. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 29 Juni 2012

Festival Erau 2012 Paduan Budaya Tradisional dan Modern


Liburan panjang kali ini adalah kesempatan baik buat Anda mengajak anak, keluarga, dan pasangan ke Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Pasalnya di kota yang dilintasi Sungai Mahakam itu, pada 1-8 juli mendatang ada Festival Adat Erau yang menyuguhkan aneka macam budaya tradisional masyarakat Kutai yang disesuaikan dengan perkembangan jaman.

Bupati Kukar Rita Widyasari menjelaskan Festival Adat Erau tahun ini bertema Festival Erau Pelas Benua Etam yang bermakna pembersihan segala hal yang dapat mengganggu semua sumber penghidupan masyarakat Kutai.

“Festival ini akan berl;angsung selama sepekan dengan serangakain acara, dimulai dengan ritual adat “Mendirikan Ayu” dan diakhiri dengan “Merebahkan Ayu” yang dilaksanan pihak kerabat kesultanan,” jelasnya saat jumpa pers di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (28/6/2012) yang dihadiri antara lain Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamen Parekraf) Sapta Nirwanda, Direktur Promosi Dalam Negeri Kemenparekraf M Faried, dan Sekretaris Daerah Kukar Haryanto Bachroel.

Haryanto Bachroel yang juga menjabat sebagai Menteri Sekretaris Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura menjelaskan kalau dulu saat “mendirikan” ayu, kuasa kesultanan sesaat seakan tidak ada. “Masyarakat bisa masuk ke dalam dan makan bersama. Kami, para bangsawan yang akan melayani,” paparnya.

Rita menambahkan selama sepekan, festival erau 2012 ini juga dimeriahkan dengan berbagai acara seperti Berseprah atau makan pagi massal di jalan raya sepanjang 1 Km. Mengenai acara makan tradisional ini, Wamen Parekraf Sapta Nirwandar menghimbau agar mengundang Jaya Suprana agar bisa dimasukkan dalam rekor MURI nantinya. "Acara makan ini menarik dan bisa kemungkinan dicatat rekor MURI. Tentunya bisa menaikkan gengsi festival ini," jelas Sapta.

Disamping itu ,ada lomba olahraga tradisional seperti gasing, ketinting atau perahu sampan semacam kelotok, dan menembak yang mendatangkan juri dari Perbakin. Selain itu juga ada seminar budaya, fesyen adat kanak Kutai, festival kuliner terapung yang akan ditempatkan di atas perahu di Sungai Mahakam, pameran ekonomi kreatif, pasar rakyat yang menampilkan aneka produk UKM, serta pentas hiburan rakyat yang mendatangkan penyanyi dan band dari ibukota Jakarta.

“Festival Adat Erau kali ini memadukan aneka budaya tradisional masyarakat Kutai dan beragam etnis lain yang menetap di Kutai Kartenagara dengan budaya modern dan disesuaikan dengan perkembangan jaman untuk menghibur masyarakat dan sekaligus menjaring wisatawan,” jelas Rita.

Erau berasal dari bahasa Kutai yaitu Eroh yang berarti ramai dan riuh atau suasana penuh suka cita. “Jadi dalam Festival Adat Erau berarti seluruh masyarakat berkumpul, berpesta, dan bergembira bersama dengan kerajaan dan para kerabat kerajaan,” pungkasnya.

Sapta menambahkan masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu bahwa di Kukar ada kerajaan Hindu tertua di Indonrsia. "Diharapkan dengan Festival Erau ini selain dapat memberitahukan kepada masyarakat tentang hal itu, pun dapat menjaring wisnus dan wisman," harapnya.


Naskah & Foto: Adji Kurniawan
(adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Festival Erau 2012 Belum Lirik Wisman Negara-Negara Kerajaan


Festival Adat Erau di Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur sudah berlangsung sejak ratusan silam. Dan baru dipegang oleh pemerintah setempat sejak tahun 2012. Tapi entah kenapa hingga pelaksanaan tahun ini, 18 Juli mendatang, belum juga melirik wisatawan mancanegara (wisman) asal negara-negara berbasis kerajaan. Ini membuktikan masih kurangnya perhatian terhadap promosi sebuah event besar.

Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari saat jumpa pers di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (28/6/2012) menjelaskan bahwa Festival Adat Erau bersumber dari tradisi Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura sejak ratusan tahun lampau. Sempat vakum, lalu dihidupkan kembali mulai 1972 oleh pemerintah.

Festival ini, lanjut Rita sudah berhasil menjaring wisatawan terutama wisatawan Nusantara. Namun untuk wisman begitu besar. “Untuk Festival Erau tahun ini pun, kami memang belum samapi melirik wisman dari negara-negara yang memiliki kerajaan,” akunya.

Mengenai hal ini, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamen Parekraf) Sapta Nirwandar menghimbau agar promosi event ini ke mancangeara tahun depan lebih diperhatikan.

“Tahun depan, sudah semestinya juga mengundang negara-negara kerajaan seperti Jepang, Australia, Inggris, Brunei Darussalam, Kamboja, dan lainnya agar mereka tau disini ada kerajaan hindu tertua di Indonesia lewat festival ini,” jelasnya.

Kalau bisa, lanjut Sapta yang didampingi Direktur Promosi Dalam Negeri Kemenparekraf M Faried, dalam rangkaian Festival Adat Erau nanti diadakan seminar sehari mengenai Kesultanan Kutai Kartanegara dan kesultanan-kesultanan lain yang ada di Indonesia yang diikuti peserta dari negara-negara kerjaan tersebut.

Belum adanya upaya Pemkot Tenggarong dan Pemkab Kukar mempromosikan Festival Adat Erau 2012 ke negara-negara yang mempunyai kerajaan membuktikan sekali lagi bahwa masih rendahnya perhatian pemerintah setempat dalam hal promosi apalagi strategi dalam upaya menjaring wisman sebanyak mungkin.

Berdasarkan pantauan penulis selama ini., mereka (pemerintah setempat) baru bisa menggarap event saja lalu mengembor-gemborkannya bahwa event tersebut bakal meriah. Tapi belum sampai menjadikan event tersebut sebagai peluang untuk menjaring wisman terkait. Dan ini terjadi di beberapa event besar lain yang diselenggarakan pemerintah baik pusat, terlebih daerah.

Jadi bila tidak ingin dinilai mubajir, sudah sepantasnya tahun depan, Festival Adat Erau dan festival lainnya pun melirik wisman terkait sesuai dengan kesamaan latar belakang sejarah, budaya dan minat wisman terhadap festival tersebut.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Selasa, 26 Juni 2012

Akhir Juni ini, Saatnya Borong Mutiara Plus Berwisata di Lombok



Liburan panjang ini berencana ke Lombok? Datang saja akhir bulan ini. Anda pasti akan mendapatkan suguhan tambahan selain Senggigi yang tersohor, Gunung Rinjani yang mendunia, Pantai Kuta yang pantainya berpasir seperti butiran lada, dan Desa Sade yang dihuni Suku Sasak. Soalnya pada 29 Juni – 1 Juli mendatang ada acara Lombok Sumbawa Pearl Festival (LSPF) di Hotel Lombok Raya Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang memamerkan beragam mutiara pilihan. Anda bisa memborong mutiara kelas satu, berbisnis sekaligus berwisata.

Di LSPF yang ketiga kali ini, Anda bukan cuma bisa melihat dan atau membeli mutiara laut selatan (south sea pearl) dan mutiara bundar (round pearl) khas NTB, tapi juga bermacam jenis mutiara daerah lain seperti Maluku, Ternate, dan Papua serta dari beberapa negara lain.

Di festival yang diselenggarakan atas kerjasama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi NTB, dan Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) ini, Anda juga dapat menyaksikan dan mengikuti Lelang Mutiara yang diikuti sejumlah pembeli dari mancanegara.

Lelang mutiara kali ini pihak panitia menargetkan nilai transaksi sebesar 120.000 dollar AS, yang akan diikuti 20 pembeli lokal dan internasional antara lain dari Hongkong, Tahiti, Perancis, Singapura, Filipina, dan Jepang sebagai pemain tetap.

Selain itu, ada panen mutiara, fashion show, pemilihan Puteri Mutiara 2012, serta aneka lomba seperti fotografi, mewarnai, kreasi jilbab, dan pentas seni budaya yang menyuguhkan aneka tarian asal NTB.

Wakil Gubernur NTB Badrul Munir mengatakan mutiara sudah menjadi ikon Lombok dan Sumbawa. “Mutiara menjadi daya pikat kuat orang untuk bertandang ke Lombok dan Sumbawa untuk berbisnis sekaligus berwisata,” jelasnya saat jumpa pers LSPF 2012 di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Senin (25/6/2012).

Dia menambahkan Lombok-Sumbawa selain menjadi destinasi pariwisata unggulan NTB, pun sebagai sentra perdagangan mutiara terbesar di Indonesia. “Produk mutiara hasil budi daya para petani mutiara dari Lombok dan Sumbawa diekspor ke berbagai negara produsen perhiasan mutiara dunia seperti Milan (Italia), Tokyo (Jepang), New York (Amerika Serikat), Jenewa dan Zurich (Swiss),” tambahnya.

Direktur Promosi Dalam Negeri, Kemenparekraf M. Faried mengatakan LSPF bukan hanya untuk menunjukkan NTB sebagai destinasi untuk wisatawan mancanegara tetapi citra destinasi nusantara yang andal. “Lewat festival ini jelas akan lebih mendorong perekonomian di NTB dengan produk lokal yang sudah mendunia, yakni mutiara,” ungkapnya.

Sekjen Asbumi Bambang Setiawan mengatakan berdasarkan pengalaman festival di tahun sebelumnya, pengunjung dari luar negeri yang datang memang hanya sebagai buyer (pembeli mutiara). Namun akhirnya mereka juga berwisata ke obyek-obyek yang ada di Lombok dan Sumbawa.

“Tahun lalu ada banyak pembeli yang menanyakan obyek-obyek wisata yang ada di Lombok dan Sumbawa. Bahkan mereka menanyakan setelah LSPF ada apa lagi,” akunya seraya menambahkan bahwa perlu dibuat dan dijual tur-tur ke obyek wisata ke peserta dan pengunjung saat festival berlangsung.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji-travelplus@yahoo.com)

Read more...

Senin, 25 Juni 2012

Ketika Monyet Pangandaran Bercinta



Taman Wisata Alam (TWA) Pananjung di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat menjadi tempat tinggal ratusan monyet ekor panjang dan monyet daun sejak lama. Begitu mudah menemui satwa primata ini dengan beragam tingkah laku uniknya sebagaimana biasa manusia lakukan seperti mencari kutu, mengendong anaknya yang masih bayi, menyantap makan, bahkan bercinta dengan lawan jenisnya. Aktivitas terakhir itulah yang menarik perhatian pengunjung. Bulan-bulan inilah, musim kawin monyet di sana. Jadi jangan heran kalau banyak pasangan monyet yang melampiaskan hasratnya di sembarang tempat.

Baru saja memasuki gerbang TWA Pananjung, sekitar 5 meter jaraknya, ada seekor monyet jantan yang tiba-tiba sedikit agak memaksa seekor monyet betina untuk bercinta. Ukuran sang pejantan itu lebih besar dari si betina yang pasrah dan tak kuasa menolak ’permintaan’ si monyet jantan yang rupanya menjadi ‘penguasa’ dikelompoknya.

Si monyet betina ‘dipaksa’ nungging oleh sang monyet jantan. Kepalanya menunduk ke bawah ditekan tangan kanan monyet jantan yang nampak sedikit beringas. Tak lama kemudian, sang monyet jantan melampiaskan hasratnya dengan gaya doggy style.

Kontan saja, beberapa peserta Orientasi dan Outbound bertema “Peningkatan Pemahaman Bidang Parekraf bagi Jurnalis” yang digelar Pusat Komunikasi Publik (PKP), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), mengabadikan ‘aksi siang’ kedua monyet itu yang berlangsung dalam hitungan tak sampai 5 menit.

Kedua monyet itu tak peduli ‘kelakuannya’ diabadikan, direkam, dan difoto berulang-ulang. Mereka asyik-asyik saja menikmati surga dunianya itu.

Rupanya bukan mereka saja yang bercinta, Minggu siang (23/06/2012) itu. Saat kami menyusuri pantai dan memasuki hutan, ada beberapa pasangan monyet lain yang juga melakukan ‘kegiatan inti’ bobo-bobo siangnya.

Kata Raswin, pemandu wisata Pangandaran yang memandu kami treking sepanjang kurang lebih 4 Km dari penginapan Resort Pantai Pindah Pangandaran ke TWA Pananjung, sekarang ini musim kawin monyet-monyet Pangandaran, tepatnya yang ada di TWA Pananjung. “Mereka kalau kawin suka di sembarang tempat, tak peduli ditonton pengunjung, “ akunya.

Monyet adalah penghuni asli TWA Pananjung yang mampu bertahan sampai sekarang. Mereka mampu beradaptasi dengan perubahan alam sehingga populasinya mencapai ratusan ekor.

Sampai tahun 2000, populasi monyet Pangandaran berfluktuasi antara 200-300-an ekor. Namun sejak tahun 2000-an kisarannya di bawah 200 ekor. Pada tahun 2008 di perkirakan sekitar 138 ekor.

Menurut Wawan, staff Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) TWA Pananjung, jumlah monyet pada tahun 2011 sekitar 150 ekor. “Berkembangnya monyet disini karena tidak ada hewan predator. Matinya alami karena tua atau sakit,” jelasnya.

Monyet di Pangandaran, lanjut Wawan terbagi dalam 6 kelompok. Prilaku mereka cenderung agresif, terutama monyet jantan yang memimpin kelompoknya dan betina yang tengah mengasuh bayinya. Tak sedikit monyet yang berani mendekati pengunjung lalu merampas makanan atau barang pengunjung yang dianggapnya makanan.

“Ada beberapa pengunjung yang dijambret makanannya dan tangannya dicakar monyet karena tak mau memberi makanan,” terang wawan.

Kalau memasuki wilyah monyet yang agresif, Raswin menyarankan pengunjung untuk mengakat tangan sambil teriak “menyerah, menyerah”. “Kalau mau memberi makan ke monyet, langsung saja dilempar ke arah monyet. Jangan meledek-ledek monyet , nanti mereka marah dan mencakar,” katanya.

Landak
Selain monyet, penghuni asli Pangandaran lainnya adalah lutung yang jumlahnya tinggal sekitar 50-70 ekor dalam 5 kelompok berdasarkan pendataan BKSDA TWA Pananjung tahun 2008.

BKSDA Pananjung juga mencatat ada sekitar 50-60 jenis burung di taman wisata alam ini antara lain burung kuntul karang, alap-alap tikus, elang bondol, cekakak, dan burung madu merah.

Selain monyet, hewan yang juga muda ditemui di TWA seluas seluas 530 hektar ini adalah rusa. Jumlahnya sampai tahun 2008 antara 120-140 ekor. Pada malam hari, banyak rusa yang bukan hewan asli Pangandaran ini keluar dari TWA Pananjung untuk mencari sisa-sisa makanan pengunjung.

“Banyaknya rusa yang mencari makan di luar taman wisata alam karena populasinya yang berlebihan, tidak seimbang dengan ketersediaan pakan di dalam cagar alam dan taman wisata alam ini,” jelas Wawan.

Hewan lain yang juga menarik perhatian pengunjung TWA Pananjung adalah landak. Satwa berduri di sekujur tubuhnya ini mudah di dijumpai di Goa Parat atau goa tembus. Di salah saru ceruk di dalam goa yang berada di dekat pantai itu, ada sepasang landak tengah mencari makan. Keduanya tak terganggu oleh kilatan lampu flash kamera pengunjung yang mengabadikan mereka sedang mencari makan.

Disamping aneka satwa di atas, TWA Pananjung juga dihijaukan oleh sejumlah pepohonan berbagai ukuran dari rendah sampai berukuran raksasa seperti pohon laban, kisegel, merong, kondang, butun, dan ketapang. Bahkan di dalamnya terdapat bunga Raflesia Padma. "Biasanya bunga bangkai ini mekar bulan panas,sekitar Juni sampai dengan Agustus", terang Raswin.

Tak begitu sulit mencapai Pangandaran. Dengan kendaraan pribadi roda empat sekitar 7-10 jam. Kalau dengan transportasi umum dari Jakarta, Anda bisa naik pesawat Susi Air dari Badara Halim Perdana Kusuma pukul 09.10 Wib. Tarifnya Rp 520.000 per orang per 4 Maret 2010.

Pilihan lain, naik bis dari Terminal Kampung Rambutan dengan bis Jakarta Perkasa pukul 05.30. 07.00, dan 17.00 Wib atau dari Terminal Depok dengan bis Budiman pukul 06.00 dan 18.00 Wib.

Selain treking ke TWA Pananjung, Anda bisa melakukan beragam aktivitas menarik lain selama berwisata di Pangandaran seperti transplantasi terumbu karang ke lepas pantai dengan kapal lokal “Katamaran”, berenang di Sungai Citumang dan di periaran laut Pantai Barat Pangandaran, dan berselancar di perairan Batu Karas.

Aktivitas lain yang lebih santai seperti bersepeda menuju pedesaan Sidomulyo, Cikembulan, dan Citumang sekalian mengeksplorasi pasar tradisional dan industri kreatif rumah tangga masyarakat setempat seperti pembuatan besi tempa, gula kelapa, wayang golek, dan wayang kulit serta menikmati suguhan tarian tradisional Ronggeng Gunung, Rengkong, dan Gondang di Desa Sukahurip.

Jangan lupa sekalian menikmati Pindang Gunung yakni makanan khas Pangadaran berbahan ikan. Lalu membeli beragam ikan asin, gula kelapa dan juga bermacam kerajinan dari kerang seperti aksesoris gelang, kalung, tirai pintu dan lainnya serta wayang golek dan wayang kulit sebagai oleh-oleh.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Rabu, 20 Juni 2012

Lomba Lari demi Konservasi Badak Jawa di Ujung Kulon



Lomba lari di jalan beraspal dalam kota untuk memperebutkan sejumlah uang, itu biasa. Tapi lomba lari demi konservasi Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) di kawasan penyanggah Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten, itu baru luar biasa dan BEDA. Itulah yang akan dilakukan World Wildlife Fund (WWF) Indonesia dan Komunitas Indo Runners dengan menggelar lomba lari 10K bertajuk `Run Rhino Run` pada 24 Juni mendatang. Tujuannya untuk meningkatkan kepedulian publik bagi konservasi Badak Jawa.

Mengapa lomba lari ini demi kelangsungan hidup Badak Jawa? Menurut Direktur Program Kehutanan, Air Tawar dan Spesies WWF Indonesia Anwar Purwoto, Badak Jawa merupakan salah satu mamalia besar terlangka di dunia yang hanya tersisa sekitar 50 ekor di TNUK.

Karena itu harus diselamatkan dan dilindungi keberadaannya. Terlebih Primadona TNUK ini memiliki arti khusus bagi WWF Indonesia, karena awal keterlibatan yayasan konservasi ini diawali dengan penelitian mamalia langka ini pada tahun 1962. Lomba lari ini sekaligus untuk memperingati ulang tahun ke-50 WWF.

Balai Taman Nasional Ujung Kulon pun mendukung kegiatan lari lintas alam 10 kilometer yang diikuti oleh 50 pelari utama yang terpilih dari kompetisi online di jejaring sosial ini. Masyarakat dan pemerintah setempat pun boleh mengikutinya.

Yasha Chatab dari
Indo Runners berharap lewat lomba lari ini selain dapat memasyarakatkan olahraga lari, pun menumbuhkan keinginan untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan Badak Jawa di habitatnya sekaligus menyebarkan pesan konservasi ini ke masyarakat yang lebih luas.

Direktur Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Kementerian Kehutanan Novianto Bambang W mengapresiasi kampanye publik melalui kegiatan lari lintas alam `Run Rhino Run` di kawasan penyangga TNUK mengingat sejalan dengan Tahun Badak Internasional yang akan segera dideklarasikan oleh Pemerintah Indonesia.

Lomba lari ini pantas diilang BEDA, karena lintasan larinya melewati pedesaan di pesisir dan pantai yang berpanorma indah di kawasan penyangga TNUK. Di samping itu, peserta terpilih lomba lari ini akan mendapat materi dan pemaparan mendalam tentang konservasi dan habitat Badak Jawa, kehidupan masyarakat sekitar serta potensi ekowisata yang ada di kawasan taman nasional di ujung Barat Pulau Jawa ini.

Kalau adna berusia 15-50 tahun, ayo ikutan lari demi peduli Badak Jawa. Siapapun boleh mendaftar secara online melalui akun facebook www.facebook.com/RhinoCare atau www.wwf.or.id/RhinoCare. Tapi nanti akan diseleksi secara online.

Obyek Menarik TNUK
Lepas lomba lari, tak ada salahnya Anda singga ke TNUK untuk menikmati pesonanya. Ada beberpa obyek yang menarik unuk Anda kunjungi di dalamnya, antaralain Tamanjaya dan Cibiuk yang merupakan pintu amsuk utama dengan fasilitas berupa pusatinformasi, wisama tamu, dermaga dan sumber air panar.

Singahi juga Pantai Kalejetan, Karang ranjang, dan Cibandawoh untuk menikatik gelombang laut selatan dan pantai berpasir teba; serta mengatamau aneka tumbuan dan satwa.

Lanjutkan menyeberang ke Pulau Peucang untuk berenang, snorkeling dan menyelam di perairan jernih dengan pantai berpasir putih. Anda juga dapat menyaksikan satwa rusa dan monyet di daratannya.

Teruskan ke Karang Copong, Citerjun, Cidaon, Ciujungkulon, Cibunar, Tanjung Layar, dan Ciramea serta mendaki Gunung Payung dengan menjelajahi hutan, menyelusuri sungai, padang pengembalaan satwa, air terjun, dan tempat peneluran penyu.

Kalau belum puas menyebernag ke Pulau Handeuleum, Cigenter, Cihandeuleum untuk menagamati aneka satwa seperti banteng, babi hutan, rusa, jejak-jejak Badak Jawa dan berbagai macam jenis burung. Serta menyelusuri sungai di ekosistem hutan mangrove. Atau juga ke pulau Panaitan untuk menyelam dan berselancar.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Menikmati Jazz dalam Balutan Kabut Bromo



Suka naik gunung? Suka dengar musik jazz? Datanglah ke Jazz Gunung 2012 yang akan digelar kembali di Gunung Bromo, Jawa Timur pada hari Jumat-Sabtu, 6-7 Juli mendatang. Dipastikan Anda bakal menemukan atmosfir berbeda, menikmati alunan suara khas Tompi, Glenn Fredly, Syaharani dan lainnya dalam baluatan kabut Bromo.

Mountain jazz atau jazz gunung tahun ini merupakan penyelenggaraan yang ke-4 sejak pertama kali diselenggarakan pada 2009 lalu. Even music tourism ini sengaja digelar di gunung, utamanya di Kawasan Wisata Bromo dengan tujuan selain untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap musik jazz, sekaligus mendukung sektor ekonomi kreatif dan pariwisata, khususnya di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS).

Seseuai namanya, jazz gunung ini akan berlangsung di dataran tinggi, di atas 2.000 Mdpl. Jelas udara dingin di alam terbuka yang membuat even ini beda dengan konser jazz lainnya. Karena itu Anda disarankan membawa sweater tebal, jaket, sarung tangan, dan penutup kepala untuk mengurangi gigitan dingin Bromo.

Sigit Pramono, salah seorang penggagas acar Jazz Gunung menjelaskan, jazz gunung tahun ini merupakan untuk kali pertama digelar selama dua hari pertunjukan.

Selain Tompi, Glenn Fredly, dan Syaharini dengan band Ring Fire Project-nya feat Djaduk Ferianto, juga ada sederet musisi dan penyanyi jazz andal lain seperti Dewa Budjana dan Slamet Gundono, Iga Mawarni, Benny & Barry Likumahua, Kelompok Seni Damarwangi-Banyuwangi, Gondho Jazz Trio-Surabaya, dan Muchi Choir Yogyakarta, dengan pembawa acaranya Butet Kartaredjasa. Tiketnya sudah dapat Anda pesan secara online di www.jazzgunung.com, Rp150.000 untuk 1 hari, atau Rp200.000 untuk 2 hari pertunjukan.

Untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional dalam penyelenggaraan Jazz Gunung 2012, juga akan menampilkan kesenian tradisi Jathilan-Reog sebagai membuka acara.

Yang menarik, Jazz Gunung kali ini juga dilaksanakan bersamaan dengan Pameran Keramik Ahadiat Joedawinata denga tema "Signature" mulai Jumat, 6 Juli 2011 sampai Desember 2012 di Galeri Java Banana.

Sigit menargetkan penonton Jazz Gunung 2012 kali ini akan meningkat dibanding sebelumnya, yakni dari 1000 orang pada 2011 menjadi 1300 orang.

Usai menyaksikan Jazz Gunung kali ini, jangan pulang dulu. Lanjutkan perjalanan Anda ke Gunung Pananjakan untuk menyaksikan pesona sunset kawasan Bromo. Untuk itu, Anda harus bangun dini hari, lalu menyewa mobil jeep ke lokasi. Meski dingin menggigit, pasti bakal terbayar setelah melihat kemolekan kawasan Bromo dengan laut pasirnya saat matahari keluar dari peraduan.

Jangan ceapat-cepat pergi, nikmati saja bias mentari pelan-pelan menyapu kabut yang bersemayam menyelimuti lautan pasirnya, sambil menikmati teh atau kopi hangat.

Kalau belum puas, teruskan langkah Anda ke Ranu Pane, untuk santai dan santap siang di tepian ranu (danau)-nya.

Jika masih punya waktu luang, lanjutkan saja mendaki Gunung Semeru untuk menggapai Mahameru, puncaknya. Namun untuk itu, Anda harus dibekali dengan perlengkapan mendaki yang memadai disertai pemandu lokal agar pendakian berjalan nyaman dan menyenangkan.

Naskah: Adji Kurnaiwan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Tuti Widiastuti (toots)

Read more...

Selasa, 19 Juni 2012

Wisata Minat Khusus Pendakian Gunung Mulai Dilirik Pemerintah



Dari ratusan gunung yang ada di negeri ini, hanya tiga gunung yang dilirik Kemenparekraf sebagai lokasi pengembangan wisata minat khusus pendakian gunung (hiking). Tiga gunung itu adalah Rinjani, Bromo, dan Semeru. Padahal sejumlah gunung lainnya pun sudah terbukti berhasil menjaring wisatawan minat khusus baik Nusantara maupun mancanegara.

Selain hiking, Kemenparekraf lewat Direktorat Pengembangan Wisata Minta Khusus, Konvensi, Insentif, dan Even juga menetapkan 10 wisata minat khusus alam, ekosiwata, dan olahraga rekreasi yakni menyelam, selancar, berlayar, golf, sepeda, jogging, lintas alam, paralayang, fotografi bawah air, dan kayak.

Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan Even Achyaruddin dalam Lokakarya “Perspektif Pengembangan dan Pemasaran Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan even” yang berlangsung di Cimacan, Sabtu (16/6/2012) mengatakan tidak semua obyek wisata wisata minat khusus alam, ekowisata, dan olahraga rekreasi yang ada di 33 provinsi di Tanah Air, dikembangkan seluruhnya.

Wilayah pengembangan wisata minat khusus petualangan ini kali ini difokuskan hanya di beberapa provinsi antara lain di Sulawesi Utara tepatnya Bunaken dan Selat Lembeh, NTB (Gunung Rinjani), NTT (Flores dan Taman Nasional Komodo), Jawa Timur (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Grajagan Banyuwangi), Kalteng (Tanjung Puting), Papua Barat (Raja Ampat), Bali (Danau Batur), Sulawesi Tenggara (Wakatobi), Kaltim Derawan), Maluku Utara (Morotai dan Halmahera Utara), dan Papua (Nabire).

Sebelumnya Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kemenparekraf Firmansyah Rahim dalam pengantar umumnya menjelaskan bahwa pengembangan wisata minat khusus diutamakan terutama bagi destinasi atau obyek wisata yang paling siap prasarana dan sarananya serta yang paling murah modalnya.

Kata Firmansyah, mengingat keterbatasan dana, kemampuan pengelolaan dan masih kurangnya sinergi antarwilayah, maka dalam pengembangan wisata minat khusus tersebut harus fokus.

Achyaruddin menambahkan, selain wisata alam dan ekowisata serta wisata olahraga rekreasi, ada lima tema pengembangan wisata minat khusus lagi yang sudah ditentukan atas kebijakan Menparekraf Mari Elka Pangestu, yakni wisata budaya dan sejarah, wisata kapal pesiar, wisata kuliner dan belanja, wisata kesehatan dan kebugaran, wisata MICE untuk periode 2012 sampai 2014.

“Jadi semuanya ada 7 tema. Diharapkan dengan pengembangan ketujuh wisata minat khusus tersebut, kunjungan wisman akan bertambah bukan saja secara kuantitas tapi juga kualitas, misalnya dari tingkat pembelian dan masa tinggal mereka,” tambah Achyaruddin.

Lokakarya yang diselenggarakan Forum Wartawan Parekraf di Via Renata Hotel & Bungalow, Cimacan, Jawa Barat ini dihadiri sejumlah narasumber antara lain pengusaha wisata bahari dan Ketua Gahawisri Bali Yos WK Amerta, pakar kuliner dan pengusaha kuliner Bondan Winarno, CEO ELJOHN Group Johnnie Sugiarto, dan sejumlah wartawan dari berbagai media.

Amat Potensial
Berdasarkan pengamatan penulis, wisata minat khusus pendakian gunung di Indonesia amat potensial dalam menjaring wisatawan baik wisnus maupuan wisman. Sarana alamnya sudah ada. Indonesia dianugerahi ratusan gunung baik yang aktif maupun tidak dengan pemandangan khas dan menawan serta medan pendakiannya berbeda satu sama lain.

Disamping itu, peminatnya juga amat besar. Di dalam negeri saja, jumlah peminatnya mencapai ratusan ribu orang. Dan ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Peminat dari mancanegara juga tak kalah besar,terutama Gunung Rinjani, Leuser, Tambora, Agung, Semeru, Merapi, Kerinci, Gede, Karakatau, Pegunungan Jaya Wijaya, dan Gunung Papandayan.

Sayangnya selama ini, Kementerian Pariwisata belum meliriknya. Dan baru tahun ini Kemenparekraf ada keinginan untuk mengembangankannya.

Agar tidak salah langkah dalam mengembangan wisata minat khusus pendakian gunung ini, sebaiknya Kemenparekraf melibatkan orang-orang yang mengerti dan paham benar mengenai wisata minat khusus pendakian ini, termasuk wartawan yang memang mengerti sekaligus berpengalamaman di bidang petualangan satu ini agar tidak salah dalam pengembangannya.

Perlu diingat, wisata minat khusus pendakian harus tetap mengedepankan keasrian alam lingkungan gunung tersebut dan melibatkan partisipasi masyarakat lokal di sekitar gunung tersebut untuk menambah penghasilan mereka.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Senin, 18 Juni 2012

Singgalang Memikat Pendaki dengan Hutan Lumut dan Telaga Dewi



Kalau ditanya apa yang memikat para pendaki hingga rela berulang-kali mendaki Gunung Singgalang di Sumatera Barat (Sumbar)? Jawabnya pasti hutan lumut dan Telaga Dewi. Koq bukan puncaknya seperti gunung-gunung lain? Apa lagi daya pikatnya?

Telaga Dewi menjadi alasan utama mengapa banyak pendaki datang kembali, mendaki Gunung berketinggian 2.877 Mdpl ini. Telaga mungil yang berada di ketinggian 2.762 Mdpl dengan luas sekitar 1 Hektare ini pantas dipuja-puji pendaki. Pasalnya selain berair jernih pun berpanorama menawan, di kelilingi hutan dengan pepohonan berbentuk artistik.

Keindahannya itulah yang membuat telaga ini menjadi salah satu tempat bermalam bagi para pendaki sebelum meneruskan pendakian ke puncak Singgalang yang disebut Pilar, keesokkan harinya.

Alasan kuat selanjutnya adalah hutan lumut. Lokasinya berada setelah melewati jalur Cadas yang terjal. Kawasan ini berudara lembab dengan aneka pohon yang diselimuti lumut tebal berwarna hijau. Saat berada di dalamnya, Anda akan merasa berada di dunia lain, seperti dalam kerajaan dongeng yang dihuni para kurcaci dan sejumlah peri. Warna hijau begitu mendominasi, amat menyejukkan mata dan hati.

Di kawasan ini, jalur yang Anda lewati mulai dari meniti tanah humus yang empuk, akar pepohonan, lumpur, sampai lahan berlumut tebal. Anda bakal betah berada di dalamnya.

Alasan berikutnya sumber air yang melimpah. Hutan yang lebat dan lembab dengan curah hujan yang tinggi membuat gunung ini menyimpan banyak sumber mata air. Utamanya jelas Telaga Dewi yang airnya kemudian mengalir membentuk sungai dan air terjun di lembah-lambah.

Kondisi seperti itu mengingat saya seperti Gunung Salak di Bogor, Jawa Barat yang sumber mata airnya juga melimpah-ruah karena hutannya lebat dan curah hujannya tinggi.

Di setiap pos pendakian Gunung Singgalang, tersedia mata air, termasuk di bawah jalur Cadas yang juga menjadi salah satu base-camp buat mendirikan tenda selain di Telaga Dewi, sebelum para pendaki menggapai puncak Singgalang.

Alasan terakhir tersedianya jalur pendakian yang jelas, ditandai dengan adanya tiang-tiang listrik dari awal pendakian sampai puncaknya. Di satu sisi, keberadaan tiang-tiang listrik tersebut memudahkan para pendaki pemula menggapai puncaknya, lantaran tidak perlu susah-payah lagi mencari pedoman perjalanan. Tinggal mengikuti tiang-tiang listrik yang tertanam kuat itu.

Namun disisi lain, keberadaannya sangat mengganggu pemandangan, terlebih saya yang suka motret. Jujur, tiang-tiang listrik itu merusak pemandangan dan lingkungan yang sudah indah dan alami itu.

Dan sejumlah pendaki lainnya mengaku tiang-tiang listrik itu membuat pendakian menjadi amat membosankan. Bayangkan, di tiang listrik itu tertulis tulisan menyebalkan seperti “50 tiang lagi puncak”, “10 tiang lagi puncak”, aduh benar-benar bikin stres.

Jalan keluarnya, kalau sedang mendaki dan menuruni Singalang lewat jalur Pande Sikek, jangan memandangi tiang listrik itu atau jangan menghitung-hitung tiang listrik yang jumlahnya mencapai 100 lebih sampai di puncaknya.

Jalur Pande Sikek
Kalau di Jawa ada pendakian gunung Triple ‘S’ (Slamet, Sindoro, dan Singalang), di Sumbar ada Tri Arga atau pendakian berantai tiga gunung yakni Singgalang, Marapi, dan Tandikek.

Gunung Singgalang dapat didaki dari Balingka, Koto Tuo, Pakan Sinayan, dan Pande Sikek. Rute terakhirlah yang kerap digunakan para pendaki di Sumbar dan dari daerah lain.

Dari Bandara Internasional Minagkabau (BIM), Padang Anda bisa men-carter mobil travel langsung ke pos pendaftaran Gunung Singgalang yang berada di Pande Sikek. Tarif sewa mobilnya Rp250.000.

Pande Sikek juga menjadi obyek wisata belanja, termasuk bagi turis asal negeri Jiran Malaysia. Desa ini dikenal sebagai perajin tenun ikat dan ukiran kayunya. Di sana ada sejumlah toko yang menjual beragam produk busana wanita, tas, mukena, pakaian pria, kain, sarung, dan lainnya dari tenun ikat.

Setelah melapor ke petugas, kemudian dilanjutkan berjalan kaki ke pesanggrahan dekat tower pemancar salah satu stasiun TV swasta. Di pos yang juga digunakan sebagai parkir motor bagi para pendaki yang membawa sepeda motor, pendaki ini dilarang mendirikan tenda.

Kalau mau bermalam, pendaki cukup mengelar matras dan berselimut sleeping bag. Posnya cukup luas berupa rumah yang beratap. Di belakang pos ini, dulunya ada toilet umum. Tapi sekarang sudah tak berfungsi lagi.

Kalau naik bus dari Padang ambil jurusan Bukittinggi, turun di Pasar Koto Baru. Tarifnya sekitar Rp20.000 per orang, dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Kalau dari Bukittinggi ambil jurusan ke Padang Panjang turun di Pasar Koto baru.

Tapi kalau Anda menyenangi suasana yang lebih sunyi karena jarang dilalui pendaki dan pemandangannya masih begitu alami, pilih saja jalur dari Salimparik, Sungai Tanang. Jalurnya, lebih nyaman dan lebih landai namun memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dari Pande Sikek, Koto Baru.

Jalur ini dapat dijangkau dari simpang Padang Luar (Pasar Padang Luar), naik angkutan pedesaan. Tarifnya sekitar Rp2.000 per orang menuju ke Dusun Salimparik. Turun di batas akhir jalan, dimana mobil akan berputar lagi ke bawah.

Keindahan Telaga Dewi boleh dibilang mengalahkan ketenaran Pilar atau puncaknya Singgalang yang hanya terpancang tower pemancar dan bangunan pondasinya yang kini jadi korban vandalisme para pendaki tak bertanggung jawab. Pemandangannya jadi makin kurang sedap dipandang mata.

Nasibnya serupa dengan Gunung Salak yang puncaknya juga kurang diminati karena pemandangannya tertutup oleh pepohonan dan hanya ada sebuah makam keramat. Oleh karenanya kalah tenar dengan Kawah Ratu-nya yang berada di bawahnya, yang kerap dikunjungi pendaki dan pengunjung biasa untuk luluran dan mandi sauna alami.

Bedanya Telaga Dewi ke Pilar hanya sekitar kurang dari 1 jam melewati hutan lumut yang menawan. Sementara Kawah Ratu ke Puncak Salak, masih jauh perlu waktu sekitar 3-4 jam lagi dengan medan yang tak kalah sulit dan menantang.

Selamat mendaki Singgalang.

Naskah dan foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Merekam Badai Singgalang, Simponi Alam Nan Megah



Huuusssssshhh..., huuusssssshhh.... Begitu suara badai angin yang bergemuruh kencang, berulang-ulang di awal pendakian Gunung Singgalang, Rabu (6/6/2012) siang itu. Tiupan dasyatnya beradu dengan dedaunan dan ranting pepohonan juga ilalang dan bambu. Tak pelak menciptakan suara desiran yang berirama, bak sebuah orkestra yang tengah mengiringi simponi alam nan megah. Aku terhibur dan merekamnya.

Berpuluh-puluh gunung yang telah kudaki di negeri ini, baru kali ini aku temukan badai angin gunung seseru ini. Lebih seru dibanding waktu aku mendaki Gunung Lawu, usai bertemu dengan sekelompok orang Blora yang mengenakan baju hitam-hitam, seperti orang Badui Luar. Dan juga lebih seru daripada badai angin di Gunung Papandayaan beberapa waktu lalu maupun Badai Gerobokan di Gunung Slamet yang sudah memakan sejumlah korban pendaki gunung.

Dan seperti biasa, aku bukan menghindar tapi justru menikmatinya. Alhasil, bukan hanya mendapatkan sebuah tantangan yang mengasyikkan, yakni mendaki sambil disuguhi alunan simponi alam nan megah pun pemandangan yang berbeda.

Saking serunya, aku sengaja menuruni tempo langkahku untuk merasakan tiupan dingin badai angin yang tak henti menerpa wajah dan seluruh tubuhku.

Dan di tempat yang tepat, saat badai itu bergemuruh semakin hebat. Aku segera mengambil digital recorder. “Ini kesempatan langka dan harus kurekam,” kata hatiku.

Merekam suara alam, ya itulah kebiasanku saat berpetualang, selain memotret, menyanyi, dan mengarang lagu. Baik itu suara deburan ombak yang mengantam keras karang di pantai atau desiran angin yang mengalun kencang di gunung maupun di padang savana.

Suara alam itu kadang menginspirasiku dalam menciptakan lagu-lagu balada tentang alam dan lainnya. Dan kali ini dari hasil rekaman badai Singgalang yang melatunkan sabda alam, aku berhasil membuat 3 lagu balada terbaru.


Davit Riyadi (24), Mahasiswa Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (MPALH) Universitas Negeri Padang (UNP) yang menemani pendakianku ke Gunung Singgalang, justru terlihat sedikit cemas. Dia yang berjalan di depanku, heran melihatku tenang-tenang saja dan terus asyik merekam badai yang tengah mendera hebat.

“Bang, nanti kita lihat kondisi badainya yah,” ujarnya. Ada keraguan dibalik ucapannya itu. Aku berusaha menenangkannya. “Kita jalan santai aja, nikmati badai ini sambil nyanyi,” kataku yang memang sedari awal menghibur hati dengan menyanyikan lagu bernada melayu yang pernah sukses dibawakan Victor Hutabarat.

Sejak di awal pendakian di jalur hutan bambu dan ilalang, gemuruh badai angin Singgalang sudah jelas terdengar. Saat itu, kami bertemu dengan 7 mahasiswa dari Universitas Andalas (Unand), Padang yang baru saja menuruni Singgalang. “Kami kena badai dari kemarin, dan dinginnya luar biasa,” kata Ambar, salah seorang dari mereka.

Informasi itu tak membuatku ciut. Tapi justru kian tertantang. Dan aku percaya dengan ucapan Ambar. Terlihat dari kotornya celana dan sepatu yang dia dan juga keenam rekannya kenakan usai menuruni Singgalang yang beberapa bagian jalurnya memang berlumpur, terlebih saat hujan turun dan berbadai.

Cuaca di beberapa wilayah di Sumatera Barat (Sumbar) saat itu memang tengah buruk. Bahkan sehari sebelumnya, Kota Padang, ibukota Sumbar dilanda hujan disertai badai angin kencang. Dan beberapa kota lainnya seperti Bukittinggi pun diterpa hujan deras yang cukup lama. Langitnya kelam seharian.

Aku pikir karena kemarin sudah badai dan hujan deras, pasti hari ini cerah. Tapi ternyata tidak. Badai Singgalang masih meraja. Bahkan menurut Davit yang sudah 8 kali mendaki Singgalang, baru kali ini dia menemukan Badai Singgalang yang sedasyat itu. “Dulu pernah sekali kena badai. Tapi nggak separah ini. Kali ini benar-benar yang namanya badai Singgalang,” jelasnya.

Gunung Singgalang berketinggian 2.877 Mdpl yang berada di Kabupaten Agam, Sumbar ini, selain dikenal keindahannya karena memiliki telaga mungil bernama Telaga Dewi sebelum puncaknya dan juga hutan lumutnya, pun dikenal dengan badainya. Sudah banyak orang yang hilang dan tidak ditemukan di gunung berhutan lebat ini karena tersesat dan diamuk badainya.

Menguntungkan
Buatku, kehadiran badai siang itu justru menguntungkanku. Pukul satu, usai santap siang dengan sebungkus nasi Padang yang kubeli di warung makan Rinai di Pasar Koto Baru, berdua Davit, aku merasa bersemangat untuk segera menapaki medannya.

Kenapa kubilang menguntungkan. Berkat badai angin dingin itu, medan menanjak yang sedari awal mengisi pendakian, tak sampai menguras tenagaku. Bahkan aku yang biasanya berkeringat deras dari ujung kaki sampai kepala saat mendaki, saat itu tak berkeringat sama sekali.

Namun sebagai kompensasi tak berkeringat itu, dingin yang kami rasakan begitu luar biasa. Terlebih ba’da Magrib. Usai mendirikan tenda domme untuk bermalam di bawah Cadas, yakni nama jalur pendakian bermedan batuan cadas cukup terjal yang sesekali ber-scrimbing (memanjat tanpa perlu bantuan tali) untuk menapakinya, sebelum menuju kawasan hutan lumut dan Telaga Dewi, dinginnya kian menjadi.

Di dalam tenda saja seperti berada dalam kulkas. Kalau aku bandingkan, dinginnya setara dengan dingin Alun-alun Surya Kencana (Aa Surken), Gunung Gede, Jawa Barat saat sedang dingin-dinginnya.

Saking dinginnya, Davit tak berhasil membuat api unggun di depan tenda. Dia yang seminggu lalu baru saja mendaki Singgalang dan mengaku badannya saat ini kurang fit, akhirnya memilih tidur berselimut SB (sleeping bag).

Aku yang juga kedinginan, memilih menganti celana dan kaos dengan celana pendek dan sweeater yang lebih kering dan hangat, kemudian berselimut “SB” juga tapi bukan sleeping bag melainkan sarung bag hitam.

Dan berkat badai yang keesokannya mereda namun berganti dengan kabut tebal, membuat pemandangan sekitar hutan lumut dan Telaga Dewi menjadi begitu eksotis dan mencuatkan kesan mistik nan artistik. Suasana seperti itu pun aku rasakan saat berada di puncak Singgalang yang ditandai adanya tower pemancar bertenaga listrik.

Yang cukup mengejutkan, badai dan kabut tebal itu sampai membuat permukaan air Telaga Dewi berombak. “Baru kali ini saya lihat air telaga berombak kayak laut saja, padahal ukuran telaga ini kecil,” kata Davit yang mengaku baru kali ini sampai ke puncak Singgalang karena pendakian sebelum-sebelumnya, dia hanya sampai di Telaga Dewi karena kepicut lebih dulu oleh keindahannya.

Walau tak bertemu pesona matahari terbit dari Cadas dan tak melihat kota-kota di bawah kaki Singgalang dan dua gunung tetangganya, Marapi dan Tandikek dari puncaknya karena terhalang halimun. Namun setidaknya badai Singgalang dengan kabut tebalnya telah menyuguhkan pesona lain yang tak kalah menawan.

Dan uniknya, sekalipun badai angin dan kabut tebal tak pernah berhenti menemani sepanjang pendakian namun hujan lebat tak pernah turun sekejappun. Begitupun saat kami turun gunung usai santap siang di bawah Cadas bersama dengan 4 pendaki dari Bangko, Jambi yang bermalam di tepian Telaga Dewi. Sampai tiba di pos awal pendakian pada hari kedua, Kamis (7/6/2012) sore, tak berhujan sedikitpun.

Hanya gerimis saat pagi buta di bawah Cadas, sebelum kami menapakinya menuju hutan lumut dalam kelebatan kabut. Andai saja badai angin kemudian disusul hujan deras mengguyur terus-menerus, sempurna sudah pendakian Singgalang saat itu. Alhamdulillah, DIA menjaga kami.

Naskah dan foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

NB.: Terimakasih buat Davit Riyadi yang bersedia meluangkan waktu mendampingku mendaki Singgalang. Terimakasih juga buat Bojex, senior Davit yang semula ingin mengantarkanku namun berhalangan karena ada sesuatu hal, lalu menyuruh Davit menemaniku.

Read more...

Kamis, 14 Juni 2012

Event Sport Tourism Jelang Akhir 2012



Sejumlah event sport tourism bakal digelar jelang akhir tahun ini. Tujuannya tentu selain mempromosikan pariwisata pun untuk mendongrak kunjungan wisatawan terutama wisman agar target 8 juta wisman tahun ini tercapai. Event sport tourism apa saja?

Di lomba balap sepeda tingkat internasional akan digelar Polygon Tour de Jakarta pada Minggu, 17 Juni 2012. Event ini diselenggarakan PT Dispoly Indonesia (Polygon) bekerja sama dengan Ikatan Penggiat Olahraga Sepeda Jakarta (IPSJ). Lomba akan dilaksanakan di ruas Jalan Sudirman- Thamrin dalam bentuk circuit race.

Dari Kompleks KONI di Senayan menuju garis start/finish yang berada di Jalan Sudirman Gerbang Satu. Rutenya berlanjut menuju Jalan MH Thamrin dan berputar di Tugu Selamat Datang (depan Hotel Mandarin) untuk kembali ke arah Jalan Jend Sudirman dan kembali berputar di Tugu Pemuda (depan Panin Bank) menuju garis start/finisdari Kompleks KONI di Senayan menuju garis Start/Finish yang berada di Jalan Sudirman Gerbang Satu. Rutenya berlanjut menuju Jalan MH Thamrin dan berputar di Tugu Selamat Datang (depan Hotel Mandarin) untuk kembali ke arah Jalan Jend Sudirman dan kembali berputar di Tugu Pemuda (depan Panin Bank) menuju garis start/finish.

Tour de Jakarta pertama digelar pada 25 Agustus 1996 silam. Sempat vakum selama enam tahun, lalu bergulir kembali pada 2002. Event ini kemudian menjadi agenda rutin setiap tahun, hingga yang penyelenggaraan pada tahun 2010 lalu.

Poligon Tour de Jakarta 2012, beberapa tim internasional dipastikan akan berpartisipasi yakni OCBC Singapore (Singapura), Eddy Hollands Bicycle Services (Australia), Bike Bug North Sydney (Australia), CCN Colossi (Selandia Baru), Geumsan Gingseng (Korea Selatan), dan Polygon Sweet Nice Cycling Team.

Tim nasionalnya antara lain ISSI Pengprov DKI Jakarta, Bintang Krangan Cycling Club Jakarta, Customs Cycling Club Indonesia, Putra Perjuangan Bandung, Dodol Picnic Garut Cycling Team, WSP Management Yogyakarta, ISSI Pengprov Jawa Timur, dan Kutai Kartanegara Cycling nasional juga akan unjuk gigi melalui ISSI Pengprov DKI Jakarta, Bintang Krangan Cycling Club Jakarta, Customs Cycling Club Indonesia, Putra Perjuangan Bandung, Dodol Picnic Garut Cycling Team, WSP Management Yogyakarta, ISSI Pengprov Jawa Timur, dan Kutai Kartanegara Cycling team.

Pada September nanti akan nada Tour de East Java (TDEJ) 2012. Yang menarik, masyarakat bisa mengikuti rangkaian kompetisi balap sepeda yang telah dirancang panitia di sejumlah lokasi, sekaligus merasakan lintasan yang sama dengan para pembalap profesional pada etape penutup TDEJ 2012.

Untuk masyarakat umum, partisipasi mereka diwadahi dalam program Road to TDEJ 2012. Program itu dimulai pada bulan April, lalu terus berlangsung hingga puncak even TDEJ 2012 di bulan September. Ada lomba-lomba criterium seru yang telah disiapkan panitia untuk kelas eksekutif, pelajar SMA, pembalap veteran, serta pembalap perempuan.

Sedangkan tahun depan akan digelar Tour de Sriwijaya (TdS). Rutenya ada pilihan yakni pertama, Palembang – Sekayu (124 km), Sekayu - Lubuk Linggau (146 km), Lubuk Linggau – Pagar Alam (94 km), Pagar Alam – Baturaja (100 km), Baturaja – Palembang (142 km). Kedua, Palembang – Muara Enim (183 km), Muara Enim – Pagar Alam (108 km), Pagar Alam – Danau Ranau ( km), Danau Ranau - Baturaja (130 km), dan Baturaja - Palembang (142 km).

Selanjutnya sport tourism triathlon yang bakal digelar di Bintan bertajuk MetaMan. Jika dalam Bintan Triathlon hanya menempuh jarak olimpik, maka MetaMan yang akan digelar pada September 2012 mendatang akan menempuh jarak jauh yakni 3,8 kilometer renang, 180 kilometer balap sepeda, dan 42,2 kilometer untuk lari.

Lomba ketahanan fisik MetaMan ini akan memperebutkan total hadiah US$60 ribu atau Rp548 juta lebih. Pemenang pertama berhak atas uang sebesar USD15000 atau sekitar Rp137 juta untuk masing-masing kategori pria dan wanita.

Jika Bintan Triathlon 2012 dibagi menjadi 3 kelas yakni pria dewasa, wanita dewasa dan peseta anak-anak, maka MetaMan dibagi dua kelas. Kelas pemula, masuk dalam kategori MetaMan Half yang akan menempuh jarak lebih pendek daripada kategori MetaMan Full.

Kedua kategori MetaMan itu terbuka untuk peserta individu maupun grup. Untuk peserta grup, anggotanya harus terdiri dari atas dua atau tiga atlet tanpa batasan jenis kelamin. Pendaftaran pesertanya sudah dibuka sejak 10 Desember 2011 lalu dan ditutup pada 11 Agustus 2012 mendatang.

Jarak tempuh MetaMan Half, untuk berenang sepanjang 1.9 kilometer, bersepeda 90 kilometer dan lari sepanjang 21.1 kilometer. Sedangkan MetaMan Fullmenempuh jarak dua kalilipat dari jarak tempuh MetaMan Half.

Bupati Bintan Anshar Ahmad di Nirwana Gardens Resort mengatakan sangat mendukung MetaMan karena dinilai makin membuat Bintan lebih dikenal. “Sejak program pariwisata dicanangkan tiga tahun lalu, tingkat pengunjung di Bintan terus menunjukkan peningkatan. Pada 2010 terjadi peningkatan sekitar 15 persen dan pada 2011 meningkat 11 persen," ungkapnya seraya menambahkan bahwa Pemkab Bintan mengeluarkan anggaran sebesar SGD100 ribu untuk mendukung kegiatan MetaMan nanti.

Kabid Promosi Disbudpar Bintan Pebrikyendrik menjelaskan Bintan Triatlhon sudah digelar ke-8 kali tahun ini, MetaMan justru baru pertama kali. "Semula event tahunan yang lokasinya bergantian di seluruh negara ini ingin diadakan di China. Namun karena ada sesuatu hal, akhirnya Indonesia yang terpilih dan Bintan menjadi venue-nya," jelasnya.

Event MetaMan yang terselenggara berkat kerjasama MetaSport, sebuah perusahaan penyelenggara kegiatan olahraga ternama di Asia, dengan Pemkab Bintan dan Nirwana Gardens Resort dan juga didukung Kemenparekraf akan diikuti atlit triatlon ternama dari mancanegara, anatar lains Cameron Brown peraih juara 10 kali New Zealand Ironman dan Belinda Grange yang sudah mengantongi 12 kali juara ironman kategori wanita.

Bali International Triathlon
Masih triathlon, Bali kembali menjadi tuan rumah bagi lomba triathlon tingkat dunia yang disebut Bali International Triathlon 2012 pada 24 Juni mendatang. Ada dua kategori yang diperlombakan, yakni kategori olimpiade dan sprint.

Even ini tidak hanya bagi individu, pun terbuka untuk nomor beregu, dimana 3 peserta dalam satu tim bisa saling bergantian menyelesaikan lomba. Tahun ini, Bali Triathlon akan mengajak 600 pesertanya untuk ikut menjaga kebersihan lingkungan, lewat gerakan Going Green.

Sedangkan di lomba arung jeram internasional, tahun ini akan ada Arung Sumsel 2012 yang digelar Pemkab Sumsel di Kabupaten Muara Enim, 30 Juni-2 Juli tepatnya di Sungai Enim, Desa Bedegung, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim. Tujuannya promosi dan pemasaran pariwisata Sumsel khususnya di Kabupaten Muara Enim.

Dan terakhir lomba tributton di Sungai Musi yang disebut Musi Tributton 2012 pada November mendatang.

Tributton merupakan kompetisi olahraga air yang menggabungkan kayaking, river boat, dan dragon boat.

Untuk menyukseskan Musi Tributton 2012 sudah empat Bupati dan Walikota Palembang yang siap berpartisipasi di ajang ini. Kapal yang akan digunakan juga buatan lokal untuk membantu perekonomian dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Naskah dan foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Sport Tourism Kian Sexy Kian Diminati



Sport Tourism atau event yang menggabungkan olahraga dengan wisata, dulu dipandang sebelah mata. Beberapa tahun belakangan ini justru semakin SEXY dan diminati. Buktinya sejumlah event ini digelar di sini dalam skala internasional. Tujuannya tentu selain mempromosikan pariwisata di wilayah yang menjadi tuan rumah, pun menjaring wisatawan sebanyak mungkin. Event wisata olahraga apa saja yang potensial menggolkan dua tujuan itu?

Sport tourism yang terbukti ampuh mempromosikan pariwisata sekaligus menjaring wisatawan baik Nusantara maupun mancanegara adalah lomba balap sepeda bertaraf internasional, baik yang diselenggarakan oleh swasta maupun kementerian terkait seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Kementerian Pemuda dan olahraga (Kemenpora) bekerjasama dengan Pemrov dan Pemkab setempat.

Namun ada lomba balap sepeda yang berumur panjang kemudian tenggelam lalu terhenti. Tak sedikit yang baru beberapa kali diselenggarakan bahkan baru akan digelar.

Lomba balap sepeda berskala dunia bukanlah barang baru. Indonesia pernah menyelenggarakan event tersebut sejak tahun 1958 yakni Tour de Java (TdJ) pertama di Bandung, Jawa Barat. Even ini menjadi lomba balap sepeda pertama di Asia sekligus menjadikan Indonesia sebagai pelopor balap sepeda di Asia. Ketika itu rutenya menempuh Bandung-Surabaya-bandung dengan total jarak hampir 2.000 Km dan terbagi dalam 18 Etape. Sayang event TdJ kini terhenti.

Lalu ada Tour d'Indonesia yang didakan sejak 2003 sekitar September dan Desember. Salah satu turnamen resmi seri Persatuan Balap Sepeda Seluruh Indonesia (Union Cycliste International, UCI) ini sejak awal sponsor utamanya Dji Sam Soe, merk rokok keluaran Sampoerna.

Pada 2007 Tour d'Indonesia dibatalkan karena ketiadaan dana akibat tidak adanya sponsor. Pada tahun 2008 tour ini diadakan kembali dengan menggandeng sponsor Speedy broadband access milik Telkom, sejak itu hingga 2011 Speedy menjadi sponsor resmi perhelatan sepeda ini dengan label Speedy Tour de Indonesia. Pada tahun lau, event ini menempuh jarak 1.328,4 km dari Jakarta menuju Bali dan terbagi dalam 10 etape.

Pada tahun 2005, digelar lomba balap sepeda Tour de East Java (TdEJ) di Surabaya, Jawa Timur untuk pertama kali. Gubernur Jatim Soekarwo berharap TdEJ tahun ini bisa menjadi ikon Jatim mengingat even tahunan itu mampu mengangkat nama Jatim ke dunia internasional.

Gus Ipul menilai TdEJ layak menjadi ikon Jatim, karena even tahunan itu tidak kalah menariknya dengan lomba balap sepeda internasional lainnya. Dari tahun ke tahun banyak pembalap asing yang ikut ambil bagian. Tahun ini saja sudah ada 5 tim balap sepeda luar negeri yang sudah berminat ikut TdEJ.

“Kalau sudah menjadi ikon, maka akan mudah menarik wisatawan datang ke Jatim. Sebab, Jatim banyak memiliki tempat wisata yang tak kalah menariknya dengan wisata luar negeri. Kalau wisata sukses, dampaknya luar biasa terhadap pertumbuhan ekonomi di Jatim,” jelasnya.

Gus Ipul berharap TdEJ kelak menjadi lomba balap sepeda terkenal sesohor Tour de France. Harapannya itu bisa menjadi kenyataan jika lomba ini digarap dengan baik oleh ahlinya. Apalagi, tahun 2019 mendatang, Jatim ditunjuk menjadi tuan rumah Asian Games.

Lalu ada Tour de Singkarak (TdS) dan Tour de Bintan (TdB) yang tahun ini memasuki penyelenggarakan ke empat. TdS 2012 yang diselenggarakan Kemenparekraf baru saja usai digelar pada 4-10 Juni 2012 lalu. Sementara TdB 2012 baru akan digelar 10-11 November mendatang.

Selain lomba balap sepeda, sport tourism yang juga ampuh mempromosikan pariwisata dan menjaring wisatawan adalah lomba selancar (surfing) tingkat internasional. Contohnya International Surfing Competition di Bali, di Batukaras-Jawa Barat, di Mentawai-Sumatera Barat, dan di Banyuwangi-Jawa Timur, dan di Tanjung Setia-Lampung.

Lomba surfing internasional di Banyuwangi yang dikenal dengan sebutan Banyuwangi G-Land International Team Challenge pernah diikuti oleh 12 tim peselancar dari delapan negara, yaitu Australia, Prancis, Amerika, Inggris, Selandia Baru, dan Indonesia yang diwakili peselancar asal Bali.

Sementara di Mentawai, kompetisi surfing bertaraf internasional digelar Pemkab Mentawai, 23-30 Mei 2012 lalu. Sedangkan lomba surfing tingkat lokal dan internasional dan kegiatan Festival Semarak Wisata Tanjung Setia diadakan setiap bulan Juli.

Sport tourism berikutnya lomba triathlon internasional yang dihelar di Bintan, Kepulauan Riau (Kepri). Bintan Triathlon 2012 belum lama berlangsung pada 26-27 Mei lalu. Lomba ini menggabungkan tiga cabang olah raga yakni renang, balap sepeda, dan lari marathon ini di lokasi berpanorama cantik dengan hadiah senilai ratusan juta rupiah.

Bintan Triathlon 2012 yang digelar Pemkab Bintan dan didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ini akan diikuti 1.200 peserta dari 44 negara.

Selanjutnya lomba menyelam internasional di Derawan, Raja Ampat, Bunaken, Banda, Pulau Weh, Bali, Wakatobi, Takabonerate, Komodo, dan lainnya.

Paralayang Sempat Booming
Lomba paralayang internasional antara lain Paragliding Batu Terbuka atau Batu Open Paragliding di Kota Batu, Malang, Jatim. Batu Open Paragliding ini adalah sebuah olahraga paralayang yang mengutamakan keahlian dalam ketepatan mendarat para atlit terjun payung atau paralayang.

Kota Batu telah lama mempelopori olahraga ini di tingkat Provinsi Jatim maupun di Indonesia, menginat kota ini mempunyai kapasitas dan tempat representatif untuk pengembangan olahraga menantang yang sangat disukai oleh mayoritas paraglider mancanegara ini antara lain dari Swiss, Vietnam, Filipina, dan Singapura.

Kegiatan lomba ini dibagi 2 jenis pertandingan yaitu Accuracy dan Across Country.

Accuracy atau ketepatan akan menilai ketepatan atlet dalam pendaratan terjun payung, semakin dekat dengan titik lokasi pendaratan maka semakin tinggi dalam perolehan nilai.

Sedangkan jenis Across Country adalah rally terbang di udara yang harus diikuti di mana setiap peserta harus bergerak di udara dengan mengumpulkan check point satu menuju check point yang lain dengan pantauan alat GPS. Selian di Kota Batu juga digelar lomba paralayang di Danau Maninjau-Sumbar, Gunung Riung_Bogor Jabar, dan Parangtritis-Jogja.

Paralayang merupakan sport tourism yang sempat booming di Indonesia, menyusul kemudian rafting dan diving.

Lomba dayung internasional seperti Festival Lomba Dayung Perahu Naga Internasional di banjir kanal Banda Bakali GOR Haji Agus Salim, Kota Padang, Sumbar dan lomba dayung internasional di Balikpapan, Kaltim.

Lomba arung jeram internasional antara lain lomba arung jeram di Aceh yang menjadi world Cup Seri internasional pertama di Indonesia tepatnya di Sungai Alas, Kabupaten Aceh Tenggara yang diselnggarakan Pemkab Aceh Tenggara bekerja sama dengan Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI).

Pada tahun lalu event ini diikuti oleh 16 tim dari tiga negara, Indonesia; Kazakhstan; dan Malaysia. Indonesia akan diwakili oleh 10 tim, sedangkan Malaysia dan Kazakhstan masing-masing diwakili tiga tim.

Selain itu kejuaraan arung jeram internasional "Australasia Championship" di Sungai Serayu, Kabupaten anjarnegara, Jawa Tengah. FAJI dan International Rafting Federation (IRF) menunjuk Banjarnegara sebagai lokasi karena dinilai Sungai Serayu memiliki grade yang variatif dengan arus dan jalur sungai yang menantang. Sungai itu juga unik karena berada di tepi jalan sehingga memungkinkan masyarakat menonton kejuaraan itu dari pinggir jalan raya.

Lokasi lainnya Sungai Asahan yang merupakan sungai besar yang ada di Provinsi Sumatra Utara yang berhulu di danau Toba, melalui pintu Bendungan Sigura-gura menyusuri daerah hilir.

Air Sungai Asahan mengalir melewati beberapa wilayah di Kabupaten Asahan dan bermuara di Teluk Nibung, Selat Malaka. Topografi alam di sepanjang sungai ini terkenal berliku, bergelombang, curam, dan diapit oleh tebing-tebing terjal.

Arus air sungainya mengalir deras, berombak tinggi dengan debit air yang tinggi mencapai 120 meter kubik per detik dengan kedalaman rata-rata sekitar 5 meter. Arus yang deras, medan berbahaya, dan jeram-jeram ekstrim menjadikannya kerap digunakan untuk lomba arung jeram tingkat internasional.

Kondisi yang demikian membuat Sungai Asahan oleh pecinta olahraga arung jeram internasional dikategorikan sebagai sungai terbaik ke 3 di dunia setelah Sungai Zambesi di Afrika dan Sungai Colorado di Amerika Serikat. Hal tersebut tidak lepas dari tingkat kesulitan sungai ini yang berada pada grade (kesulitan) antara 4-5+.

Hanya sedikit orang yang mampu mengarungi sungai ini bahkan para atlit yang akan terjun mengarunginya harus betul-betul profesional. Di samping ber-grade ekstrim dan berbahaya, Sungai Asahan terkenal dengan panorama alamnya yang indah dan alami.

Dan terakhir, lomba perahu layar internasional antara lain Sabang International Regatta (SIR) di Perairan Pulau Weh, Sabang, Aceh.

Tahun lalu, SIR yang diselenggarakan Kemenbudpar ketika itu dengan Pemprov Aceh, Pemkot Sabang, Persatuan Olahraga Layar Seluruh Indonesia (Porlasi), dan Royal Langkawi Yacht Club Malaysia ini digelar di tiga lokasi yakni Phuket (Thailand), Langkawi (Malaysia), dan Sabang, Aceh (Indonesia) pada 13- 25 September 2011. Lomba layar tingkat internasional ini bertujuan menjadikan Sabang sebagai pusat wisata bahari di Indonesia bagian Barat.

Lomba kapal layar internasional ini, tahun lalu berhasil menggaet 21 perahu layar dari Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Italia, Belanda, Thailand, Malaysia dan Indoensia selaku tuan rumah.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Rabu, 13 Juni 2012

Catatan Tour de Singkarak 2012



Secara keseluruhan, TdS 2012 yang dibuka Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Senin (4/6/2012) di Etape I di Sawahlunto dan ditutup oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng di Etape VII di Padang, Minggu (10/6/2012) berlangsung sukses.

Berdasarkan pengamatan penulis, antusiasme Pemprov Sumbar dan sejumlah Pemkab yang terlibat serta masyarakat Minang sangat tinggi dalam menggelorakan event sport tourism ini. Dan ini sempat dipuji Menparekraf Mari Elka Pangestu dan Wamenparekraf Sapta Nirwandar saat meninjau langsung pembukaan event ini.

Di setiap etape ratusan ribu orang menyaksikan para pembalap nasional dan mancanegara berlaga di tepi jalan bahkan ada yang menonton dari atas pohon dan atap bangunan.

Boleh dibilang tahun ini, penonton yang menyaksikan TdS di setiap etape-nya semakin membludak dan meriah. Sampai anak-anak sekolah rela antri berdiri berjam-jam lamanya, menunggu para pembalap melewati wilayahnya. Mereka bersorak-sorai sambil mengibar-ngibarkan bendera Merah-Putih dari kertas. Sebagian lagi mengabadikan dan merekam aksi para pembalap yang melaju cepat lewat kamera dan HP mereka.

Yang menarik di lokasi start dan finish, sejumlah warga berebut berfoto bersama atlit pembalap sepeda, terutama asal Eropa. Mulai anak sekolah, remaja putri, ibu-ibu berbusana muslimah sampai para Polwan antri foto bareng. Para pembalap sepeda bule bak selebritis dadakan. Mereka melayani permintaan warga sekalipun ada yang dicubit lengannya oleh warga yang terlalu gemas.

Melihat warga begitu tertarik dengan pesona pembalap sepeda bule sampai terkesan norak, membuktikan bahwa orang bule masih menjadi daya tarik kuat dan membanggakan dimata masyarakat lokal sekalipun sebenarnya mereka bukanlah artis. Realita itu terjadi, mungkin karena warga setempat jarang bertemu bule. Dan lewat event inilah mereka memanfaatkan kesempatan langka itu untuk bergaya dan ber-narsis ria dengan bule sedekat mungkin.

Penulis juga menilai ada banyak peningkatan TdS tahun ini dibanding ketiga TdS sebelumnya. Buktinya dari tahun ke tahun, jumlah kabupaten/kota yang ikut meningkat dari 4 kabupaten pada 2009 menjadi 12 pada 2011, dan 14 kabupaten pada 2012.

Begitupun dengan jumlah peserta dan negara yang berpartisipasi. TdS 2012 diikuti oleh 250 pebalap sepeda dari 18 negara, 16 tim internasional dan 7 tim nasional. Dengan jarak yang juga semakin jauh menjadi 854 kilometer yang dibagi dalam 7 etape.

Kekuatan TdS di Sumbar, tentu saja pesona alamnya yang menawan antara lain di Kota Sawahlunto dengan bangunan tua dan bersejarahnya, panorama indah Danau Singkarak, Danau Maninjau, Kelok Empat-Empat, Danau Kembar, perbukitan dengan sejumlah air terjun di perbukitan sepanjang Pesisir Selatan dan lainnya. Selain itu medannya amat variatif dari datar, menanjak terjal, berkelok-kelok sampai menurun curam.

Yang menjadi catatan, beberapa ruas jalannya belum beraspal mulus antara lain di ruas jalan menuju Kabupaten Sijunjung, Solok, dan juga Painam. Selebihnya sudah mulus.

Soal kebersihan, termasuk di dalamnya ketersediaan toilet umum yang memadai dengan kondisi bersih, rapih, dan dilengkapi peralatan standar seperti tissue, sabun, pewangi ruangan dan lainnya pun masih kurang. Terutama di lokasi start dan finish.

Kekurangan lainnya, tak ada paket wisata buat peserta dan media ke sejumlah obyek yang ada di Sumbar usai lomba usai. Tak lupa menyediakan paket-paket wisata yang sudah siap jual.

Semestinya sehari sesudah lomba, diadakan tur wisata, misalnya ke Mentawai atau obyek wisata lain yang ada di Sumbar, dengan harapan mereka kelak datang kembali ke Sumbar atau paling tidak menceritakan apa yang sudah mereka lihat dan rasakan kepada keluarga, teman, dan koleganya di negara mereka masing-masing.

Tahun depan (2013), TdS kelima, menurut penulis sudah sepantasnya menggelar juga balapan untuk kategori pembalap sepeda perempuan. Mengenai jarak tempuh, mungkin dibedakan dengan pria.

Dengan begitu jumlah peserta dan negara yang ikut akan semakin bertambah. Dan efeknya, pariwisata Indonesia khususnya Sumbar akan semakin mendunia.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

TdS 2012 Iran Terbaik Kategori Perorangan, Bandung Terkuat di Regu



Lomba balap sepeda tingkat internasional Tour de Singkarak (TdS) 2012 di Sumatera Barat baru saja usai (10/06/2012). Team balap sepeda Putra Perjuangan Bandung menyabet juara umum untuk kategori Team Classification by Time. Sedangkan nomor yang paling bergengsi kategori Individual General Clssification by Time yang memperebutkan Yellow Jersey, diraih Pujol Munoz Oscar dari Azad University Team Iran.

Lima pebalap sepeda Putra Perjuangan Bandung (PBB) memenangkan kategori Team Classification by Time sebagai tim tercepat dengan total waktu 64:25:21, menempuh jarak sepanjang 854 Kilometer yang dibagi dalam 7 Etape sejak tanggal 4 Juni lalu di 14 kabupaten dan kota di Sumbar.

PBB berhasil mengalahkan dua pesaing utamanya, masing-masing Australian National Team dan Azad University Cross Team Iran.

Sedangkan General Classification kategori Best Indonesia Rider yang memperebutkan Red and White Jersey diraih Dadi Suryadi, disusul Tonton Susanto dan posisi ketiga diambil Chelly Aristya. Ketiganya dari PBB.

TdS kali ini menjadi ajang pembuktian bagi Pujol Munoz Oscar bahwa dirinya yang terbaik dalam laga balap sepeda bergengsi di kawasan Asean ini. Dia memborong tiga kategori perorangan untuk klasifikasi umum, mulai Best Climbers" Classification yang memperebutkan posisi King of Mountain (tanjakan), Points Classifacation menggondol Green Jersey hingga Individual General Classification by Time untuk meraih Yellow Jersey dengan total catatan waktu 21 jam: 24 menit dan 21 detik.

Tempat kedua Jai Crawford dari Genesys Wealth Advisers Professional Cycling Team dari Australia (21:25:29), dan di posisi ketiga, disabet Chun Kai Feng dari Action Cycling Team China Taipe (21:25:33).

Untuk Best Climbers" Classification, Pujol memperoleh 41 points. Tempat kedua diduduki Hamid Shirisisan dari Mix Countries Team Uzbekistan (28 points) dan posisi ketiga Julien Liponne dari Reine Blanche Team asal Prancis (23 points).

Untuk Points Classifacation, Pujol meraih 49 points. Kedua, Hamid Shirisisan (34 points), dan ketiga Mohammad Zamri Salleh dari Terengganu Cycling Team Malaysia (26 points).

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Jumat, 01 Juni 2012

Tradisi Makan Saro Ramaikan Direct Promotion Maluku dan Malut di Batam



Banyak cara menarik pengunjung untuk datang dan menyaksikan acara promosi wisata langsung atau direct promotion (DP) di mal, salah satunya dengan menyuguhkan tradisi unik suatu daerah seperti yang dilakukan Maluku dan Maluku Utara (Malut) dengan menampilkan tradisi Makan Saro di Batam City Square (BCS), Batam, Kepri, Jum’at (1/6/2012).

Makan Saro ini biasanya dilakukan pada saat pesta perkawinan, khitanan, dan khataman (tamat) Qur’an. Tradisi makan bersama ini sampai sekarang masih hidup dalam masyarakat Tidore, Provinsi Malut dan tentunya juga di lingkungan Kesultanan Tidore.

Pada DP Maluku dan Malut yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di Batam, tradisi Makan Saro ini menjadi bagian acara pembukaan pameran promosi wisata dan budaya kedua provinsi tersebut.

Para pejabat dari Kemenparekraf antara lain Kasubdit Wilayah Papua, Papua Barat, Maluku, dan Malut Maria Mayabubu, dan perwakilan dari Pemkot Batam serta Pemprov Maluku dan Malut menjadi tamu kehormatan dalam tradisi Makan Saro untuk pesta perkawinan.

Pada tradisi Makan Saro yang sebenarnya, ada tiga meja makan yang disiapkan. Meja pertama diperuntukkan bagi sultan, pejabat pemerintah, pemuka agama, dan tokoh masyarakat. Meja kedua, untuk kaum perempuan, dan meja ketiga untuk para laki-laki. Pada acara DP Maluku dan Malut di Batam kali ini hanya ada dua meja makan panjang dan deretan kursi yang tertata dengan rapi.

Kedua mempelai pria dan perempuan yang mengenakan pakaian adat Tidore, duduk di ujung meja makan. Sementara para tamu duduk di sisi kiri dan kanan meja makan.

Ratusan pegunjung mal menyaksikan tradisi ini dari dekat, sambil mengabadikan gambar lewat kamera dan video. Ada juga yang berdiri dari lantai satu dan dua mall BCS.

Di meja makan tersaji beragam menu antara lain nasi jaha, nasi pali, srikaya kenari, ikan cabu tulang, ayam kalia, lalampa (lemper) beragam bentuk menarik, rica isi, ketupat, dan buah. Panganannya antara lain kue lapis, waji, apang coe, dan pisang coe.

Nasi Jaha di Tidore sama seperti Nasi Jaha yang ada di Manado. Nasi Jaha ini dimasak dalam bambu dan menggunakan santan. Masyarakat Sumatera Barat menyebutnya dengan lemang.

Nasi Jaha disantap dengan srikaya kenari. Srikaya kenari terbuat dari santan kelapa, telur, gula pasir, kenari, dan daun pandan. Rasanya enak dan teksturnya lembut. Sedangkan Nasi Pali merupakan nasi yang dibungkus dengan daun pandan.

Lain lagi dengan Ayam Kalia, yakni ayam kampung yang dimasak berkuah, mirip dengan kuah kare, ditambah dengan kenari, pala, dan lada.

Sedangkan Rica Isi, Rica dalam bahasa setempat berarti cabai. Meski dari cabai tapi tidak pedas karena isi dari cabai sudah dikeluarkan dan diganti dengan daging ikan yang diolah dengan kenari.

Makanan khas Malut termasuk Tidore dominan dengan kenari. Kenari ini digunakan untuk menggantikan kemiri.

Sebelum bersantap, satu persatu tamu yang duduk dekat pengantin membawa masing-masing satu menu yang disajikan. Kemudian tamu tersebut memberikan kepada mempelai sambil memberi doa dan nasihat semoga langgeng dan bahagia. Yang menarik sambil memberi suapan, masing-masing tamu berteriak “Saro”, sebanyak tiga kali.

Selain tradisi Makan Saro, sejumlah acara lainnya juga meramaikan hari pertama DP Maluku dan Malut di Batam antara lain persembahan tarian tradisional Legu Gam dan juga lomba peragaan busana tradisional anak-anak yang diikuti lebih dari 100 anak-anak.

Acara DP Maluku dan Malut ini akan berlangsung sampai tanggal 3 Juni 2011. Pada hari kedua, Sabtu (2/6/2012) selain masih ada pameran obyek wisata dan aneka kerajinan tangan dari kedua provinsi tersebut, juga ada lomba melukis dan acara menariknya.

Maria Mayabubu mengatakan promosi wisata langsung Maluku dan Malut ini untuk kali ke dua diselenggarakan di Batam. Diharapkan wisatawan baik masyarkat Batam maupun wisman asal Singapura dan Malaysia kelak berkunjung ke Maluku dan Malut.

“Batam merupakan pintu masuk wisatawan terutama asal Malaysia dan Singapura dan wisman lainnya, selain wisnus dari berbagai daerah. Itulah alasan mengapa kami memilih Batam sebagai lokasi DP Maluku dan Malut kali ini,” aku Maria.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan
(adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP