. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 09 Januari 2010

Paduan Khas Sate Karang & Lodeh Lontong



Soal kuliner, Jogja tak mau kalah dengan Bandung. Begitu banyak varian makanan berat, minuman, dan penganannya. Sate contohnya. Ada beragam sate di Kota Gudeg ini, salah satunya Sate Karang yang punya teman makan khas.

Saat bertandang ke Jogja untuk meliput Menbudpar Jero Wacik meresmikan purnapugar Bangsal Trajumas Keraton Yogyakarta dan meninjau candi-candi kawasan Prambanan dan Candi Kimpulan di UII Sleman (4/1), saya bersama tim publikasi dan dokumentasi Dirjen Sejarah dan Purbakala (Sepur), Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), menyempatkan mampir ke Kotagede.

Di sentra pengrajin perak itu, saya bukan diajak meliput dan membeli aksesoris perak lho, melainkan menikmati Sate Karang yang sudah menjadi salah satu ikon kulinernya.

Sewaktu tiba di warung sate Pak Cipto di Jalan Kemasan, saya belum menemukan gambaran seperti apa perbedaan sate karang dengan sate lainnya. Di dalam warung, terlihat beberapa pengunjung yang sedang asyik menyantap sate karang, termasuk Dirjen Sepur Kemenbudpar Hari Untoro Dradjat, Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DIY Herni Pramastuti, dan Kepala BP3 Jateng Tri Hatmadji.

Tapi setelah seporsi sate karang disajikan, saya baru menemukan sesuatu yang beda. Ada tiga macam bumbu satenya. Selain bumbu kacang, ada sate bumbu kecap dan juga sate bumbu kocor. Saya memilih sate karang bumbu kacang.

Biasanya sate baik daging ayam, sapi maupun kambing disajikan dengan lontong atau nasi atau disantap tanpa lontong maupun nasi. Tapi kalau sate karang daging sapi ini, teman santapnya seporsi sayur lodeh lontong. Kuah lodeh lonton ini dicampur potongan otot yang tidak dipakai sebagai sate hingga terasa gurih. Bumbu kuahnya rempah-rempah seperti laos, kencur, dan lainnya.

Setelah saya santap, bukan cuma teman makannya yang beda tapi juga citra rasa yang dihasilkan dari paduan keduanya jelas khas dan mampu membakar selera. Kata orang sana rasanya nyampleng.

Minumnya pun tak kalah khas. Ada wedang ronde yang dikasih irisan jeruk dan ketan putih yang dijual oleh pasangan Jaunuri (70) dan Khasinah (63) di warung yang sama. Tinggal pilih mau yang dingin dengan es atau hangat. Pilihan saya jatuh ke es ketan putih yang terasa unik, lebih nikmat mengalir ditenggorakan usai menyantap sate karang dan lodeh lontongnya.

Khasinah yang sudah 45 berjualan es ketan putih, juga menjual menu kupat tahu berisi ketupat, toge, tahu, tempe, kubis, dan seledri dengan kuah air gula manis dan kecap seharga Rp 5.000 per porsinya.

Seporsi sate karang daging sapi berisi 10 tusuk di warung ini harganya Rp 17.000, lodeh lontong Rp 3.000 per porsi, es ketan putih, dan wedang ronde masing-masing Rp 2.500 per gelas.

Menurut Sumadi, karyawan warung Pak Cipto yang bertugas membakar sate karang, dinamakan begitu karena semula tempat penjualannya di Lapangan Karang, Kotagede. “Sate Karang mulai dijual tahun 1948, dijajakan berkeliling oleh Pak Karyo Semito, ayah Pak Prapto. Sejak 1955, Pak Karyo memutuskan menetap di Lapangan Karang. Ada dua orang anak Pak Karyo yang meneruskan berjualan sate ini yakni Pak Prapto di Lapangan Karang dan Pak Cipto yang membuka warung di Jalan Kemasan Kotagede ini,” jelas Sumadi.

Penasaran? Datang saja ke Kotagede dan nikmati sate karangnya.

Tips Berburu Sate
Sate Karang Warung Cipto mudah sekali dijangkau. Letaknya di tepi Jalan Kemasan, Depan BPD Kotagede, Yogyakarta. Selain di tempat ini, Anda bisa datang ke warung di Jalan Gedong Kuning, Jalan Pramuka 113, atau gerobak sate karang di Lapangan Karang. Anda bisa naik becak, andong, atau sewa mobil travel sekalian keliling city tour Jogja.

Kalau Anda penggila sate, masih ada Sate Klatak yakni sate kambing yang dibumbui garam lalu dibakar. Irisan dagingnya besar-besar. Dagingnya ditusuk dengan jeruji sepeda lalu dibakar di atas anglo berbahan bara dari arang kayu sehingga dagingnya matang sampai ke dalam.

Penjual sate klatak antara lain di Pasar Jejeran, Bantul. Seporsi sate klatak terdiri dari dua tusuk sate dan sepiring nasi yang khas secara lesehan. Sate ini sama enak dimakan dengan atau tanpa nasi. Pilihan sate lain di Jogja adalah Sate Daging Kuda yang diyakini berkhasiat menambah vitalitas bagi kaum pria.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP