnya.

Secara keseluruhan festival film Iran 2012 yang diselenggarakan atas kerjasama Kementerian Kebudayaan dan Urusan Islam Iran, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) ini berlangsung sukses. Namun berdasarkan pengamatan penulis, masih banyak kekurangan sebagaimana juga disampaikan Sekjen Parfi Riza Pahlawan yang memberi sambutan pada malam penutupan.

Sejak pembukaan sampai penutupan, sound system di gedung pertunjukan sangat tidak bagus. Alhasil mengganggu penampilan saat tim musik Iran tampil dan juga saat berlangsung diskusi. Bukan Cuma itu, budaya penonton juga masih perlu ditingkatkan.

Terbukti aktor Iran Rahim Noroozi pada malam terakhir mengkritik banyak penonton Indonesia yang tidak mematikan handphone selama pertunjukan berlangsung. Bahkan justru ada yang asyik menelepon, makan sambil menonton hingga mengganggu kenyamanan penonton lain serta mengambil gambar tanpa seizin panitia.

Jika pada malam pembukaan festival film Iran ini dibuka dengan pembacaan Kallam Illahi oleh Qori internasional Iran Masoud Nik Dasti yang membuat jiwa bergerimis oleh kesyahduan suaranya, maka pada penutupan giliran tim nasyid Iran yang menyentuh relung jiwa dengan membawakan dua tembang nasyid, salah satunya Tollaal Badru.

Mudah-mudahan tahun depan, festival Iran kembali digelar bukan cuma di Jakarta pun di kota-kota besar Indonesia lainnya. Begitu juga film-film dari negara lain yang menuangkan nilai-nilai kemanusiaan, ahlak dan moral baik dalam audio visual layar lebarnya. Bukan film-film yang justru merusak dan melecehkan peradaban dan kebudayaan manusia di bumi ini.

Naskah dan Foto: Adji Kurniawan
(adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP