. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 24 Mei 2024

Serunya Memburu Pempek Sebelum dan Sesudah Nanjak Dempo


Bicara kuliner Sumatra Selatan (Sumsel) memang identik dengan pempek, padahal realitanya tak cuma itu. Karenanya kalau ada yang bertandang ke sana sekalipun untuk pendakian Gunung Dempo, banyak yang beranggapan kurang sempurna, kurang komplit, dan kurang sah kalau belum memburu (mencari, membeli dan menyantap) kuliner yang namanya sudah menasional bahkan mendunia ini ke tempatnya langsung.

Supaya pengalaman perjalanan pendakian kami ke Sumsel berujung sempurna, kami pun melakukan pemburuan kuliner khas Palembang yang konon kabarnya sudah ada sejak abad ke-7 pada zaman Kerajaan Sriwijaya itu.

Pemburuan pertama, kami lakukan sebelum mendaki Gunung Dempo di Pagar Alam, yang berjarak sekitar 7-8 jam berkendara dari Palembang, ibukota Sumsel.

Sehari sebelum nanjak, dari basecamp (BC) Kampung IV di kaki Gunung Dempo, kami turun dengan mobil ke pusat kota Pagar Alam sejauh sekitar 15 Km dengan kondisi jalan menurun berkelok-kelok melewati perkebunan teh di awal perjalanan untuk memburu pempek. 

Cukup lama juga mobil yang kami tumpangi putar-putar mencari kedai penjualnya, melewati pasar, dan akhirnya ketemu juga rumah sekaligus kedai yang menjual pempek Palembang. Namanya Pempek Fira yang beralamat di Jalan Neruang Raya, Simpang 3 Prumnas, Nendagung, Kota Pagar Alam. Lokasinya dekat dengan kedai kopi Tropis dan beberapa homestay.


Setibanya di sana, kami langsung pesan aneka pempek (kapal selam, lenjer, adaan, kulit, dan lainnya) yang berukuran mini seharga Rp 1000 per potong dan yang agak sedang Rp 2000 per potong. Beberapa rekan ada juga yang memesan tekwan.

Kami menyantapnya dengan lahap di beranda rumah, sambil duduk di kursi dan beberapa rekan lain duduk di lantai depan. Meski harganya terbilang murah tapi citra rasa pempeknya lumayan enak terlebih setelah digoreng. Ditambah lagi rasa cuko (cuka)-nya mantul, agak kental dan pedas.

Sebelum kembali ke BC, beberapa rekan patungan lagi untuk membeli aneka pempek Fira buat bekal nanjak Dempo. 

Keinginan kami menyantap pempek saat pendakian Gunung Dempo, alhamdulillah terwujud. "Nanjak Gunung Dempo kalau nggak bawa bekal pempek, kurang nendang," celetuk salah seorang rekan saat icip-icip pempek di dalam tenda di Pelataran (camp area), usai turun dari puncak gunung berketinggian 3.195 Mdpl tersebut.

Sesudah selesai menggapai atapnya Sumsel, kami berencana mampir lagi ke Pempek Fira. Tapi karena sudah malam turun dari BC ke pusat kota Pagar Alam, jadi batal dan kami langsung ke Palembang.


Sentral Kampung Pempek
 
Keesokan paginya, kami tiba di kota pempek yang terkenal dengan Jembatan Ampera atau Jembatan Musi sebagai ikon landmark-nya. Tujuan memburu kami langsung ke Sentral Kampung Pempek yang berada di 26 Ilir dekat Taman Jeramba Karang dan kantor Walikota, tepatnya di Jalan Mujahidin, Kelurahan Talang Semut, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang.

Di muka jalannya, terbentang semacam gapura dengan dua tiang besi berwarna hijau di kiri  dan kanan yang menyangga plang biru muda bertuliskan SELAMAT DATANG (warna merah bagian atas) DI SENTRAL KAMPUNG PEMPEK (warna hitam bagian bawah).

Di sebelah kiri, depan gapura tersebut berdiri sebuah plang biru tua yang memuat nama-nama pedagang pempek yang warung/kedainya berderet di kiri-kanan sepanjang Jalan Mujahidin. 

Nama-nama pedagang binaan BRI yang kedai pempeknya terpasang di plang itu adalah Pempek Edy, Pempek Cek Linda 26, Pempek Cek Ida 26, Pempek Novi, Pempek & Model Lala, Pempek Ima, Pempek Ria, Pempek Murni, Pempek Hesty, Pempek Aan, Pempek Dayat, Kerupuk Rajo Salman, Kerupuk & Pakaian Nyanyu, Pempek Wak Abba, dan Pempek Arya.


Kami pun memasuki jalan yang lalu lintas kendaraannya lengang dan pengunjungnya sepi karena masih pagi, lalu menyebar ke kedai pempek yang berbeda alias tidak kumpul di satu kedai dengan tujuan supaya beberapa pedagang di sana kebagian rezeki dengan kehadiran kami. 

Beberapa kedai nampak belum buka. Berdasarkan informasi dari salah satu pedagang, rata-rata para pedagang di sini membuka kedai pempeknya mulai jam 7 dan ada juga beberapa yang lebih awal, lalu tutupnya sampai tengah malam.

Saya dan dua rekan mampir ke kedai Pempek Cek Ida 26 dengan memesan tiga porsi pempek dengan harga yang berbeda, yakni porsi 10 ribu berisi 8 potong aneka pempek (kapal selam, lenjer, kulit, adaan, dll); Rp 15 ribu (13 potong), dan 18 ribu (16 potong). Ukurannya pempeknya tidak terlalu besar tapi lebih besar dibanding pempek Fira di Pagar Alam.

Di kedai tersebut juga menjual pempek untuk oleh-oleh ataupun untuk dijual dalam bermacam paket packing ke luar kota Palembang, Jawa, Kalimantan, dan lainnya.

"Selain pempek, di sini juga ada otak-otak, lempok (dodol durian), dan bermacam kerupuk Palembang atau lebih dikenal dengan nama kerupuk kemplang," terang pedagangnya.

Rekan-rekan kami yang lain menyantap pempek, lenggang, mie celor, lontong sayur khas Palembang, dan laksan ikan gabus. Harga seporsinya, masing-masing juga terbilang terjangkau. 


Selepas santap, beberapa rekan memborong aneka pempek yang terbuat dari adonan campuran ikan segar (antara lain ikan gabus, tenggiri, kakap merah ataupun ikan belido) dengan sagu yang di-lepekan lalu dibuat menjadi beberapa macam bentuk dan biasanya disajikan bersama cuko pedasnya, serta bermacam kemplang untuk oleh-oleh.

Pukul 8 pagi, suasana di Sentral Kampung Pempek 26 Ilir makin ramai. Pengunjung yang datang bukan cuma warga Palembang dan sekitarnya pun dari luar Sumsel. 

Buktinya pagi itu ada sejumlah mobil pribadi  yang parkir di tepi Taman Jeramba Karang dan satu bus pariwisata berukuran besar yang membawa rombongan wisatawan dari Jawa dengan tujuan memborong aneka pempek dan kemplang.

Usai memburu kuliner ikonik dan kebanggaan wong kito galo (sebutan bagi warga Palembang) yang sudah berstatus Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia serta pernah masuk nominasi WBTb untuk diajukan ke Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO ini di dua kota yakni Pagar Alam dan Palembang, kami merasa pengalaman perjalanan (tepatnya pendakian) kami ke Gunung Dempo, bukan hanya sempurna, komplit, dan sah pun jadi lebih berkesan.

Naskah & foto : Adji TravelPlus, IG @adjitropis & TikTok @FaktaWisata.id

Captions:
1. Seporsi aneka pempek di Palembang serta semangkuk pempek & seporsi tekwan di Pagar Alam.
2. Menikmati aneka pempek di kedai Pempek Fira, Pagar Alam.
3. Gapura Sentral Kampung Pempek serta plang nama kedai penjual aneka pempek di Sentral kampung pempek dekat dengan Taman Jeramba Karang Palembang.
4. Sarapan pagi dengan aneka pempek di kedai Pempek Cek Ida 26, Sentral Kampung Pempek.
5. Menikmati aneka pempek dan memborong bermacam kemplang atau kerupuk Palembang di Sentral Kampung Pempek.

Read more...

Selasa, 21 Mei 2024

10 Kiat Manajemen Pendakian Gunung Dempo agar Sukses Lebih dari Sekadar Gapai Puncaknya


Sukses menggapai puncak Gunung Dempo menjadi kebanggaan tersendiri bagi sejumlah pendaki. Namun untuk bisa seperti itu, sederet manajemen pendakian harus diindahkan. 

Mengapa jadi kebanggaan? Ya karena Gunung Dempo menyandang gelar atapnya Sumatra Selatan (Sumsel), ditambah lagi punya jalur pendakian (japen) yang terbilang menantang serta berpemandangan menawan di kaki, Pelataran, dan puncaknya sehingga banyak pendaki memasukannya sebagai salah satu gunung yang wajib masuk daftar pendakian, minimal sekali seumur hidup. 

Lalu apa makna sukses menggapai Dempo versi TravelPlus Indonesia? Apakah hanya karena sudah sampai puncak, foto-foto narsis lalu turun, dan selesai? Atau justru lebih dari itu?

Nah, jawabannya tersaji dalam 10 kiat manajemen pendakian yang perlu diindahkan supaya kesuksesan menggapai gunungapi aktif berketinggian 3.195 meter diatas permukaan laut (Mdpl) via Kampung IV, Pagar Alam ini dapat terwujud.

Namun sebelum TravelPlus suguhkan ke-10 kiat tersebut, Ada baiknya kita intip kembali sedikit pengertian manajemen pendakian dan tujuannya.


Sesuai namanya, manajemen pendakian merupakan proses merencanakan, mengelola sekaligus melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pendakian gunung. 

Manajemen pendakian diterapkan dengan  tujuan untuk menciptakan keamanan, kenyamanan, dan pengalaman yang mengesankan bagi pendaki yang melakukannya serta mampu meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Nah, berikut ini 10 kiat manajemen pendakian yang perlu diindahkan biar sukses gapai puncak tertinggi Gunung Dempo versi TravelPlus.

Pertama, mengumpulkan informasi sebanyaknya tentang Dempo sebagai bekal. 

Caranya antara lain mencari lewat google (googling) sejumlah tulisan seputar pendakian Gunung Dempo, termasuk tips atau kiat suksesnya (sebaiknya tulisan pendakian yang teranyar), seperti tulisan TravelPlus ini.  


Cara lainnya, bertanya kepada rekan pendaki yang baru-baru ini mendaki Dempo, bisa juga lewat WAG pendaki, dan lainnya. Informasi yang dikumpulkan bermanfaat sebagai gambaran sekaligus bekal informasi, minimal jadi tidak buta sama sekali tentang hal-hal yang terkait erat dengan pendakian Gunung Dempo.

Kedua, memilih cara melakukan pendakian yang sesuai keinginan dan kondisi keuangan.

Bisa memilih pendakian secara mandiri dalam kelompok kecil (small group), nanjak bareng (nanbar) dengan rekan-rekan pendaki se-komunitas/se-organisasi dan atau bestie yang se-frekuensi. Pilihan cara lainnya, ikut open trip (OT) biasanya rombongan di-atas 10 orang dan atau memilih private trip (PT).

Dilihat dari beberapa sisi, masing-masing cara pendakian tersebut, punya kelebihan dan kekurangannya. Misalnya ikut OT kelebihannya antara lain lebih praktis dan kemungkinan dapat teman pendakian baru berbeda karakter/budaya/umur/pengalaman/profesi dan lainnya. Sedangkan kalau ikut PT, lebih personal dan intim namun anggaran yang dikeluarkan lebih tinggi dibanding OT.

Ketiga, melakukan latihan fisik nanjak di gunung ber-japen mirip Dempo.


Mengingat japen Gunung Dempo treknya terbilang lumayan menantang, antara lain banyak tanjakan, miskin "bonus" atau sedikit trek landainya, dan didominasi trek akar sampai Pelataran yang menjadi lokasi berkemah (camp area) sebelum muncak. Selanjutnya menanti trek bebatuan saat summit attack.

Untuk itu harus menyiapkan fisik dengan baik, minimal beberapa kali jogging di trek variatif (tidak melulu jalan aspal datar), ditambah renang untuk melatih pernapasan dan kelenturan otot). 

Ada baiknya juga melakukan pendakian pemanasan terlebih (minimal seminggu sebelum nanjak Dempo) ke gunung yang punya japen yang treknya mirip-mirip Dempo. Misalnya kalau di Jawa Barat, bisa pilih nanjak Gunung Salak dan atau Gunung Cikuray. Sedangkan di Jawa Tengah, bisa nanjak Gunung Muria. Kalau tak ada gunung, bukit pun jadi.

Keempat, menyiapkan mental lebih. Selain fisik yang prima, untuk bisa menggapai puncak Gunung Dempo diperlukan kesabaran ekstra mengingat kondisi treknya sebagaimana tersebut di atas. Oleh karena itu, siapkan mental tahan banting (tangguh), bukan manja, mudah mengeluh apalagi gampang menyerah.

Kelima, memakai peralatan pendakian yang nyaman. 


Pakailah sepatu gunung ataupun running shoes yang nyaman di kaki, termasuk dengan jenis bahan kaos kakinya. Sebelum digunakan sebaiknya sepatu tersebut di-sol dulu agar tidak mudah jebol. 

Melihat kondisi trek Dempo seperti itu, tidak disarankan sama sekali memakai sandal gunung. Begitupun dengan ransel, pakailah yang nyaman di pundak, bahannya kuat dan tidak terlalu berat.

Bawa pula peralatan dan perlengkapan pendakian penting yang umum lainnya seperti jas hujan, jaket, head lamp, sleeping bag, matras, perlengkapan mandi, dan pakaian ganti. Kalau melakukan pendakian secara mandiri, tentu harus juga bawa peralatan masak/makan dan tenda sendiri.

Keeenam, membawa logistik yang praktis dan efisien.

Sekalipun mengikuti OT, harus bawa bekal logistik pribadi yang praktis (roti, biskuit, sosis, mie instan, air minum, dll) sekaligus emergency food untuk jaga-jaga bila mengalami kondisi darurat. 


Kalau melakukan pendakian secara mandiri ataupun nanbar, selain logistik pribadi seperti tersebut di atas, paling praktis pesan nasi goreng plus telor dadar/telor ceplok/sosis di warung yang ada di basecamp (BC) Kampung IV untuk sarapan sebelum nanjak. 

Pesan pula 2 porsi nasi putih dibungkus, dengan lauk ikan/ayam goreng/telor asin dan tumis yang terpisah buat bekal makan siang serta makan malam. Jadi nanti tidak perlu berlama-lama masak untuk makan siang dan malam, tinggal masak air untuk kopi/teh/wedang jahe dan atau masak menu tambahan yang hangat seperti mie instan kuah.

Nanjak Pagi
Ketujuh, memilih waktu pendakian yang tepat.

Waktu terbaik melakukan pendakian Gunung Dempo adalah pagi (dengan catatan, malamnya sebelum nanjak harus istirahat total). Jadi malam sebelum tidur harus sudah packing di BC, lalu paginya subuhan (sholat Subuh) lanjut sarapan nasi goreng yang sudah dipesan semalam di warung setempat. Selanjutnya jam 6 pagi siap-siap nanjak. 

Keuntungannya nanjak pagi, selain udaranya lebih segar pun supaya bisa sampai di Shelter 2 siang hari untuk makan siang dan tiba di Pelataran sore hari (jadi tidak kemalaman di japen).


Kedelapan, menerapkan adab/etika dalam pendakian. 

Adab ini kerap dikesampingkan padahal penting. Contohnya mulai dari melakukan registrasi terlebih dahulu di pos gunung setempat agar terdaftar, berinteraksi dengan pendaki lain, porter, dan warga setempat minimal yang ada di BC, tidak membuat kegaduhan di BC hingga menggangu warga/pendaki lain, dan menggunakan fasilitas yang ada di BC dengan bijak (tidak asyik buat sendiri, termasuk saat nge-charge HP, dan tidak berlama-lama saat menggunakan MCK untuk mandi dan buang air besar).

Adab baik lainnya, berdoa bersama sebelum nanjak, menjaga kelestarian lingkungan (minimal membawa turun sampah logistik sendiri, tidak melakukan vandalisme, tidak mencemarkan mata air, dan tidak memetik bunga/mencabut tanaman/menebang pohon apapun).

Selain itu membantu pendaki yang kesusahan melewati trek sulit termasuk mengarahkan jalan yang sebaiknya dia pilih, memberi lewat terlebih dulu kepada pendaki yang tengah nanjak, dan lainnya.

Kesembilan, mengatur ritme langkah dengan baik.


Sebelum nanjak, sebaiknya melakukan warming up terlebih dulu agar otot kaki tidak kaku. Saat memulai pendakian, melangkahlah secara perlahan, jangan tergesa-gesa karena kondisi tubuh belum  beradaptasi penuh. Kalau dirasa sudah mulai beradaptasi, misalnya setelah Pintu Rimba, bolehlah ritme langkah agak dipercepat namun tetap disesuaikan dengan kondisi fisik.

Bila melakukan pendakian secara rombongan (di atas 10 orang), peserta yang fisiknya kurang kuat sebaiknya ditemani/dipandu terus oleh rekan pendaki yang penyabar dan berstamina kuat sebagai tim penyapu (sweeper) sampai area camp. Bila nanjaknya small group (2-6 orang), sebaiknya pendakian dilakukan secara beriringan.

Bermanfaat Lebih
Kesepuluh, menjadikan pendakian bermanfaat lebih.

Kiat terakhir ini menjadi jawaban pertanyaan di atas bahwa makna sukses menggapai atap Sumsel versi TravelPlus bukan hanya sebatas sampai di puncak Gunung Dempo melainkan ada sejumlah kegiatan tambahan yang dilakukan dan bernilai positif buat diri sendiri, publik, dan atau umat.


Contoh kegiatan yang bermanfaat buat diri sendiri, saat pendakian membaca sekaligus mengabadikan 99 plang Asmaul Husna dari Pintu Rimba sampai Top Dempo; melakukan aktivitas bermuatan religi khususnya bagi pendaki muslim seperti menunaikan shalat fardhu di shelter dan Pelataran, berzikir sepanjang pendakian untuk mengingat Allah SWT sang Maha Pencipta Alam Semesta dengan mengucapkan "Allahu Akbar" saat nanjak, "Subhanallah" kala turun, "MasyaAllah" ketika melihat pemandangan indah, dan "Alhamdulillah" sewaktu mendapatkan kesenangan/kemudahan, dan lainnya. 

Kegiatan bermanfaat lainnya mengabadikan flora ataupun fauna setempat antara lain jamur, cantigi, burung gagak, tupai, siamang, dan lainnya; dan atau melakukan aksi bermuatan ramah lingkungan seperti sambil mengambil sampah di japen plastik sewaktu turun.

Seusai pendakian, mengevaluasi kekurangan maupun kelebihan selama melakukan pendakian untuk dijadikan sebagai catatan sekaligus pengalaman berharga kelak. 


Selanjutnya sebagai kegiatan penutup,
membuat sejumlah tulisan/konten video seputar pendakian yang baru dilakukan maupun tentang ragam daya tarik yang dimiliki Gunung Dempo dan sekitar Pagar Alam, termasuk Masjid Al-Barokah di dekat BC Kampung IV serta kuliner khasnya, lalu setiap link-nya disebarluaskan via medsos agar publik dan umat tahu.

Dengan begitu, pendakian yang dilakukan bukan hanya sukses menginjakkan kaki di atapnya Sumsel, pun bermanfaat lebih karena turut memajukan sektor pariwisata, ekonomi kreatif, budaya, religi, dan sejarah serta lingkungan setempat.

Naskah : Adji TravelPlus, IG @adjitropis & TikTok @FaktaWisata.id
Foto: adji & #alumnidempo

Captions:
1. TravelPlus di Basecamp Gunung Dempo via Kampung IV, di Pintu Rimba & di puncak tertingginya.
2. Rombongan pendaki di puncak Gunung Dempo dan di BC Kampung IV.
3. Tiga tulisan terkait pendakian gunung Dempo yang tayang di media online berkonsep weblog TravelPlus Indonesia & link-nya disebarluaskan via medsos IG @adjitropis.
4. Inilah Dempo, bukan Salak bukan Raung. Treknya nanjak terus, akar terus.
5.  Di trek Dempo via Kampung IV,  di Pelataran & di puncak.
6. Bersama dua porter Dempo di Pelataran & di Shelter Kampung IV.
7. Didominasi para pendaki muda, 20 - 40 tahun.
8. Mejeng bareng di Pintu Rimba.
9. Masjid Al-Barokah di Kampung IV, trek perkebunan teh berlatar Gunung Dempo, pendaki muda sholat zuhur di Shelter 1 & pendaki muda bentangkan bendera Merah Putih di puncak tertinggi Dempo.
10. Mengabadikan plang Asmaul Husna & beberapa flora setempat seperti jamur dan cantigi.

Read more...

Kamis, 16 Mei 2024

Masjid Al-Barokah di Kaki Dempo, Bangunannya Sederhana Latar Belakangnya Istimewa


Walau tak sebesar Masjid Istiqlal. Walau tak se-elok Masjid Agung Al-Azhar. Tapi latar belakangmu amat mahal, Gunung Dempo tinggi menjulang.

Perjalanan menuju Kampung IV dari Kota Pagar Alam memang bikin hati senang, karena mata dimanjakan perkebunan teh bak hamparan permadani hijau raksasa. Tapi yang lebih menyenangkan hati, setibanya di sana bukan hanya ada beberapa rumah yang menjadi basecamp para pendaki serta warung makan, pun masjid berpenampilan sederhana namun berlatar belakang istimewa. Namanya Masjid Al-Barokah.

Mengapa TravelPlus Indonesia menyebutnya sederhana? Ya karena ukuran bangunan masjid Al-Barokah yang didominasi warna cat hijau muda/terang dengan sedikit warna biru ini, terbilang mungil alias tidak sebesar masjid pada umumnya.

Jujur, sewaktu pertama kali melihat bangunannya secara sekilas, TravelPlus  mengira Al-Barokah itu musala/surau atau langgar, bukan masjid. 


Masjid yang beralamat lengkap di Kampung IV Muara Abadi, Dusun Mekar Jaya, Kelurahan Gunung Dempo, Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) ini hanya memiliki satu ruangan untuk shalat yang berdinding kayu bercat hijau terang dengan satu pintu serta dua jendela kaca bagian depan yang bergaris kayu bercat putih. 

Bangunannya tidak bertingkat dan tidak memiliki menara masjid. Namun memiliki serambi berukuran kecil yang dikelilingi pagar tembok terbuka bertiang kayu yang juga berwarna hijau terang, serta memiliki halaman depan yang tidak begitu luas.

Selain itu arsitekturnya pun biasa saja, dengan kata lain tidak ada yang spesial atau mengejutkan. 

Gaya atau bentuk bangunannya seperti bangunan masjid-masjid kuno umumnya yakni ber-denah bujur sangkar dengan atap tumpang atau bertingkat ganjil berbahan genteng keramik berwarna coklat dengan puncaknya berhias sebuah kubah berukuran mungil berbahan rangka besi dan seng galvalum. Di bawah kubah, terpasang speaker berwarna putih.

Di bagian dalam masjid, terdapat mimbar atau podium sederhana dari kayu bercat coklat dengan bagian depannya bertuliskan Masjid Al-Barokah dan Dusun Mekar Jaya serta bagian atasnya tulisan Allah dalam bahasa Arab. 


Ruangan shalat-nya tentu saja tak berudara pendingin (ber-AC) karena udara di sana sudah sejuk bahkan cukup dingin saat malam, terlebih dini hari. Sedangkan di bagian serambi sebelah kiri, terdapat sebuah bedug yang diletakkan di atas kerangka kayu yang juga berwarna hijau terang.

Mengapa pula TravelPlus menyebut latar belakangnya istimewa? Ya karena meskipun bangunan Masjid Al-Barokah tak sebesar Masjid Istiqlal dan arsitekturnya pun tak se-elok Masjid Agung Al-Azhar yang ada di Jakarta namun berlatar belakang Gunung Dempo yang menjulang. 

Keberadaan Gunung Dempo dengan puncaknya yang berketinggian 3.195 Mdpl itulah yang membuat latar belakang masjid ini istimewa alias amat luar biasa. Kalau dalam istilah kerennya, latar belakangnya "mewah", "mahal" dan "megah".

Latar belakang yang mengagumkan itu bisa sangat jelas terlihat, saat cuaca di Kampung IV  sedang cerah alias tidak berkabut.


Masjid Tertinggi di Sumsel
Keistimewaan lainnya, Masjid Al-Barokah menyandang gelar yang cukup menakjubkan. 

Menurut penjelasan Durahim selaku bendahara Masjid Al-Barokah sekaligus pemilik salah satu basecamp pendaki di Kampung 1V, Masjid Al-Barokah yang berada di ketinggian 1.600 Mdpl merupakan masjid tertinggi di Sumsel. Jelas ini sebuah predikat yang membanggakan.

Menariknya lagi, Masjid Al-Barokah yang dibangun pada tahun 2002 ini pembangunannya dilakukan secara gotong royong oleh warga Kampung IV sendiri. "Dana pembangunannya juga dari dana swadaya," ungkapnya.

Selain digunakan untuk shalat fardhu lima waktu secara berjemaah, lanjut Durahim,  masjid yang hanya mampu menampung sekitar 80 jema'ah ini juga rutin digunakan untuk bermacam kegiatan seperti shalat Jum'at, pengajian bulanan, dan tempat peringatan hari-hari besar Islam.


Amatan TravelPlus berikutnya, meskipun bangunannya sederhana tapi Masjid Al-Barokah menjadi masjid kebanggaan bukan hanya bagi warga penghuni Kampung IV yang mayoritas berasal dari tanah Jawa, pun buat pendaki muslim yang datang dari berbagai daerah di dalam maupun luar Sumsel.

Buktinya pada libur Kenaikan Isa Al-Masih baru-baru ini, beberapa pendaki Gunung Dempo memanfaatkan keberadaan Masjid Al-Barokah sebagai tempat untuk menunaikan kewajibannya sebagai muslim, shalat wajib lima waktu sebelum maupun sesudah melakukan pendakian ke atapnya Sumsel. MasyaAllah tabarakallah.

Naskah, foto video: Adji TravelPlus, IG @adjitropis & TikTok @FaktaWisata.id

Captions:
1-5 : Masjid Al-Barokah di kaki Gunung Dempo yang berlatar belakang istimewa.

Read more...

Rabu, 15 Mei 2024

Dempo Makin Dilirik Banyak Pendaki, Ini Tujuh Daya Pikatnya


Gunung Dempo di Pagar Alam, Sumatra Selatan (Sumsel) semakin banyak dilirik para pemburu atap bumi. Buktinya, saat libur long weekend kemarin, ramai pendakinya dari dalam dan luar negeri.

Menariknya, pendaki yang meraih atapnya Sumsel tersebut kian beragam. Baik dilihat dari daerah asal atau kewarganegaraan, latar belakang organisasi atau komunitas, profesi, status pernikahan maupun dari segi usia atau pengalaman.

Faktanya, para pendaki yang datang saat libur kenaikan Isa Al Masih dan cuti bersama itu bukan hanya dari wilayah Provinsi Sumsel seperti Palembang (ibukota Provinsi), Prabumulih, Lahat, Ogan Ilir, dan lainnya. Pun dari provinsi tetangga terdekat Sumsel seperti Bengkulu dan Pekanbaru, Riau.


Pendaki dari luar Sumatra juga ikut bertandang antara lain dari Jawa (Jakarta, Tangerang, Bogor, Depok, dan Semarang) serta dari Maros, Sulsel. Bahkan TravelPlus Indonesia melihat secara langsung beberapa pendaki bule saat nanjak gunung ini pada Jumat (10/5/2024) pagi via jalur pendakian (japen) Kampung IV yang berada di Kelurahan Gunung Dempo, Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam.

Menurut Muflihun, salah satu porter di Gunung Dempo, para pendaki bule itu dari kedutaan luar negri yakni dari Amerika, Australia, dan Ukraina untuk Indonesia yang sudah lama tinggal di Jakarta. 

Jumlah pendaki yang nanjak Dempo dari Kamis (9/5) sampai Minggu (12/5) kemarin, lanjut Muflihun kemungkinan sampai 200-an orang, termasuk dengan para pendaki bule tersebut.


Berdasarkan latar belakang organisasi ataupun komunitas, para pendaki yang datang ada yang berstatus Sispala (siswa pencinta alam), Mapala (mahasiswa pencinta alam) antara lain Mapala Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang, serta dari berbagai komunitas pegiat alam dan pendaki gunung seperti Kembara Tropis asal Jakarta. 

Selebihnya, para pendaki independen alias non organisasi maupun komunitas, baik yang datang dalam kelompok kecil (small group) di bawah 10 orang maupun dalam jumlah besar di atas belasan orang dengan cara mengikuti open trip (OT) maupun pendakian bersama atau nanjak bareng (nanbar).

Dilihat dari profesinya, cukup beragam mulai dari pelajar SD, siswa SMK, mahasiswa, karyawan/pegawai, dan wiraswasta. Sedangkan dari status pernikahan, mulai dari lajang, bujang, kepala rumah tangga, dan ibu rumahtangga.


Usia para pendaki yang hadir, boleh dibilang terbagi atas tiga generasi. Pertama pendaki generasi senja yang berumur separuh abad ke atas. TravelPlus termasuk ke dalam golongan ini.

Kedua, generasi muda (pendaki dengan rentang usia belasan sampai 40 tahun). Golongan ini jumlahnya mendominasi alias paling banyak, termasuk beberapa pendaki bule yang datang.

Terakhir atau golongan ketiga, pendaki anak-anak usia tujuh sampai sepuluh tahun.  Amatan TravelPlus sekurangnya ada tiga pendaki bocah cilik (bocil) laki-laki yakni Zio, Alin, dan Andreas (mudah-mudahan saya tidak keliru menulis ketiga namanya) yang mendaki Dempo dipandu oleh pamannya.


Menurut penuturan ketiga bocil tersebut, mereka baru pertama kali mendaki gunung, dan langsung mendaki Gunung Dempo, bukan gunung-gunung lain yang ada di Sumsel.

Lalu apa yang membuat Dempo semakin diminati pendaki, baik Nusantara maupun mancanegara? 

Berdasarkan amatan TravelPlus ditambah data dari berbagai sumber, sekurangnya ada 7 daya pikat yang membuat semakin banyak pendaki terpincut dengan Dempo.

Daya pikat pertama, dari sisi ketinggian. Dempo termasuk dalam daftar gunung api aktif berketinggian di atas 3.000 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Dempo memiliki ketinggian 3.195 Mdpl. 


Berdasarkan ketinggiannya, Dempo masuk dalam jajaran seven summits Sumatra, tepatnya berada di posisi keempat setelah  Gunung Kerinci (3.805) yang berada di perbatasan Kabupaten Kerinci, Jambi dan Kabupaten Solok Selatan, Sumbar; Gunung Leuser (3.455) di sebelah tenggara Aceh; dan Gunung Kemiri (3.314) juga di Aceh.

Kedua, menyandang predikat yang cukup membanggakan yakni gunung api aktif  tertinggi di Sumsel alias atapnya Sumsel. Jadi kalau ingin merasakan sensasi berdiri di daratan tertinggi Sumsel, ya harus mendaki Dempo sampai puncaknya.

Daya pikat ketiga, memiliki japen yang cukup menantang, bahkan disebut-sebut tersulit di Sumatra dan kerap dibanding-bandingkan dengan japen Gunung Salak di Jawa Barat.

Keempat, punya pemandangan elok terutama di kaki gunung berupa hamparan perkebunan teh berlatar Pegunungan Bukit Barisan. Selain itu di Pelataran (camp area), dan tentunya panorama di puncak tertingginya yakni Puncak Merapi.


Mate Ayek Melimpah
Daya pikat kelima, mudah mendapatkan sumber air. Mate ayek atau sumber/mata airnya antara lain tersedia di Shelter Kampung IV (1410 Mdpl) atau di awal pendakian, Shelter 1, Shelter 2, dan Pelataran.

Keenam, memiliki area berkemah (camp area) bernama Pelataran yang sangat luas dan indah dengan aliran sungai kecil serta beberapa tumbuhan seperti cantigi. Luas camp area-nya bisa disandingkan dengan Alun-alun Suryakencana yang ada di Gunung Gede, Jawa Barat.

Terakhir, atau daya pikat ketujuh Gunung Dempo, punya banyak aktivitas wisata alam menarik lainnya di kaki gunung dan di sekitar Kota Pagar Alam seperti merasakan tinggal di Desa Wisata Gunung Dempo, tea walk, berkunjung ke beberapa curup (air terjun), danau maupun ke KRD (Kebun Raya Dempo), santai di vila ataupun homestay dan atau berwisata olahraga dirgantara yakni terbang tandem paralayang.


Pilihan kegiatan wisata lain yang bermuatan ekonomi kreatif (ekraf) antara lain kulineran pempek, ngopi di kedai kopi kekinian, melihat event/festival yang digelar, belanja oleh-oleh khasnya seperti teh hitam, gulo puan, kue delapan jam, empek-empek panggang, kopi robusta, dan alpukat.

Tak ketinggalan menyaksikan atraksi budaya seperti Tari Kebagh yakni tari tradisi yang dikenal di daerah Besemah, Pagar Alam yang dapat ditarikan secara massal serta melihat bermacam peninggalan megalitik-nya antara lain menhir, dolmen, peti kubur batu, lesung, dan patung-patung batu.


Umumnya durasi pendakian ke puncak Gunung Dempo 2 hari 1 malam. Pendaki yang ingin menambah beberapa aktivitas wisata sebagaimana tertera di poin ke tujuh, biasanya menambah waktu kunjungan minimal 2 malam lagi supaya lebih puas.

Melihat ketujuh daya pikatnya di atas, rasanya pantas kalau Gunung Dempo semakin ke sini, semakin diminati banyak pendaki dari dalam maupun luar negeri. Bagaimana dengan Anda? Kalau kepincut, datanglah, mendakilah.

Naskah & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis & TikTok @FaktaWisata.id

Captions:
1. Sejumlah pemburu atap bumi bergerak dari Kampung IV, Pagar Alam memulai pendakian ke Gunung Dempo.
2. Pendaki yang nanjak Dempo dari beragam daerah, profesi, status, usia, dan pengalaman. (foto: rege)
3. Pendaki dari Nusantara dan mancanegara di puncak Gunung Dempo, atapnya Sumsel.
4. Tak lupa mengabadikan diri berlatar danau kawahnya.
5. Tiga pendaki bocil nanjak Dempo bersama pamannya.
6. Santai di Pelataran, camp area favorit pendaki Gunung Dempo.
7. Sumber air di Shelter Kampung IV, diawal pendakian.
8. Tea walk sebelum masuk ke hutan homogen dan Pintu Rimba-nya Gunung Dempo.
9. Melewati salah satu dari 99 plang Asmaul Husna di japen Gunung Dempo via Kampung IV.

Read more...

Selasa, 14 Mei 2024

Nanjak Gunung Dempo, Terpesona 99 Asmaul Husna


Hamparan teh di kaki Gunung Dempo memang menawan. Begitupun panorama danau kawah dari puncaknya yang berketinggian 3.195 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Namun yang membuat hati ini terpesona bukan cuma karena keduanya itu, melainkan pula deretan plang yang memuat 99 Asmaul Husna di sepanjang jalur pendakian (japen)-nya.

Apa itu Asmaul Husna? Buat pendaki muslim tentu tak asing dengan hal itu. Tapi tak ada salahnya, kita kupas sedikit sebelum mengetahui lebih jauh keberadaannya di japen Gunung Dempo via Kampung IV, Kelurahan Gunung Dempo, Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam, Sumatra Selatan (Sumsel).

Kata Asmaul Husna berasal dari bahasa Arab yaitu Al Asma’u yang berarti nama dan Al Husna yang bermakna pesta yang indah dan menyenangkan. Dalam kaitannya dengan Asmaul, Husna berarti nama Tuhan yang indah.


Asmaul Husna merupakan nama-nama baik yang menggambarkan keindahan dan sifat-sifat Allah SWT yang tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an, surat Thaha ayat 8 sebagaimana travelplus kutip dari NU Online.

"Allah tidak ada tuhan selain Dia. Milik-Nyalah nama-nama yang terbaik.(Asmaul Husna).

Data dari Konsultasi Syariah, dari sederet nama terbaik Allah SWT, yang paling terkenal ada 99.

“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang menjaganya maka dia masuk surga.” (HR. Bukhari, no.2736, Muslim, no.2677 dan Ahmad, no.7493). 

Berikut Ke-99 Asmaul Husna yang TravelPlus kutip dari tafsirweb, yaitu Ar Rahman الرحمن = Yang Maha Pengasih, Ar Rahim الرحيم = Yang Maha Penyayang, Al Malik الملك = Yang Maha Merajai atau menguasai, Al Quddus القدوس = Yang Maha Suci, As Salam السلام = Yang Maha Memberi Kesejahteraan, Al Mu`min المؤمن = Yang Maha Pemberi Keamanan, Al Muhaymin المهيمن = Yang Maha Mengatur, Al Aziz العزيز = Yang Maha Perkasa, Al Jabbar الجبار = Yang Memiliki Mutlak Kegagahan, dan Al Mutakabbir المتكبر = Yang Maha Megah.


Selanjutnya Al Khaliq الخالق = Yang Maha Pencipta, Al Bari البارئ = Yang Maha Pembuat atau Perancang, Al Musawwir المصور = Yang Maha Membentuk Rupa, Al Ghaffar الغفار = Yang Maha Pengampun, Al Qahhar القهار = Yang Maha Memaksa, Al Wahhab الوهاب = Yang Maha Pemberi Karunia, Ar Razzaq الرزاق = Yang Maha Pemberi Rezeki, Al Fattah الفتاح = Yang Maha Pembuka Rahmat, Al `Alim العليم = Yang Maha Mengetahui, dan
Al Qabdah القابض = Yang Maha Menyempitkan.

Berikutnya Al Basith الباسط = Yang Maha Melapangkan, Al Haafidh الخافض = Yang Maha Merendahkan, Ar Raafi الرافع = Yang Maha Meninggikan, Al Muizz المعز = Yang Maha Memuliakan, Al Mudzil المذل = Yang Maha Menghinakan, Al Samii السميع = Yang Maha Mendengar, Al Bashiir البصير = Yang Maha Melihat, Al Hakam الحكم = Yang Maha Menetapkan, Al `Adl العدل = Yang Maha Adil, dan Al Lathiif اللطيف = Yang Maha Lembut atau Maha Teliti.

Kemudian Al Khabiir الخبير = Yang Maha Mengenal atau mengetahui, Al Haliim الحليم = Yang Maha Penyantun, Al `Azhiim العظيم = Yang Maha Agung, Al Ghafuur الغفور = Yang Maha Memberi Pengampunan, As Syakuur الشكور = Yang Maha Pembalas Budi, Al `Aliy العلى = Yang Maha Tinggi, Al Kabiir الكبير = Yang Maha Besar, Al Hafizh الحفيظ = Yang Maha Memelihara, Al Muqiit المقيت = Yang Maha Memberi Kecukupan, dan Al Hasiib الحسيب = Yang Maha Membuat Perhitungan.


Lalu Al Jaliil الجليل = Yang Maha Luhur, Al Kariim الكريم = Yang Maha Pemurah, Ar Raqiib الرقيب = Yang Maha Mengawasi, Al Mujiib المجيب = Yang Maha Mengabulkan, Al Waasi الواسع = Yang Maha Luas, Al Hakiim الحكيم = Yang Maha Maka Bijaksana, Al Waduud الودود = Yang Maha Mengasihi, Al Majiid المجيد = Yang Maha Mulia, Al Baa`its الباعث = Yang Maha Membangkitkan, dan
As Syahiid الشهيد = Yang Maha Menyaksikan.

Selanjutnya Al Haqq الحق = Yang Maha Benar, Al Wakiil الوكيل = Yang Maha Memelihara, Al Qawiyyu القوى = Yang Maha Kuat, Al Matiin المتين = Yang Maha Kokoh, Al Waliyy الولى = Yang Maha Melindungi, Al Hamiid الحميد = Yang Maha Terpuji, Al Muhshii المحصى = Yang Maha Menghitung, Al Mubdi المبدئ = Yang Maha Memulai, Al Mu`iid المعيد = Yang Maha Mengembalikan Kehidupan, dan Al Muhyii المحيى = Yang Maha Menghidupkan

Berikutnya Al Mumiitu المميت = Yang Maha Mematikan, Al Hayyu الحي = Yang Maha Hidup, Al Qayyuum القيوم = Yang Maha Mandiri, Al Waajid الواجد = Yang Maha Penemu, Al Maajid الماجد = Yang Maha Mulia, Al Wahid الواحد = Yang Maha Tunggal, Al Ahad الاحد = Yang Maha Esa, As Shamad الصمد = Yang Maha Dibutuhkan, Al Qaadir القادر = Yang Maha Menentukan, dan Al Muqtadir المقتدر = Yang Maha Berkuasa.


Kemudian Al Muqaddim المقدم = Yang Maha Mendahulukan, Al Mu`akkhir المؤخر = Yang Maha Mengakhirkan, Al Awwal الأول = Yang Maha Awal, Al Aakhir الأخر = Yang Maha Akhir, Az Zhaahir الظاهر = Yang Maha Nyata, Al Baathin الباطن = Yang Maha Ghaib, Al Waali الوالي = Yang Maha Memerintah, Al Muta`aalii المتعالي = Yang Maha Tinggi, Al Barru البر = Yang Maha Penderma, dan At Tawwaab التواب = Yang Maha Penerima Tobat.

Lalu Al Muntaqim المنتقم = Yang Maha Pemberi Balasan, Al Afuww العفو = Yang Maha Pemaaf, Ar Ra`uuf الرؤوف = Yang Maha Pengasuh, Malikul Mulk مالك الملك = Yang Maha Penguasa Kerajaan, Dzul Jalali Wal Ikram ذو الجلال و الإكرام = Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan, Al Muqsit المقسط = Yang Maha Pemberi Keadilan, Al Jami` الجامع = Yang Maha Mengumpulkan, Al Ghani الغنى = Yang Maha Kaya, Al Mughni المغنى = Yang Maha Pemberi Kekayaan, dan Al Maani المانع = Yang Maha Mencegah

Selanjutnya Ad Dhaar الضار = Yang Maha Menimpa Kemudaratan, An Nafi النافع = Yang Maha Memberi Manfaat, An Nuur النور = Yang Maha Bercahaya, Al Hadi الهادي = Yang Maha Pemberi Petunjuk, Al Badi’ البديع = Yang Maha Pencipta, Al Baaqii الباقي = Yang Maha Kekal, Al Waarits الوارث = Yang Maha Pewaris, Ar Rasyiid الرشيد = Yang Maha Pandai, dan As Shabuur الصبور = Yang Maha Sabar.


Di japen Gunung Dempo via Kampung IV, yang disebut-sebut oleh sejumlah pendaki sebagai japen gunung tersulit di Pulau Sumatra ini, ke-99 Asmaul Husna tertera di plang berbentuk segiempat ketupat berwarna merah marun dengan tulisan arab, latin, dan terjemahan dalam bahasa Indonesia berwarna putih.

Plang Asmaul Husna pertama, yakni Ar Rahman الرحمن = Yang Maha Pengasih, terpasang di dekat Pintu Rimba. Sedangkan plang Asmaul Husna yang ke-99 yaitu As Shabuur الصبور = Yang Maha Sabar, terpasang di Top Dempo atau sebelum pelataran.

Amatan langsung TravelPlus Indonesia, yang mendaki gunung api tertinggi di Sumsel ini pada Jumat (10/5/2024) pagi, plang-plang Asmaul Husna tersebut ditancapkan di batang pohon dengan ketinggian sekitar 1 sampai 2 meter. Jarak antar-plang berbeda-beda namun semakin mendekati Top Dempo, jaraknya saling berdekatan.


Siapa yang memasang plang Asmaul Husna tersebut? Mereka adalah para mahasiswa yang tergabung dalam Brigade Mahasiswa Pecinta Alam Semesta (BRIMPALS), Fakultas Hukum (FH), Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP). Buktinya, logo organisasi mereka tercantum di setiap plang Asmaul Husna tersebut.

Dikutip dari Sumatera Ekspres
Ketua Pelaksana kegiatan sekaligus Komandan Latihan DIKADER ke XXXII Brimpals, Muhammad Gian mengatakan pemasangan 99 plang Asmaul Husna ini merupakan revitalisasi dari plang sebelumnya yang sudah terpasang di sepanjang japen Gunung Dempo via Kampung IV pada tahun 2017. 

"Dikarenakan plang sudah berusia 7 tahun dan mulai rusak, jadi perlu direvitalisasi," terangnya.


Manfaat
Apa manfaat keberadaan 99 plang Asmaul Husna di japen Dempo tersebut? 

Menurut Muhammad Gian sebagaimana dikutip Sumatera Ekspres, tujuan kegiatan pemasangan plang sebanyak 99 nama Allah ini, selain sebagai tanda atau patokan di sepanjang japen Gunung Dempo, juga sekaligus untuk mengingatkan kepada pendaki akan kekuasaan Allah SWT.

Buat TravelPlus, keberadaan paling 99 Asmaul Husna tersebut selain membantu memudahkan menemukan japen yang benar pun sekaligus membacannya serta mengabadikannya (memotret dan atau merekam setiap plangnya) dari awal sampai akhir.

Dengan cara itu, ibarat peribahasa "Sekali Mendayung Dua Tiga Pulau Terlampaui". Sambil mendaki, bisa sekaligus mendulang pahala dengan berzikir, menyebut nama-nama terbaik dari sang Maha Pencipta, Allah SWT.

Lewat tulisan ini, TravelPlus berucap terimakasih buat BRIMPALS FH UMP, karena sudah merevitalisasi 99 plang Asmaul Husna di japen Gunung Dempo via Kampung IV sehingga tampil lebih keren. Semoga jerih payah yang dilakukan, diberkahi Allah SWT dan menjadi amal kebajikan, termasuk buat  pendaki yang membacanya.


Sebagai pendaki gunung, semakin dekat (suka, sayang, cinta) dengan alam, sudah semestinya semakin dekat pula dengan sang Maha Penciptanya. Menjaga keberadaan 99 plang Asmaul Husna tersebut sekaligus membaca, memahami lalu menghafalnya saat melakukan pendakian, InsyaAllah bisa menjadi salah satu cara untuk lebih dekat dengan-Nya.

Sebagai informasi tambahan, keberadaan 99 Asmaul Husna bukan hanya di Gunung Dempo. Menurut beberapa pendaki asal Sumatra, di Gunung Talang, Sumatra Barat (Sumbar) yang berketinggian 2.597 Mdpl juga terpasang sederet nama terbaik Allah SWT tersebut, tepatnya di japen via Desa Air Batumbuk, mulai dari pos pendaftaran sampai puncaknya. MasyaAllah tabarakallah.

Naskah & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis & TikTok @FaktaWisata.id

Captions:
1 s/d 9: Beberapa plang 99 Asmaul Husna di japen Gunung Dempo via Kampung IV.

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP