. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 29 Desember 2009

Durian Medan + Boh Drien Aceh



Sama-sama durian. Buahnya berkulit tebal, berduri, dan beraroma khas. Tapi soal kenikmatannya belum tentu sama. Durian Medan dan Aceh misalnya, meski keduanya berada di satu pulau yakni Sumatera dan letaknya pun berdekatan, namun rasa, ukuran, dan cara makan duriannya pun berbeda.

“Makan Durian Medaaaaan,” begitu teriak rekan-rekan serempak begitu tahu ada waktu luang sekitar 3 jam saat pesawat transit di Bandara Polonia, Medan sebelum melanjutkan penerbangan ke Bandara Iskandar Muda, Banda Aceh dalam rangka meliput acara peringatan 5 tahun tsunami di Banda Aceh yang puncak acaranya berlangsung 26 Desember lalu.

Betty Anita, Kasi Asosiasi Luar Negeri Direktorat MICE, Depbudpar yang menjadi kepala rombongan, langsung memesan 2 mobil rental selama 2 jam di bandara tua itu untuk keliling Kota Medan mencari dan menikmati Durian Medan.

Mobil pun meluncur ke dalam Kota Medan dan akhirnya berhenti di Jalan Sultan Iskandar Muda, tempat mangkal salah satu penjual Durian Medan terkenal di Ibukota Provinsi Sumatera Utara itu.

Di jalan itu, tepat di depan deretan ruko dan di samping halte ada plang bertuliskan Ucok Durian berukuran panjang 2 meter, lengkap dengan nomor handphone untuk pemesanan.

Di samping deretan durian, dekat halte, terpampang beberapa tulisan koran tentang Durian Medan dan profil sukses pedagangnya ini, yang tersimpan dalam 7 bingkai kaca. Di bawah bingkai-bingkai tulisan tersebut, ada whiteboard yang memuat daftar pemesan Durian Medan dari berbagai tempat.

Sewaktu kami tiba, seorang anak muda yang kemudian kami panggil abang itu tengah membelah durian satu per satu lalu isinya dimasukkan ke dalam kotak plastik. “Ini sudah dipesan, isi per kotak-nya bisa memuat 20 durian, harga satu kotaknya 175 ribu rupiah dan aman dibawa naik kapal terbang karena sudah dibungkus rapat,” jelasnya.

Betty pun langsung memesan beberapa durian seharga Rp 15.000 per buahnya. Tak lama kemudian pesanan itu datang. Pesta durian pun berlangsung. Rekan-rekan perempuan nampak lebih ‘bersemangat’ menyantap durian dibanding rekan-rekan pria. Betty, Lina, Hani, Ika, dan Melati begitu menikmatinya sampai tak mau beranjak dari kursi plastik yang disediakan pedagangnya. Cuma rekan Hilda yang nampak kurang bernafsu menyantapnya, terlebih Ida dan Asep yang memang diet durian.

Durian Medan yang kami santap luar biasa nikmat. Isi dagingnya tebal, bijinya kecil, rasanya manis, dan baunya harum. Belasan Durian Medan pun habis dalam hitungan menit, padahal belum makan siang.

Setelah merasakan Durian Medan di kotanya langsung, kami jadi yakin kenapa buah berduri ini begitu tersohor dan kerap direkomendasikan oleh pelancong usai berlibur ataupun berbisnis di kota terpadat di Sumatera itu.

Pakai Ketan
Belum puas menikmati durian Medan, ketika berada di Banda Aceh, rekan-rekan ‘mengancam’ makan durian lagi tapi Durian Aceh. Usai berwisata gerilya di daerah Pucuk Krueng, Lhok Nga, Aceh Besar, malamnya rekan-rekan mencari durian khas Bumi Iskandar Muda ini.

Ismail, staf Pengembangan Usaha Pariwisata dan Jufri, staf Pemasaran Disbudpar Provinsi Aceh yang setia menemani kami selama berkeliling di sejumlah obyek wisata di Aceh Besar dan Banda Aceh, menunjukkan dimana biasanya pedagang Durian Aceh berjualan.

Dengan Bus Damri yang disopiri Saidi dan menjadi kendaraan kami selama keliling Tanah Rencong ini, kami meluncur menuju Simpang BPKP, tepatnya di Jalan P. Nyak Makam, Banda Aceh. Di sana ada beberapa penjual Durian Aceh. Durian dalam Bahasa Aceh disebut Boh Drien. Harganya Rp 15.000 per buah.

Karena ada dua penjual durian yang berdekatan, kami pun membagi dua kelompok biar adil bagi-bagi rezeki. Satu kelompok pria menyantap durian di pedagang dekat simpangan. Sedangkan kelompok perempuan mengambil tempat di pedagang durian depan kedai kopi.

Di tempat rekan perempuan menyantap Durian Aceh, ada wanita setengah baya yang menjajakan ketan panggang sebagai teman makan Durian Aceh. Harga ketannya Rp 2.000 per bungkusnya.

Belasan buah durian habis kami santap, di antara hujan gerimis. Ada yang rasanya manis, ada juga yang hambar. Ukuran buahnya pun lebih kecil dan daging buahnya tak setebal Durian Medan.

Kendati begitu, ada yang unik dari cara makannya. Kalau di Banda Aceh, durian matang biasanya disantap dengan ketan putih panggang yang dibungkus daun pisang seperti bungkusan penganan otak-otak. Tapi ada juga yang menyantapnya tanpa ketan.

Meski berbeda rasa dan isi, tetap saja Durian Medan dan Boh Drien Aceh menggoda siapapun terlebih bagi penggila durian. Bukan cuma itu, kedua buah khas tropis ini pun mampu menarik orang untuk datang kembali ke Medan selain mencicipi Bika Ambonnya maupun ke Banda Aceh selain minum kopi tariknya.

Tips Menyantap Durian
Sebaiknya membeli durian pas sedang musimnya karena lebih banyak yang menjual, dan harganya juga lebih murah dibanding sedang tak musim.

Pilihlah durian yang matang di pohon karena rasanya lebih manis, enak, dan fresh, bukan hasil karbitan. Tanyakan terlebih dulu ke pedagangnya, jenis dan rasa durian yang akan Anda santap. Coba dulu satu buah untuk dibelah. Bila manis, ambillah dan mintalah buah yang serupa.

Makanlah perlahan, jangan terburu-buru. Bagi yang memiliki penyakit stroke dan maag berat, sebaiknya makan sekadarnya saja.

Selepas makan durian, sebaiknya minum air putih yang ditempatkan di kulit durian bagian dalam. Sebelum diminum, airnya diaduk-aduk biar getah di kulit bagian dalam durian itu tercampur. Khasiatnya selain melepas haus juga mampu menghilangkan rasa panas dan bau durian yang keras.

Bila ingin membawa pulang durian sebagai oleh-oleh dengan naik pesawat, sebaiknya buahnya dikemas dalam kotak plastik dan dibungkus rapi dan rapat agar baunya tidak menyebar kemana-mana.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP