Lagean Mandalaras Ramaikan SBN 2010


Lagean Manda-laras, tiga tarian tradisio-nal Sunda klasik dalam kreasi baru yakni Tari Badaya, Gentra Pinutri, dan Tari Lagean Tabuhan meramaikan Semarak Budaya Nusantara (SBN) 2010. Ketiga tarian ini ditarikan para penari mojang priangan yang geulis-geulis (cantik) di Balairung Sapta Pesona, Jakarta, Selasa sore, (12/10/2010).
Tari Badaya menggambarkan kekuatan karakter wanita yang bukan semata ditakdirkan halus dan lembut tapi juga mampu bermitra dengan kaum pria di segala bidang.
Tari Gentra Pinutri karya Indrawati Lukman bercerita mengenai dorongan naluri kewanitaan berupa gagasan yang besar kerap terbentur dengan kodratnya sebagai wanita yang penuh kehalusan dan kelembutan. Betapapun besarnya gagasan itu, akhirnya berpulang kembali bahwa keindahan itulah yang akhirnya paling mencuat. Tarian kreasi terbaru ini diilhami gerakan Pencak Silat dan irama tetabuhan dengan iringan bermacam alat musik tradisional seperti gamelan dan gendang.
Sedangkan Tari Lagean Tabuhan yang diciptakan Datak Ali Topan. Tarian ini menggambarkan keceriaan muda-mudi dalam paduan gerak tari. Tarian ini diiringi tetabuhan “Kulantar” yakni gendang kecil secar dinamis dan ditarikan dengan penuh ceria.
Masih ada beberapa tarian Sunda klasik dan kreasi baru lainnya yang dibawakan oleh penari-penari dari Studio Tari Indra Bandung yang berdiri 20 Agustus 1986 dan sudah melayat ke beberapa negara di Eropa, USA, Canada, Asia, dan Afrika. Ada Tari Sekar Kinasih, Tari Kandagan, dan Tari Angganalaras.
Tari Sekar Kinasih diawali dengan tarian Batik, menggambarkan percintaan Puteri Setiawati dan Anglingdarma yang sarat dengan ungkapan kasih sayang. Tari Kandagan yang semula tarian tunggal yang kemudian menjadi Tari Rampak Sunda yang indah. Sedangkan Tari Angganalaras menceritakan kegembiraan muda-mudi remaja dalam mencari jatidiri, Tarian ini memadukan gerak Tari Rakyat dan Tari Sebrang secara berpasangan.
SBN 2010 digelar Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film (Ditjen NBSF), Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar). Menurut Direktur Kesenian, Ditjen NBSF, Kemenbudpar Sulistyo Tirtokusumo, SBN digelar dalam upaya meningkatkan apresiasi seni bagi masyarakat, pelajar, pejabat, dan karyawan di lingkungan Kemenbudpar.
Semula acara ini akan dibuka oleh Menbudpar Jero Wacik, namun dia berhalangan dan digantikan oleh Direktur Film, Ditjen NBSF Ukus Kuswara. Dalam sambutan Jero Wacik yang disampaikan Ukus, SBN kali ini sengaja menampilkan aneka tarian Sunda untuk mendukung perkembangan tari dan musik tradisional asal Jawa Barat. “Harapannya agar seni tari tradisional Sunda ini tetap lestari dan diminati generasi muda,” jelasnya.
Dalam satu sesi tarian, para penari mengajak tamu dan penonton menari bersama ke atas pentas. Sulistyo dan Ukus juga ikut menari. Pada kesempatan itu Sulistyo menampilkan kebolehannya menari hingga diganjar tepukan hangat penonton di Balairung Sapta Pesona.
Usai pementasan diadakan diskusi seni yang mengakat tema kesenian tari klasik dan kreasi baru Sunda dengan menghadirkan pembicara seniman tari tradisional Sunda dan pengamat seni tari.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar