. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 30 April 2012

Rahasia Pacu Kude Takengon Tetap Menawan



Tradisi pacu kude (lomba berpacu kuda) di Takengon, Aceh Tengah hingga kini masih hidup dan terus dilakoni masyarakatnya dari generasi ke generasi selama hampir 2 abad. Rahasianya, kecintaan masyarakatnya yang mendarah daging dan ketersediaan sarana pacuan kuda berpanorama indah.

Minggu siang itu (29/4/2012), beberapa kuda pacu tengah adu cepat lari atau pacu di lintasan pacuan kuda di Takengon yang berlangit mendung. Jokinya 5 bocah laki-laki berusia di bawah 10 tahun. Uniknya, mereka berpacu kuda tanpa pelana.

Itulah salah satu rahasia keunikan pacu kude di Takengon yang membedakannya dengan pacu kuda di daerah lain. Sekaligus menjadi pemandangan tak biasa dan membersitkan kekaguman tersendiri, terutama buat orang yang baru kali pertama melihatnya.

Sejak pagi, puluhan warga mulai dari anak-anak hingga orangtua menyaksikan pacu kude dari pagar pembatas di bagain atas lapangan. Beberapa penonton lainnya menonton dari tribun khusus penonton yang kondisinya sampai sekarang belum rampung 100 persen.

Tak banyak orang yang datang menyaksikan pacu kude, karena hari itu bukan ajang lomba melainkan latihan yang kerap dilakukan para joki setempat saban Minggu pagi hingga jelang sore.

Dari sejumlah penonton itu, ada rombongan peserta lomba rally foto bertema “Gayo Cultural Heritage” yang diselenggarakan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai tradisional (BPSNT) Banda Aceh di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah selama dua hari, Sabtu-Minggu (28-29/4/2012). Tujuan utama rombongan para fotografer dari Banda Aceh, Kabupaten Aceh Tengah, Bireuen, Bandung, dan Jakarta ini untuk mengabadikan akitivitas pacu kude dan suasana sekitarnya.

Tapi kalau sedang lomba yang biasanya diadakan pada bulan Agustus bertepatan dengan perayaan kemerdekaan RI, dipastikan penontonnya melimpah ruah. Sampai jalan menuju ke arena pacuan kuda ini macet.

Lomba pacu kude selalu dinanti-nanti masyarakat Takengon dan sekitarnya, termasuk para joki yang menjadikan ajang ini sebagai pembuktian ketangkasan memacu kuda pacu secepat mungkin.

Salah satunya Rijal Pahlevi (19), joki muda yang pernah empat kali menjadi juara lomba pacu kude di arena ini.

Pemilik 4 kuda pacu bernama Grico, Ciung Wanara, Gunter, dan Rintes ini tengah bersantai dengan Grico, kuda pacunya yang tadi diajaknya latihan di rerumputan dekat arena pacuan.

Menurutnya selain latihan, perawatan kuda pacu juga beda dengan kuda biasa atau kuda ternak. “Kuda pacuku setiap hari dikasih makan empat telor dan dedak selain rerumputan. Mendekati lomba, sehari dikasih 5 telur dan lainnnya,” jelasnya membuka rahasiakesuksesannnya sebagai juara.

Seperti Rijal, rupanya para joki bocah di Takengon mengikuti jejak ayahnya. Rijal sendiri mengaku belajar jadi joki dari ayahnya yang pejoki kuda pacu andal. “Aku belajar berkuda dari ayah dan akumemang bercita-cita menadi joki profesional,” akunya.

Saking cintanya berpacu kuda, remaja bertubuh mungil ini sampai tidak mau melanjutkan sekolah ke SMA. Kakak lelakinya justru memilih sekolah dan kini sudah kuliah semester dua. “Aku cuma lulusan SMP, aku lebih memilih berlatih jadi joki, kalau sekolah bikin aku pusing,” ungkapnya.

Pilihan Rijal itu semula disayangkan oleh orangtuanya.Tapi setelah dia membuktikan diri berhasil menjadi juara lomba pacu kude sebanyak 4 kali, orangtuanya pun kini mendukung kegiatannya.

Besar uang yang didapat nya sebagai juara pertama lomba pacu kude cuma Rp 5juta. Jumlah tersebut, menurutnya tidak menutupi untuk biaya perawatan dan makan kuda sehari-hari. Kendati begitu, Rijal tetap bangga melakoninya.

Kebanggan Rijal sebagai joki kuda pacu itu juga dirasakan para joki bocah lainnya. Kecintaan terhadap tradisi pendahulunya itulah yang membuat pacu kude Takengon terus hidup dan berkembang.

Kebanggaan berpacu kuda pada masyarakat Gayo di Takengon sudah ada sejak lama. Dulu, saat masyarakat menanti panen padi, mereka biasanya mengisi waktu luangya dengan berbagai kegiatan pilihan seperi begule (menangkap ikan) di Danau Laut Tawar, mungaro (berburu) di hutan, uwer (berternak), dan sebagian lagi yang hobi berpacu kuda merawat kuda pacunya.

Selepas luwes belang atau pascapanen padi, mereka mengadakan lomba pacu kude sebagai hiburan. Biasanya pada bulan Agustus, saat musim kemarau. Itu terjadi sebelum Belanda menginjakkan kaki di Bumi Gayo.

Dalam buku Pacu Kude: Permainan Tradisional di Dataran Tinggi Gayo, yang ditulis Piet Rusdi, tenaga peneliti BPSNT Banda Aceh disebutkan awalnya pacu kude di Takengon ini tumbuh pada pertengahan abad ke-19, sekitar tahun 1850, sebelum Belanda masuk ke Takengon. Lokasinya di Kampung Bintang, Kecamatan Bintang, tepatnya di pinggiran Danau Laut Tawar sebelah Timur.

Ketika itu masyarakat Takengon berpacu kuda di lapangan yang rutenya memanjang dari Wakep ke Menye sepanjang lebih kurang 1,5 Km, di tepi pantai yang berpasir sehingga kemudian lokasinya disebut Pasir Bintang.

Pemenangnya ketika itu hanya mendapat “Gah” atau marwah yang diperebutkan secara bergantian. Lalu dilanjutkan dengan acara syukuran dengan sistem berpegenapen atau saling sumbang untuk biaya perayaan kemenangan itu.

Melihat pacu kude semakin semarak, pemerintah Kolonial Belanda memindahkan arena pacuan kude ke Blang Kolak yang sekarang bernama Lapangan Musara Alun dengan tujuan menyatukan rakyat dan tentu mengambil hati rakyat.

Lomba pacu kude era penjajahan Belanda itu diselenggarakan sekaligus untuk merayakan hari ulang tahun Ratu Wilhelmina secara meriah. Hadiahnya pun bermacam antara lain biaya makan kuda dan piagam.

Pada tahun 1956 bersamaan dengan terbentuknya Kabupaten Aceh Tengah, pacuan kuda ini diambilalih Pemkab Aceh Tengah.

Untuk meningkatkan kualitas kuda pacu, Bupati Aceh Tengah ketika itu Buchari Ishaq mendatangkan kuda pacu dari Australia untuk dikawinsilangkan dengan kuda asal Gayo sekitar tahun 1995. Hasil persilangannya disebut Kuda Astaga atau Australia Gayo yang berpostur lebih besar dan larinya lebih cepat dibanding kuda lokal.

Kuda pacu indo itu membutuhkan lapangan pacu yang memadai. Karenanya saat Aceh Tengah dipimpin Bupati Mustafa M. Tammy dengan persetujuan warga, lapangannya dipindahkan dari Musara Alun ke Blang Bebangka pada tahun 2002 hingga sekarang.

Kebersihan dan Variasi Kegiatan
Acena pacuan kuda di Blang Bebangka, Takengon punya kelebihan tersendiri dibanding arena pacuan kuda lain di Indonesia. Arena ini terletak di tengah lembah di Dataran Tinggi Gayo yang dikelilingi perbukitan. Udaranya pun sejuk. Siapapun betah berlama-lama, asal tidak hujan.

Hamparan rerumputan mengelilingi lembah yang dialiri sebuah sungai berair jernih dan deras. Sungainya menjadi lokasi mandi kuda pacu usai mengikuti lomba atapun latihan.

Sayangnya, kondisi sekitar arena pacuan kuda ini tidak dipelihara dengan baik oleh pengelolanya. Terutama soal kebersihan. Sampah plastik berupa gelas air mineral, kemasan makanan kecil, kantung kresek dan lainnya berserakan dimana-mana bahkan sampai di arena lintasan. Itu amat mengganggu pemandangan.

Salah satu penyebabnya, selain tingkat kesadaran kebersihan masyarakatnya dalam hal ini penontonnya amat rendah, juga karena sarana tempat sampah hampir tidak ada.
Bayangkan setiap ada lomba pacu kude yang ditonton ratusan bahkan ribuan orang, sementara tempat sampah tidak ada. Mereka otomatis membuang sampahnya di jalan menuju lokasi, areal sekitar lapangan dan juga di lintasan.

Bila kondisi ini didiamkan, bisa jadi bumerang. Wisatawan yang datang jauh-jauh untuk menyaksikan pacu kude di sini menjadi risih, lalu menceritakan kejorokan itu ke orang lain di daerah atau di negaranya.

Oleh karena itu perlu dilakukan penyadaran kebersihan terus menerus kepada masyarakat dan pengelola pacauan kuda, agar mereka tahu bahwa kebersihan sebuah arena olahraga, memberi nilai lebih di mata penonton terlebih wisatawan. Jika pacuan kuda di Takengon bersih dan rapih, jelas akan semakin dilirik wisatawan.

Disamping itu, harus memperbanyak kegiatan di pacuan kuda ini untuk menghindari kebosanan pengunjung, sekaligus untuk menjaring wisatawan baru. Jadi tidak cukup hanya lomba pacu kude yang digelar setahun sekali.

Caranya dengan terus menambah kegiatan baru agar lebih bervariasi, misalnya lomba hias kuda pacu, festival kuda gayo, paket melihat proses perawatan dan pemandian kuda pacu, pemilihan duta joki Takengon, dan sebagainya yang dirangkai dengan pesta budaya berupa pementasan Tari Saman, Didong, hiburan musik tradisional, dan pameran industri kreatif setempat berupa aneka kerajinan dari Kerawang Gayo, olahan kopi, sayur-mayur, dan buah-buahan.

Bila kedua hal itu (kebersihan dan variasi kegiatan) diindahkan, termasuk di dalamnya keamanan, ketertiban, dan keramahan masyarakatnya terhadap pengunjung, dipastikan pacu kude di Takengon bukan lagi sekadar hidup dan menawan, pun mendatangkan berbagai keuntungan ekonomi dari kunjungan wisatawan baik lokal, Nusantara maupun mancanegara. Pun tak menutup kemungkinan investor akan tertarik menanamkan modalnya dalam bentuk sarana dan fasilitas wisata, seperti rumah makan, penginapan dan lainnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Minggu, 29 April 2012

Depik (masih) Primadona Danau Laut Tawar



Pesona Danau Laut Tawar tak bisa dipungkiri mendatangkan pendapatan bagi masyarakat Takengon lewat kunjungan wisatawan. Sayangnya, itu jumlahnya masih amat minim dan belum dapat diandalkan. Penghasilan tambahan utama masyarakat setempat justru dari hasil tangkapan depik. Ikan asli penghuni danau ini hingga kini masih menjadi primadona Danau Laut Tawar sekalipun sejumlah warga belakangan membudidayakan bermacam ikan pendatang seperti bawal dan mujair.

Sinar matahari belum nampak. Udara dingin masih terasa menusuk. Tapi Riskan (32) sudah mulai mengambil satu per satu depik yang terjaring di eas atau jalanya yang berwarna hijau.

Ayah satu anak warga Kampung Teuron Toa, Kecamatan Lut Tawar rupanya tak mau menyiakan waktunya sedetikpun. Selepas jeumpa atau perahu sampannya merapat ke bibir danau, dia langsung mengambil ratusan ekor depik yang terjaring.

Hampir tiap hari Riskan melakukan pekerjaannya sebagai nelayan penjaring depik di Danau Laut Tawar yang berada di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.

Dari rumahnya pria berbadan sedang dan agak pendiam ini berangkat tengah malam menuju Danau Laut Tawar. Pukul 1 dini hari dia langsung melajukan perahu sampannya ke tengah danau. Depik hanya ada di tengah, jadi mau tak mau dia harus ke tengah untuk mendapatkan depik yang banyak.

Perjuangan tak sampai di situ. Dia pun harus bersaing dengan penjaring depik lain yang jumlahnya puluhan malam itu. Pukul 5 pagi Riskan kembali ke tepi danau untuk mengumpulkan depik yang sudah terjaring. “Alhamdulillah lumayan depik yang terjaring,””jelasnya sambil mengumpulkan depik di dasar sampannya, Minggu (29/4/2012).

Setiap hari, kalau lagi beruntung Riskan mendapatkan 5 bambu depik. Satu bambu sekitar 2 liter depik yang dijual seharga Rp 50.000. Dengan begitu dia mengantongi Rp 250ribu. Padahal modalnya untuk menjaring depik di tengah danau hanya membeli satu liter bensin untuk mesin perahu Rp 8.000. Untungngya jelas berlipat-lipat dengan catatan sudah memiliki jeumpa bermesin motor sendiri.

Keuntungan yang cukup besar dari menjaring depik, rupanya membuat warga yang tinggal di kampungnya termasuk di sejumlah kampung di tepi danan laut tawar masih mengandalkan keberadaan depik sampai saat ini sebagai mata pencaharian utama ataupun tambahan.

Di kampungnya saja, sekurangnya ada 20 penjaring depik. Sisanya petani kopi, padi, dan peladang. “Kalau di total semua dengan kampung-kampung lain mungkin ada ratusan nelayan depik,” terangnya.

Kalau tidak memiliki jeumpa sendiri, jalan keluarnya menyewa jeumpa lalu bagi hasil tangkapan. Pilihan lain membeli jeumpa dan mesinnya. Harga jeumpa tanpa mesin Rp 2juta kalau dengan mesin sekitar 3,5juta. Perahu sampan yang terbuat dari kayu jeumpa ini harus dipesan terlebih dulu oleh pembuatnya. Umur perahu ini mampu bertahan sampai 10 tahun.

Kalau harga depik lagi naik Rp 70.000 per bambu, penghasilan riskan jelas bertambah besar. Tapi terkadang harga depik juga turun sampai Rp 30.000 per bambu. Bahkan tidak setuipa hari dia bisa menjaring depik, mengingat ikan itu sulit didapat saat terang bulan. “Kalau terang bulan saya stop mencari depik selama 15 hari, di rumah saja,” akunya.

Begitupun saat musin angin kencang yang biasanya terjadi pada bulan Juli dan Agustus, dia pun tidak berani menjaring depik. Sehingga tidak mendapat penghasilan.

Untungnya kondisi lingkungan danau masih terpelihara kendati terjadi penurunan luas perairan danau untuk lahan sawah, rumah dan lainnya. “Sepanjang ini, belum pernah ada kasus ratusan depik mati karena keracunan atau dampak lainnya,” jelasnya.

Tumpuan Harapan
Di bibir danau itu, Riskan tidak sendiri. Ada beberapa nelayan penjaring depik lain yang tengah asyik mengambil ikan berukuran kecil itu dari jala masing-masing.

Tak lama berselang, beberapa pedagang depik yang mengendarai sepeda motor lengkap dengan dua drum plastik yang diisikan bongkah-bongkah batu es, satu per satu berdatangan. Mereka datang untuk membeli depik langsung dari Riskan dan penjaring lainnya. "Kalau beli langsung, depiknya masih segar dan saya bisa beli banyak," kata Amran salah seorang pedagang depik.

Aktivitas keseharian Riskan dan rekan-rekannya di tepi danau itu menarik perhatian sejumlah peserta lomba rally foto yang diadakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Banda Aceh, selama dua hari (28-29/4/2012) di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Mereka mengabadikan Riskan dan aktivitas penjaring depik lainnya berikut pesona panorama danau yang menawan.

Riskan yang tengah asyik bekerja, merasa tak terganggu, sekalipun bergantian fotografer memotretnya dari berbagai sudut. Dia terus saja mengambil depik dari jaringnya. Santai tapi nampak serius.

Riskan dan teman-temannya tidak menjual semua hasil tangkapannya. Dia menyisakan depik sedikit untuk dibawa pulang. Istrinya di rumah biasa mengolah depik sebagai lauk pauk. “Biasanya depik dibuat dedah yang diberi kunyit sehingga warnanya kuning, atau pengat, macemjing, dan balacan. Ada juga yang digioreng kering dengan tambahan sambal,” jelasnya.

Meskipun banyak warga membudidayakan ikan pendatang seperti bawal, mujair dan lainnya, Riskan tetap tak mau berpaling. Dia setia menjadi penjaring depik. Menurutnya depik masih menjadi primadona Danau Laut Tawar. Karenanya dia berani mengantungkan hidup dan masa depannya dari depik.

Kini tinggal bagaimana kearifan masyarakat di sekeliling Danau Laut Tawar menjaga lingkungan danau termasuk hutan di perbukitan sekitarnya. Bila lalai, bisa jadi depik kelak sulit ditemukan lagi. Dan bila itu benar terjadi, mati sudah tumpuan dan harapan Riskan dan penjaring depik lainnya.

Naskah & Foto: Adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Sabtu, 28 April 2012

Didong Takengon Tak Lekang Zaman



Berkunjung ke Takengon jangan hanya mencumbui pesona Danau Laut Tawar-nya, nikmati juga kesenian khasnya berupa alunan syair berisi pesan sarat makna yang disebut Didong. Sampai kini, salah satu kesenian suku Gayo yang menetap di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Bener Meriah, dan juga Kabupaten Gayo Lues ini masih terus berdenyut. Mengapa?

Di atas panggung Festival Internasional Panen Raya Kopi di Redelong, Kabupaten Bener Meriah, Sabtu (28/4/2012), tubuh Teuku Aga (19) meliuk-liuk dalam beragam gaya.

Kadang dia seperti burung yang sedang terbang dengan mengenakan selembar kain kerawang berwarna dasar putih dengan aneka motif. Sesekali di merunduk dengan ekpresi sedih, merintih.

Pelajar yang baru lulus SMAN I Takengon ini tampil cukup ekspresif meskipun belum total penjiwaannya.

Yang memikat gaya menarinya beda sekali dengan tari Saman yakni tarian suku Gayo yang bermukim di Kabupaten Gayo Lues. Ataupun Tari Seudati yang menjadi tarian khas masyarakat etnis Aceh.

Tarian yang dibawakan Aga, begitu sapaannya punya daya pikat cukup kuat. “Ini namanya didong yang menyuarakan isi hati terdalam,” jelas Aga yang pernah tampil membawakan guru dindong di Graha Kesenian Jakarta (GKJ) pada 2011.

Setelah menari, Aga kemudian melantunkan pesan-pesan itu tentu dalam Bahasa Gayo. “Ini halusinasa sekaligus suara isi hati,” jelasnya seraya menjelaskan tarian itu disebut Guru Dindong.

Kata Aga, ada dua dindong di Gayo ini. Pertama dindong biasa yang biasa dibawakan dua orang penari. Satu lagi Guru Didong yang hanya boleh dibawakan oleh seorang lelaki.

Melihat gaya tariannya yang agak aneh namun memikat itu, Aga pun diminta kembalai bergaya di luar panggung untuk diabadikan oleh sejumlah fotografer peserta lomba rally foto bertema Culture Gayo Heritage yang diselengarakan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Banda Aceh.

Yang membuat didong di Takengon tetap berkibar meskipun diterja kesenian modern, karena hampir 75 persen desa yang ada di ibukota Kabupaten Aceh Tengah ini memiliki grup didong.

Grup-grup dindong ternama masih kerap ditanggap untuk berbagai kebutuhan, seperti pesta perkawinan, perlombaan, peresmian kantor, pentas seni budaya, dan lainnya.

Faktor lainnya, senimannya lebih kreatif sehingga muncul ide-ide baru salah satunya guru didong sebagaimana yang dibawakan Aga. Penambahan hal-hal baru itu membuat dindong di Takengon juga di Redelong terus berkembang, tidak monoton dan disukai anak muda.

Didong dimainkan oleh sejumlah pemain dengan menggunakan beberapa ceh didong atau pelantun lagu dengan mengandalkan kemerduan suara, kelihaian merangkai kata-syair dan teka teki yang harus dijawab lawan atau sebaliknya.

Posisi permainnya ada yang sejajar dan ada juga yang agak melingkar dengan memegang bantal sebagai alat untuk ditepuk dalam mengiringi irama syair.

Naskah dan foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Rally Foto Gayo Cultural Heritage, Cara Jitu Lestarikan Nilai Tradisi



Lomba foto adalah salah satu cara jitu memperkenalkan sekaligus melestarikan nilai tradisi budaya dan pariwisata sebuah daerah. Inilah yang dilakukan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisi (BPSNT) Banda Aceh dengan menggelar Lomba Rally Foto 2012 bertema “Gayo Cultural Heritage” selama dua hari, Sabtu dan Minggu, (28-29/4/2012) di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh.

“Acara ini selain sebagai ajang silaturahmi antar fotografer juga untuk mengapresiasi nilai-nilai tradisional budaya masyarakat di dua kabupaten tersebut dan sekaligus mempromosikan potensi pariwisatanya,“ kata Kepala BPSNT Banda Aceh Djuniat saat memberi pengarahan kepada 23 peserta rally foto di Hotel Bayu Hill, Takengon, Aceh Tengah, Sabtu (27/4/2012).

Lomba rally foto ini, lanjutnya baru pertama kali diadakan BPSNT Banda Aceh. Sebelumnya pernah diadakan lomba foto namun tidak dalam betuk rally melainkan peserta mengirimkan hasil fotonya masing-masing lalu dilombakan. “Kali ini sesuai namanya rally foto, waktu pemotretan ditentukan oleh panitia dengan beberapa obyek di sejumlah lokasi di dua kabupaten yang ada dataran tinggi Gayo tersebut,” jelasnya.

Semula acara ini akan dilaksanakan di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Namun ketika mendengar di Kabupten Aceh Tengah ada event Festival Kopi dan Pacu Kuda lokasinya dipindahkan ke Aceh Tengah dan Benar Meriah. “Sayangnya Pacu Kuda tidak diadakan. Sebagai penggantinya, peserta dibawa ke beberapa obyek alam dan budaya untuk difoto,” ujar Djuniat.

Kasubag Tata Usaha BPSNT Banda Aceh Irini Dewi Wanti selaku ketua panitia rally foto menjelaskan, acara rally foto di bagi menjadi dua bagian.

Pada hari pertama, peserta diharuskan mengambil gambar aktivitas berkaitan dengan kopi yang menjadi komoditas utama orang Gayo antara lain pembibitan pohon kopi, pengeringan biji kopi, dan pemetikan buah kopi di Bandar Lampahan yang berlatar belakang pemandangan Burni Telong, dalam Bahasa Gayo yang berarti gunung yang terbakar.

Kemudian peserta rally foto diarahkan ke venue acara Festival Internasional Panen Raya Kopi pertama di Radelong, Ibukota Kabupaten Bener Meriah untuk mengabadikan pameran kerajinaan tangan masyarakat Gayo antara lain Kerawang Gayo atau kain sulaman khas Gayo yang diolah menjadi bermacam cenderamata menarik seperti bahan pakaian, baju, peci, tas, dompet, gelang, selendang, dan lainnya.

“Di festival tersebut, peserta juga mengabadikan beberapa seni budaya Gayo antara lain Tari Saman yang begitu atraktif dan Guru Didong,” jelas Irini.

Lepas makan siang, kemudian dilanjutkan rehat sejenak di Bergendaal, sebuah kedai kopi berkonsep café untuk menikmati olahan kopi Gayo yang diseduh dengan alat modern.

Selanjutnya, peserta dibawa ke Kebayakan, tepi Danau Laut Tawar untuk memotret aktivitas warga memandikan kuda pacu. Sayangnya setibanya di sana, hujan turun. Pemotretan pun dibatalkan.

Peserta kembali ke penginapan di Hotel Bayu Hill untuk istirahat. Malamnya, selepas makan malam, beberapa peserta melanjutkan pemotretan pentas seni budaya Gayo di panggung acara Festival Internasional Panen Raya Kopi di Redelong.

Pada hari kedua, besok Mingggu (29/4/2012). Peserta lomba rally foto dibawa ke Danau Laut Tawar untuk mengabadikan bermacam aktivitas masyarakat setempat seperti mencari depik atau ikan penghuni asli Danau Laut Tawar, pemandangan alam sekitarnya serta memandikan kuda pacu yang pada hari pertama tertunda.

Ali Amran, salah seorang penduduk di tepi Danau Laut Tawar menggambarkan keberadaan danau ini dulu dan sekarang yang mengalami banyak perubahan. “Dulu waktu saya masih kecil airnya benar-benar jernih, tidak ada eceng gondok dan tidak ada jalan serta rumah-rumah di tepi danau ini. Sekarang, meskipun bersih tapi sudah ada sampah plastik, juga ada jalan yang dulunya adalah genangan air danau ini, “ jelasnya.

Kendati begitu, lingkungan danau yang menjadi nadi kehidupan bagi sejumlah warga di tiga kecamatan yakni Kecamatan Kebayakan, Lut Tawar, dan Kecamatan Bintang ini tidak separah danau-danau lain. Pesona alamnya masih menjadi daya tarik bagi wisatawan baik lokal, Nusantara maupun asing berkat keindahan alamnya. “Saya lihat semakin banyak orang bule kesini, sambil motret-motret,” aku ayah tiga anak dan 2 cucu usai mancing di tepi danau itu.

Kasi Promosi Wisata, Disbudparkab Aceh Tengah, Khalis menjelaskan Danau Laut Air Tawar samapai saat ini masih menjadi ikon wisata alam Aceh Tengah, khususnya Takengon. Untuk lebih mengangkat nama danau ini, lanjutnya perlu diadakan sebuah event festival. "Rencananya tahun depan, Disbudparkab Aceh Tengah akan menggelar Festival Lut Tawar 2013," jelas Khalis yang juga jurnalis foto sekaligus peserta rally foto ini.

Hasil lomba rally foto berhadiah total Rp 15 juta ini, lanjut Irini rencananya dipamerkan di Banda Aceh dan Jakarta sebagai bentuk publikasi pra kegiatan agar nilai-nilai tradisi budaya masyarakat suku Gayo dan obyek-obyek wisata di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah terpromosikan.

Pemenang lomba rally foto ditentukan oleh dewan juri yang terdiri dari Akmal Adji Kurniawan dari Koordinator Pewarta Bidang Kebudayaan dan Pariwisata (Kowarbudpar), Bambang Widjarnarko, ketua Komunitas Fotografi Budpar (KFB) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Hasbi Azhar fotografer freelance Aceh.

Menurut Bambang, acara rally foto ini sebaiknya diselenggarakan setahun sekali di tempat berbeda secara bergantian. “Tujuannya agar obyek wisata baik aktivitas budaya maupun pariwisata daerah lain di Aceh juga terpromosikan sekaligus memacu kreativitas komunitas fotografer Aceh khususnya yang selama ini kurang terdengar di tingkat nasional,” imbuhnya.

23 peserta rally foto didominasi pekerja, jurnalis foto, dan mahasiswa dari Kota Banda Aceh, Kabupaten Bireuen, dan Kabupaten Aceh Tengah. Teuku Afie, peserta termuda yang baru lulus SMU mengaku senang ikut kegiatan lomba foto ini. "Asyiknya sambil hunting foto saya bisa sekalian berwisata ke beberapa obyek," aku anak muda berbadan subur yang bercita-cita jadi fotografer profesional ini.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: adji & agoenk
/span>

Read more...

Kamis, 26 April 2012

Gerai Ayam Sudah, Sekarang Giliran Jual CD di Outlet Bank


Maraknya pembajakan ditambah mudahnya mengunduh musik lewat internet kian membuat penjualan CD menurun. Perusahan rekaman dan musisi pun putar otak mencari terobosan penjualan. Usai cukup sukses menjual CD di Gerai Resto Ayam Cepat Saji juga lewat SPBU, kini giliran outlet bank yang dilirik. Dan perusahaan rekaman Sony Music Entertainment Indonesia mempeloporinya bekerjasama dengan Bank Negara Indonesia (BNI) dalam menjual CD album kompilasi lagu anak berjudul Ambilkan Bulan, yang berisikan 10 lagu karya pencipta lagu anak terbaik Indonesia, A.T. Mahmud.

Managing Director Sony Music Entertainment Indonesia Toto Widjojo mengakui kesuksesan penjualan CD di gerai ayam yang lumayan, memberinya inpirasi untuk mencoba jualan di gerai lain sesuai dengan konsep dan strategi yang beda.

Langkah ini selain punya misi idealis yakni turut berkontribusi terhadap perkembangan musi tanah air, termasuk musik untuk anak-anak, lanjut Toto, juga dipikirkan nilai ekonominya. “Musik sebagai salah satu industri kreatif harus punya nilai ekonomi, tanpa itu industri ini tidak maju,” katanya saat peluncuran album Ambilkan Bulan di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Senin (23/4/2012).

Nilai ekonomi disini dari kreativitas dan kemasannya dengan mengarranseman lagu-lagu terbaik karya AT Mahmud dengan arranseman modern dan dinyanyikan oleh band dan penyanyi dewasa yang menjadi idola. “Kalau yang menyanyikan anak-anak, nilai jualnya kurang komersil dibanding bila yang menyanyikan penyanyi atau band dewasa,“ akunya.

BNI dipilih sebagai mitra kerja, tambahnya mengingat bank ini memiliki ratusan lebih outlet di seluruh Indonesia bahkan di beberapa kota mancanegara seperti London, Tokyo, Singapura, dan Hongkong. “Ada sekitar 1.600 outlet BNI yang akan menjual CD ambilkan bulan ini, diharapkan hasilnya bakal melebihi penjualan di gerai ayam yang hanya sekitar 400 gerai,” jelasnya.

Untuk mendapatkan CD ini cukup mudah, sekaligus memberi efek positif kepada anak-anak untuk belajar menabung. "Caranya dengan membuka rekening BNI Taplus Anak di kantor cabang di seluruh Indonesia, durasianya selam 3 bulan ke depan” ujarnya seraya menambahkan setelah tiga bulan, nanti baru diketahui perkembangan penjualannya dari BNI.

Penyanyi dan grup band yang terlibat dalam CD Ambilkan Bulan yakni Sheila on 7 yang membawakan lagu Ambilkan Bulan, The Changcuters (Libur Telah Tiba), Cokelat (Mendaki Gunung), Judika (Kereta Apiku), Superman is Dead (Aku Anak Indonesia), /rif (Anak Gembala), Astid (Bintang Kejora), Tangga (Pelangi), Numata (Amelia), She (Paman Datang), dan seorang penyanyi cilik Lana Nitibaskara yang menyanyikan lagu Ambilkan Bulan.

The Changcuters mengaku bangga bisa terlibat dalam proyek ini. "Diharapkan lewat albun ini bisa menggairahkan kembali musik anak Indonesia. Jangan sampai anak-anak membawakan lagu orang dewasa. Media dalam hal ini TV juga harus memberi tempat untuk menayangkannya. Jangan yang diputar lagu iwa peyek, iwa peyek terus," imbaunya.

Hal senada juga dilontarkan band Cokelat. Mereka berharap CD ambilkan Bulan ini dapat dinikmati oleh anak-anak Indonesia mengingat lagu-lagu khusus anak-anak sudah sanagt jarang. "Anak-anak Indonesia itu butuh lagu anak-anak yang baik dan mendidik," ujar Cokelat.

CD album ini juga akan menjadi soundtrack film layar lebar yang diproduseri Helmi Yahya berjudul sama Ambilkan Bulan dengan peran utamanya Lana Nitibaskara.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Promosi Pariwisata Jangan Jeruk Makan Jeruk



Promosi adalah kata kunci untuk memperkenalkan produk dan jasa apapun, termasuk pariwisata. Sebagus apapun pariwisata yang kita miliki tanpa promosi yang dilakukan secara gencar, kontinyu, dan tepat sasaran baik itu waktu, tempat dan pangsapasarnya, maka akan sia-sia. Kesadaran untuk memperomosikan pariwisata kita belakangan ini memang kian membaik kendati masih banyak kekurangan disana-sini. Salah satunya masih banyak promosi pariwisata kita yang justru jeruk makan jeruk. Apa maksudnya?

Inti berpromosi adalah memperkenalkan produk dan atau jasa kepada khalayak umum dengan harapan khalayak mengetahuinya kemudian menggunakannya. Dalam pariwisata, menggunakan di sini berarti mengunjungi obyek-obyek wisata atau membeli paket wisatanya. Lebih luas lagi, pangsapasar yang dituju bangga berkunjung ke obyek tersebut dan kembali datang berkali-kali.

Khalayak umum disini berarti masyarakat di luar daerah tersebut. Misalnya kalau ingin memperomosikan obyek wisata Indonesia di luar negeri, sebaiknya khalayak yang dituju adalah masyarakat di negara tersebut dengan harapan mereka kelak akan mengunjungi atau berwisata ke Indonesia. Bukan justru masyarakat Indonesia yang tinggal di sana seperti TKI, atau kerabat kedutaan Indonesia di sana. Itu sama saja jeruk makan jeruk.

Contoh lain, kalau ingin mempromosikan obyek wisata Lampung di Jakarta misalnya, pasar yang dituju adalah masyarakat yang ada di Jakarta atau dengan kata lain penduduk Jakarta yang menetap di Jakarta dari berbagai kalangan. Bukan warga Lampung atau tokoh-tokoh Lampung yang ada di Jakarta. Jika itu yang terjadi, itu namanya jeruk makan jeruk.

Untunglah, kesan jeruk makan jeruk itu tidak mengental dalam event bertajuk “Gebyar Pesona Budaya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bandar Lampung” di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu (25/4/2012).

Semula kesan itu sempat hinggap dibenak saya termasuk beberapa pewarta senior yang selama ini mengamati perkembangan promosi pariwisata Indonesia dari waktu ke waktu.

Kesan itu berubah, ketika saya melihat yang hadir dalam acara tersebut, ternyata bukan semata dipenuhi oleh panitia baik itu dari pusat dalam hal ini Kementerian Pariwsitata dan Ekonomi Kretaif (Kemenparekraf) dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandar Lampung, pun ada sejumlah duta besar dan wakil dubes dari beberapa negara yang diundang.


Dari buku tamu yang hadir, saya mencatat setidaknya ada delapan (8) dubes yang hadir antara lain dubes Jepang, Kuba, Yaman, Equador, Tunisia, Rusia, Somalia, Bosnia, dan seorang wakil dubes dari Palestina.

Kehadiran mereka inilah yang menghilangkan kesan jeruk makan jeruk tadi. Meskipun sebenarnya jumlah mereka masih kalah besar dengan tamu yang hadir yang didominasi dari Kemenparekraf dan Disbudpar Kota Bandar Lampung. Sehingga kesan jeruk makan jeruk itu masih terasa.

Kenapa bisa ada promosi jeruk makan jeruk? Jawabannya karena masih banyak orang kita (SDM) termasuk di bagian promosi itu sendiri yang belum memahami apa itu 'binatang' bernama promosi.

Masih banyak SDM kita berpikir, promosi itu datang ke tempat orang lain dengan membawa panitia besar berpakaian serba seragam dengan hanya bekal membawa beberapa produk kerajinan dan kuliner, pementasan tari dan lagu serta brosur obyek wisata daerah ala kadarnya.

Yang lebih parah, ada kesan event promosi di luar kandangnya itu sebagai ajang silaturahmi sekalian jalan-jalan, mumpung ditanggung negara.

Masih sedikit yang mau mengkaji lebih jauh, siapa pasar yang semestinya mereka raih, lokasi promosi yang tepat serta didukung kemasan promosi yang menarik dilengkapi dengan paket-paket wisata yang sudah siap jual.

Jika yang dituju adalah kalangan dubes yang ada di Jakarta, undanglah sebanyak mungkin dubes. Berikan suguhan persembahan yang berkesan agar mereka yang datang tertarik untuk membawa minimal keluarganya, koleganya yang ada di kedutaan maupun bangsanya.

Apa yang ditampilkan oleh Disbudpar Kota Bandar Lampung pada malam promosi wisatanya di Jakarta sudah cukup baik. Sayangnya, masih ada beberapa kekurangan, soundsystem yang masih kurang bagus terkesan belum siap begitu juga dengan stand pamerannya yang kurang memikat.

Seharusnya kalau yang dijangkau kelas dubes, suguhannya sudah benar-benar siap tampil dan siap jual. Penampilan Sastra Tutur Lampung yang sebenarnya menjadi daya pikat, sempat ternoda karena sound system yang trouble. Untunglah kemudian ada Gamolan Pring atau gamelan asli Lampung yang terbuat dari bambu tampil menghentak sekalipun performance-nya terasa masih naggung.

Jika yang diundang sekelas dubes, paling tidak ada brosur berupa paket-paket wisata yang sudah siap jual dalam berbagai versi, minimal versi berbahasa Inggris yang kemudian dibagikan kepada seluruh dubes yang hadir dan tamu undangan lainnya. Tidak cukup hanya brosur berupa leaflet ataupun booklet berbahasa Indonesia tentang obyek-obyek wisata di Bandar Lampung atau daerah lain di Provinsi Lampung.

Peran industri parwisata, juga semestinya dilibatkan seperti travel agent, hotel, resto, spa, operator petualangan, rental mobil, dan lainya. Termasuk peran media khusus peliput pariwiata (online, cetak, dan elektronik), baik sebelum pra event, event maupun sesudah event agar kegiatan ini benar-benar terekspose maksimal.

Cik Din, musisi tradisional Lampung yang malam itu mendapat penghargaan, menghimbau promosi yang dilakukan pemerintah Kota Lampung seperti ini harus dilakukan secara kontinyu. Tidak cukup setahun sekali. “Semesatinya diadakan sebulan sekali di tempat berbeda sesuai target pasar yang dijangkau dengan suguhan seni dan budaya yang lebih siap,” imbaunya.

Lula Kamal, artis dan dokter yang pernah 10 tahun tinggal di Bandar Lampung dan sampai sekarang masih bolak-balik ke kota tersebut saban akhir pekan, mengakui pariwsata Lampung tertinggal dengan provinsi lain karena promosinya tidak gencar. “Maklum, Lampung bukan provinsi yang kaya. Baru belakangan ini mulai tancap gas. Saya pikir nanti kalau Jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Jawa dengan Lampung sudah jadi, pariwisata Lampung bakal semakin maju, “ jelas mantan None Jakarta yang malam itu menjadi pembawa acaranya.

Kendati masih ada beberapa kekurangan, paling tidak langkah yang diambil Disbudpar Kota Bandar Lampung dan didukung Kemenparekraf ini menjadi langkah awal untuk memperkenalkan obyek wisata yang ada di KotaBandar Lampung dan obyek-obytek lain yang sudah mendunia seperti Karakatau dan Sekolah Gajah Lampung di Way Kambas. “Saya berharap, lewat ajang ini dubes- dubes yang hadir kelak berkunjung ke Kota Bandar Lampung dan obyek-obyek lain di Provinsi Lampung,” kata Walikota Bandar Lampung Hermawan.

Wamenparekraf Sapta Nirwandara yang asli dari Lampung mengaku langkah ini sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan kepada dunia bahwa potensi parawisata dan ekonomi kreatif yang ada di Bandar Lampung dan daerah lain di Provinsi Lampung sangat besar. “Tinggal dikemas dalam paket-paket wisata seperti paket weekand di Bandar Lampung antara lain mengunjungi Gunung Krakakatau, ke sentra kerajinan kain tapis, mencicipi kuliner keripik pisang Lampung dan lainnya, “ imbuhnya.

Ke depan, biar tidak ada lagi kesan promosi jeruk makan jeruk, sudah semestinya SDM terkait baik di pusat maupun di daerah yang ingin memperomosikan daerahnya di kota lain, benar-benar menyiapkan produk dan jasa yang akan dipromosikan lebih siap, matang dan sudah dalam bentuk paket-paket wisata untuk pangsapasar yang dituju bukan untuk masyarakat dari daerah asalnya sendiri.

Biar lebih praktis, efisien, dan tepat sasaran. Bentuk kepanitian promosi kecil namun benar-benar andal. Jangan terlalu banyak panitia yang jadi penggembira saja. Ini untuk menghindari pemborosan anggaran yang sebenarnya dapat dipakai untuk lebih memaksimalkan promosi itu sendiri.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Rabu, 25 April 2012

16 Langkah Aman dan Nyaman Berarungjeram



Anda pingin berarungjeram (rafting) tapi tidak bisa berenang? Ah itu bukan masalah. Anda tetap bisa melakukannya. Olahraga alam bebas ini aman dilakukan siapapun termasuk anak-anak mulai usia 6 tahun sekalipun tak mampu berenang. Namun sebagai pemula, ada baiknya Anda ikuti 16 langkah aman dan nyaman berarung jeram seperti berikut ini.

Pertama, pastikan kondisi tubuh Anda dalam keadaan sehat. Sebenarnya apapun olahraganya, kesehatan tubuh menjadi hal utama. Kalau tidak bisa berenang, sampaikan saja ke pemandunya. Pasti pemandu sungai akan menjelaskan bahwa berarunjeram tidak harus bisa berenang karena sudah ada pelampung dan perlengkapaan keselamatan lainnya.

Kedua, dengarkan intruksi atau aba-aba pemandu sebelum arung jeram dimulai.
Perhatikan bagaimana mengenakan pelampung dan helm, posisi duduk, memegang dayung, mengayuh, dan saat terjatuh ke sungai atau ketika perahu terbalik.

Ketiga, duduklah di tepi perahu karet untuk menyeimbangkan tubuh Anda. Jangan di tengah ataupun di dasar perahu karet. Jepit kaki di bagian dasar perahu agar Anda tidak mudah terjengkang bahkan terpental. Posisi duduk kadang diatur sesuai dengan berat badan Anda.

Keempat, pegang dayung dengan benar, jangan sampai mencederai diri sendiri maupun orang lain saat mendayung. Kalau Anda duduk di sebelah kanan, genggam ujung dayung berbentuk “T” dengan telapak tangan kanan. Sementara tangan sebelah kiri menggenggam tengah-tengah tongkat dayung.

Kelima, perhatikan aba-aba cara mendayung dari pemandu sebelum memulai arung jeram, seperti aba-aba “maju” yang berarti Anda harus mengayuh dayung ke arah dalam untuk membuat perahu maju. Sebaliknya “mundur”, cara mengayuhnya dari arah dalam ke luar supaya perahu mundur. Jangan karena terlalu asyik, Anda tak menyimak intruksi pemandu.

Aba-aba mengayuh lainnya seperti “kanan” dan “kiri” yang ditujukan ke orang yang bertugas mengayuh. Bila pemandu bilang “kanan maju, kiri mundur”, orang yang duduk di sebelah kanan segera mengayuh maju dayungnya, sedangkana orang yang duduk di kiri serentak mengayuh dayung mundur. Dan sebaliknya, kalau ada instruksi “kanan mundur, kiri maju”.

Jika mendengar intruksi “stop” dari pemandu, Anda harus berhenti mengayuh dayung. Sementara kalau aba-aba “pindah kanan”, maka Anda yang duduk di sebelah kiri segera pindah ke sisi kanan perahu, sebaliknya teman Anda pindah di sebelah kanan. Kalau ada instruksi “boom” saat menghindari jeram, Anda harus segera mengangkat dayung dan badan Anda merunduk ke dalam perahu sambil memegang tali perahu suapaya Anda tidak terlempar ke sungai.

Keenam, kalau Anda terlempar ke sungai, jangan panik. Berenanglah seperti berenang di kolam renang ke arah perahu dengan kepala menghadap ke atas atau bawa tubuh menjadi terlentang, seperti berbaring di atas air. Raih ujung dayung yang dijulurkan rekan Anda. jika sulit naik perhau, minta rekan Anda menarik bagian pelampung Anda agar badan Anda terangkat ke perahu.

Jika terlempar jauh, pemandu pasti akan melempar tali sepanjang 20 meter. Dan Anda tinggal menyambar tali tersebut dan akan ditarik menuju perahu.

Ketujuh, jika perahu Ada terbalik jangan cemas dan panik. Pelampung yang Anda pakai membuat Anda tidak akan tenggelam. Keluarlah dari perahu dengan cara menyelam dengan tenang. Dan tetap waspadai bebatuan.

Kedelapan, kenakan pakaian yang nyaman seperti celana panjang/pendek yang mudah kering, kaus katun lengan panjang atau pendek serta sandal lapangan atau biasa disebut sandal gunung. Jangan menggunakan pakaian/celana jeans. Yang jelas Anda harus siap berbasah-basah dan kemungkinan tercebur.

Kesembilan, gunakan jaket pelampung (life jacket) dan helm yang masih berfungsi baik sesuai ukuran badan dan kepala Anda. Kalau kesempitan tukar dengan ukuran yang pas.

Kesepuluh, sebaiknya pemanasan terlebih dulu sebelum berarungjeram supaya otot Anda tidak kaku dan tangan Anda tidak kram.

Kesebelas, pilih perusahaan jasa penyelenggara atau operator arung jeram yang berpengalaman, memiliki reputasi baik dan kompeten serta Anda dilindungi asuransi, dan lain-lain. Operator arung jeram yang baik itu SDM-nya tentu profesional dan melayani dengan baik.

Keduabelas, lebih seru bila Anda melakukannya secara bersama-sama lebih dari 2 perahu. Satu perahu biasanya berisi 6 orang ditambah satu orang pemandu sungai yang disebut skipper.

Ketigabelas, kalau Anda membawa kamera, HP, obat-obatan pribadi, makanan dan lain-lain ke dalam perahu, sebaiknya masukkan dalam tas atau kantung kering (dry bag). Tapi sebaiknya jangan membawa barang-barang penting mengingat resiko tercebur cukup besar.

Keempatbelas, biar kulit tidak terlindungi dari sengatan matahari selama pengarungan, ada baiknya Anda mengoleskan wajah dan seluruh bagiaan tangan dengan krim sunblock.

Kelimabelas, minumlah air mineral yang cukup sebelum, selama, dan setelah pengarungan untuk mencegah dehidrasi.

Keenambelas, jangan lupa berdoa bersama sebelum memulai pengarungan, agar pengarungan berjalan lancar, menyenangkan, dan selamat sampai tujuan. Selamat berarung jeram di sungai-sungai berjeram di negeri ini.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Adji K & Fera

Read more...

Senin, 23 April 2012

Sepuluh Kiat Aman Berpetualang Kala Usia Senja



Kematian Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidagdo saat mendaki Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat yang disorot sejumlah media baru-baru ini, meninggalkan pelajar berharga buat para penggiat alam bebas terutama petualang yang mulai memasuki usia senja. Ini membuktikan kondisi fisik seseorang turut dipengaruhi faktor ‘U’ alias umur. Semakin senja, jelas semakin berkurang kekuatan fisik. Untuk itu perlu kiat khusus agar petualangan tetap berjalan aman dan menyenangkan sekalipun gairah dan otot tak sedasyat dan tak selentur muda dulu. Apa saja kiatnya?

Berkegiatan di alam bebas yang kental aroma petualangannya seperti mendaki gunung, arung jeram, menyusuri gua, memanjat tebing, dan sebagainya memang dapat dilakukan siapapun. Tak kenal batas usia. Dengan kata lain, tidak melulu anak muda dan orang dewasa saja.

Asal berjiwa-raga sehat dan punya kemauan (mental) kuat, anak-anak mulai dari balita hingga jelang remaja pun sanggup melakukannya. Ini sudah dibuktikan oleh beberapa pendaki gunung bocah dengan prestasi yang membanggakan hingga mengharumkan nama bangsanya (baca: Empat Pendaki Cilik yang Mengagumkan).

Para petualang yang mulai dan sudah berusia senja pun masih banyak yang melakukan kegemarannya itu. Contohnya tak perlu jauh-jauh ya Widjajono (61 tahun), pakar perminyakan yang akrab disapa Pak Wid itu semasa kuliah di ITB sudah suka naik gunung. Dan sepanjang tahun ini, pria kelahiran Magelang 16 September 1951 ini menargetkan pendakian 10 gunung di Indonesia. Sebelumnya guru besar ITB itu pernah tercatat mendaki Gunung Fuji pada 1997, puncak Jaya Wijaya (2002), Himalaya (2007), dan Gunung Kilimanjaro (2009).

Contoh lain Katsusuke Yanagisawa kelahiran 20 Maret 1936 asal Jepang, menjadi pendaki tertua yang pernah mendaki Gunung Everest. Guru ini memanjat bagian Utara puncak tertinggi dunia itu bersama tim Himex pada 22 Mei 2007 dalam usianya ke-71 tahun 63 hari.

Bahkan orang dengan keterbatasan fisik, seperti tak memiliki kaki, tangan atau lainnya, ada yang sanggup mendaki gunung, memanjat tebing, dan lainnya. Contohnya pendaki tuna daksa Indonesia berkaki satu, Muhamad Sabar (40) yang tahun lalu mendaki tujuh puncak di tujuh benua (seven summits) dalam rangka memperingati Hari Orang Cacat Sedunia. Sebelumnya anggota Federasi Pemanjat Cacat Indonesia (FPCI) ini pernah memanjat gedung tertinggi di Solo, Tugu Selamat Datang di Bunderan HI di Jakarta, dan memanjat tebing alam setinggi 125 meter di Padalarang, Bandung.

Jadi yang perlu diketahui adalah kapasitas fisik dan mental seseorang yang berbeda satu sama lain sesuai usianya. Fisik dan mental anak-anak jelas berbeda dengan anak muda apalagi orang tua. Saat anak-anak, fisik dan mentalnya sedang dalam masa pertumbuhan. Jadi perlu pendamping profesional untuk memenuhi keinginannya berpetualang. Peran orangtua disini amat berpengaruh dan penting.

Selagi muda, jelas ini masa-masa paling produktif untuk berpetualang, baik dalam segi kuantitas (jumlah petualangan) maupun kualitas (ekspedisi, dll). Saat itulah fisik dan mental sedang bugar-bugarnya, dengan catatan bila dijaga dan dikelola dengan baik. Inilah masa terbaik untuk menyalurkan energi berpetualang sepuas-puasnya. Jadi manfaatkan sebaik-baiknya karena takkan terulang.

Saat berusia senja, seperti disebut di atas, jelas kondisi fisik bakal menurun. Karena itulah perlu kiat untuk mengatasinya, seperti sepuluh (10)kiat berikut ini:

Pertama, tetap berolah raga. Inilah hal utama yang kudu dipenuhi oleh para petualang senja sekalipun semasa mudanya dulu rajin naik-turun gunung dan lainnya. Mental saja tidak cukup. Jangan menganggap karena sudah berpengalaman naik gunung semuda dulu, lalu Anda meremehkan hal itu. Jadi anda harus tetap berolahraga, dimanapun sesibuk apapun.

Lari dan jogging merupakan olahraga terbaik sebagai bekal fisik sebelum mendaki buat para pendaki terlebih pendaki senja. Lari disini jangan hanya di medan rata atau datar seperti jalan beraspal mulus. Sesekali harus juga berlari di jalur menanjak dan menurun untuk mendapatkan atmosfir sebagaimana jalur pendakian. Waktu terbaik lari (jalan cepat, lari santai/jogging) adalah pagi dan sore. Sementara renang bermanfaat melenturkan otot dan pernafasan. Kedua olahraga ini sebaiknya dilakukan minimal seminggu sekali.

Kedua, usahakan kalau tidak punya waktu berolahraga dengan intens, tetap masih sering berjalan kaki, minimal bersepeda. Mungkin saja sewaktu masih SMA dan Kuliah dulu, kemana-mana kerap berjalan kaki, naik kendaraan umum dan lainnya. Tapi setelah bekerja apalagi jadi orang penting, pasti kesempatan itu berkurang sebab kemana-mana naik mobil, diantar dan dijemput sopir bahkan pengawal, Anda tinggal duduk manis. Jadi kesempatan bergeraknya sudah semakin berkurang.

Ketiga, sebelum memulai pendakian sebaiknya melakukan pemanasan mulai dari streatching (pelenturan otot) minimal 5 menit, warming up (senam pemanasan) minimal 5 menit agar otot tidak kaget, dan terakhir tentu saja berdoa.

Keempat, sewaktu mendaki jangan membawa beban yang berat. Ingat kondisi fisik Anda berbeda dengan anak muda belasan dan duapuluhan tahun (masa SMA dan Kuliah). Solusinya gunakan porter. Anda cukup bawa perlengkapan pendukung saja, seperti kamera jika memang hobi memotret dll.

Kelima, kalau Anda tidak hafal lagi jalur pendakian. Sebaiknya gunakan jasa pemandu lokal selain porter tadi. Anda tinggal berjalan mengikuti petunjuk pemandu saja tanpa harus berpikir keras mencari jalur pendakian sebenarnya ketika bertemu jalur bercabang atau sulit dikenali.

Dengan menggunakan porter dan pemandu lokal, berarti Anda sudah berbagi sedikit rezeki. Buat apa Anda punya banyak uang tapi masih mau bercapek-capek membawa barang sendiri dan berpusing-pusing mencari jalur pendakian saat mendaki. Kecuali waktu muda dulu, dan ketika itu Anda masih kering kerontang, itu masih bisa dimaklumi. Memang mendaki dengan pemandu, rasa adventuring-nya berkurang. Tapi kalau sudah berusia senja dan memiliki waktu sempit, sisihkan saja rasa itu.

Keenam, jika Anda pergi mendaki gunung dengan kelompok pendaki muda (pelajar SMA, mahasiswa ataupun pekerja dan pemandu) jangan sok-sokan mengikuti langkah mereka. Maklum seusia mereka, terlebih pelajar SMA dan mahasiswa mungkin mereka bisa naik atau turun gunung sambil lari karena fisik mereka sedang prima-primanya. Lebih baik Anda bilang, jalannya santai saja. Kalau mau bergerak cepat silakan, nanti saya menyusul. Jadi Anda tak perlu gengsi.

Ketujuh, cari jenis petualangan yang sesuai dengan kapasitas kemampuan Anda saat ini. Kalau merasa persiapan fisik kurang, beban pikiran sedang meninggi karena persoalan rumah tangga, pekerjaan yang menumpuk dan sebagainya, sebaiknya jangan memaksakan diri berpetualang yang berat-berat seperti mendaki gunung yang cukup tinggi dan berjalur sulit. Carilah petualangan alternatif. Boleh saja mendaki gunung tapi gunung yang mudah dicapai.

Kedelapan, cek up kesehatan Anda. Mungkin saja sewaktu muda, Anda sehat wal’afiat namun tanpa Anda ketahui saat menjelang senja Anda terkena asma, gejala paru-paru, jantung, stroke atau lainnya.

Kesembilan, bawa obat-obat khusus Anda jika menderita suatu penyakit tertentu. Kalau Anda punya gejala reumatik, mudah pegal-pegal, sesak nafas, dan lainnya, ya bawa saja obatnya dalam kemasan kedap air. Termasuk perlengkapan khusus yang biasa Anda gunakan sehari-hari, seperti kaca mata dan lainnya untuk memudahkan Anda berpetualang.

Kesepuluh, kenali karakter lokasi petualangan yang dituju. Misalnya kalau ingin mendaki gunung A, sebaiknya pahami waktu terbaik untuk mendakinya, kekhasan alam, dan cuaca gunung tersebut. Termasuk peraturan tak tertulis yang berlaku di masyarakat di sekitar gunung itu. Dengan demikian Anda sudah membawa bekal selain bekal fisik dan mental tadi.

Mendaki gunung dan kegiatan petualangan lainnya bukanlah untuk menaklukan gunung dan tantangannya. Melainkan bagaimana menikmati keindahan dan mensyukuri karunia Tuhan YME yang tak terhingga sehingga semakin dekat denganNya dan terus berusaha menjaga kelestariannya, sebagaimana diterapkan Widjajono yang selama hidupnya sudah mendaki sekitar 40 gunung di dalam dan luar negeri.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: dok ist.

Read more...

Minggu, 22 April 2012

Empat Pendaki Gunung Cilik yang Mengagumkan



Mendaki gunung bukan monopoli orang dewasa. Anak cilik dan jelang remaja pun bisa melakukannya. Ini di buktikan oleh 4 pendaki bocah yang mengagumkan, 3 dari luar negeri yakni Jack Anderson berusia 6 tahun asal Inggris, George Atkinson (16) juga asal Inggris, dan Jordan Romero (15) dari Amerika Serikat. Satunya lagi dari Indonesia, namanya Arya Cahya Mulyana Sugianto (6) asal Madura. Prestasi masing-masing bocah ini cukup mencengangkan. Apa saja?

Jack Anderson misalnya berhasil mencapai 15 puncak gunung tertinggi di Inggris, Skotlandia, dan Wales dalam setahun, di antaranya Scafell Pike (978 meter) di Inggris, Ben Nevis (1.344 meter) di Skotlandia, dan Snowdon (1.085 meter) di Wales.

Tentu saja pendakiannya ditemani oleh Patrick, ayahnya yang juga seorang pendaki gunung beserta dua rekannya, Hebden Bridge dan West Yorks.

Tapi lucunya, bocah yang mulai tertarik mendaki gunung sejak berumur 5 tahun ini bukan karena ayahnya melainkan terinspirasi dari seorang sopir pengirim barang yang mengatakan bahwa salah satu hobinya ketika masih muda dulu adalah mendaki gunung.

Menurut Patrick, anaknya punya semangat mendaki gunung yang luar biasa sampai dia kesulitan memenuhi permintaannya mendaki gunung. “Jack punya energi tak terbatas dan seolah dia punya sayap dan benar-benar terbang,” ungkap ayahnya.

Arya Cahya Mulyana Sugianto, pendaki gunung cilik asal Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, juga tak kalah mengagumkan. Setelah berhasil menggapai 10 puncak gunung di Indonesia selama setahun (2011), di antaranya Gunung Ceremai (Jabar), Slamet (Jateng), Sindoro (Jateng), Rinjani (Lombok), Agung (Bali), Arjuno (Jatim), dan Gunung Semeru (Jatim), bocah yang ketika itu tercatat sebagai siswa TK Pertiwi di Pamekasan ini, tahun 2012 ini menargetkan akan mendaki sejumlah gunung es di mancanegara. Bahkan bocah cilik, anak dari pasangan suami istri Agus Sugianto (41) dan Tri Yuli Mulyanti (40) ini ingin masuk MURI (Museum Rekor Indonesia).

Sudah lebih dari 14 gunung yang berasil didaki Arya sampai saat ini. Dan dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli, dia berencana akan menggapai puncak Gunung Elbrus, gunung tertinggi di Eropa yang terletak di Rusia. Setelah itu, dalam rangka merayakan Hari Anak Internasional yang diperingati setiap 20 November, dia akan mendaki Imja Tse di Pegunungan Himalaya.

Pepatah buah tak jatuh dari pohonnya itu berlaku buat bocah ini. Arya telah mendaki gunung sebelum dia bisa berjalan. Ayahnya yang juga pendaki, biasa mendaki gunung sambil menggendongnya saat dia masih berumur 8 bulan. Ketika berumur 3 tahun, bocah balita ajaib ini menolak digendong dan mendaki sendiri.

Lain lagi dengan prestasi Jordan Romero asal Big Bear, California. Dia tercatat sebagai pendaki termuda di dunia yang berhasil mendaki 7 gunung tertinggi (Seven Summits) di dunia saat berusia 15 tahun.

Sejak kecil remaja asal negeri Paman Sam ini sudah gemar mendaki. Sewaktu usianya 10 tahun, bocah berambut panjang ini sudah menjadi pendaki termuda yang meraih Gunung Kilimanjaro, puncak tertinggi Benua Afrika. Setahun kemudian, dia berhasil mendaki puncak Gunung Elbrus, di pegununggan Kaukasus Rusia pada Juli 2007. Tak lama kemudian, hanya berselang 5 bulan, dia mencapai puncak Gunung Aconcagua setinggi 6.969 meter di Argentina dan Gunung McKinley di Alaska setinggi 6.194 meter.

Pada 2009 lalu, saat usianya 13 tahun, Romero juga berhasil mendaki gunung tertinggi di Indonesia, yaitu Cartensz Pyramid dengan ketinggian 6.194 meter. Dan kemudian, dia memecahkan rekor sebagai pendaki termuda puncak tertinggi di dunia yang berhasil menggapai puncak Gunung Everest (8.850 meter), saat dia berusia 15 tahun.

Belum lama ini, Romero berhasil memecahkan rekor setelah mendaki puncak Gunung Vinson Massif di Antartika.

Rekor pendaki termuda sebelumnya dipegang oleh George Atkinson asal Inggris yang pada Mei silam menyelesaikan pendakian 7 puncak tertinggi di usia 16 tahun.

George Atkinson yang berasal dari Surbiton, Tenggara London, memulai pendakiannya di Gunung Kilimanjaro pada tahun 2005 dan selesai dengan mencapai puncak Gunung Everest pada hari Kamis, 26 Mei 2011.

Keempat pendaki cilik itu sudah membuktikan bahwa pendakian gunung baik di kawasan tropis maupun bersalju, dapat dan aman dilakoni anak-anak, tentu dengan persiapan yang matang dan pemandu yang profesional.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: dok. Ist.

Read more...

Sabtu, 21 April 2012

Peringati Hari Bumi dari Aceh Hingga Ambon, Tak Melulu Bersih Gunung



Kegiatan yang kerap digelar oleh kelompok pecinta alam yang gemar mendaki gunung saat merayakan Hari Bumi setiap tanggal 22 April adalah Bersih Gunung. Cara itu, memang paling sesuai dan dekat dengan aktivitas mereka. Padahal tidak mesti melulu itu.

Masih banyak kegiatan lain yang dapat dilakukan, sebagaimana dilakukan kelompok pecinta alam, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan elemen terkait di Aceh, Bandung, Jakarta, Jogja, Jatim hingga Ambon dalam memperingati Hari Bumi tahun ini.

Di Aceh, YABUMI dan jaringan menggelar acara bertajuk Memobilisasi Bumi dengan empat (4) kegiatan utama yang berbeda dan menarik yang dilakukan oleh bebragai elemen. Pertama. Pencabutan paku di di sejumlah pohon di di sepanjang jalan Tengku daud Beureu’eh oleh Yabumi. Kedua, pembersihan dan penanaman pohon di Ujong Pancu oleh SKMULL. Ketiga, pengumpulan data dan pembersihan Pantai Ulee Lhei oleh VC, dan keempat pembersihan obyek wisata dan penempatan tong sampah oleh MAPALA Al_Muslin Bieureun.

Bagi yang ingin bergabung dapat menghubungi Nunuu Husein di nonor HP 082 1632 9993 atau email: yabumi_aceh@yahoo.co.id.

Di Sumatera Utara, sejumlah anggota LSM Mitra Peduli menyambut Hari Bumi dengan kegiatan menanam pohon bertajuk One Man One Tree.

Sementara di Bandung, Jawa Barat, Ikatan Alumni KKS Konus (Kataks) menggelar acara bertama Bumi dan Air dengan bermacam acara antara lain long march, lomba kostum, poster kampanye antar sekolah KKS terkreatif, green opini, game, dan lainnya. Kegiatan ini dipusatkan di Simpang Dago, taman Cikapayang (CFD) mulai pukul 7 pagi sampai pukul 12 siang pada 22 April 2012.

Acara ini juga terbuka untuk umum. Bagi yang berminat bisa menghubungi Nadia di nomor HP 0898 6811 278.

Di tempat dan waktu yang sama juga digelar Karnaval Hari Bumi 2012 dengan acara karnaval pakaian tradisional, botram dan pertunjukan musik dengan start dari taman Cikapayang dan finish di babakan siliwangi. Cara berlangsung pukul 6 pagi samapi pukul 11 siang. Untuk mengikuti acara ini bisa menghubungi Valdy (0856 2448 7770).

Sedangkan di Jakarta, Green Student Movement (GSM) bersama Walhi Jakarta dan Jaringan Gerakan Bersihkan Bumi menggelar kegiatan bertajuk Bersihkan Bumi yang dipusatkan di Bunderan Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat pada Minggu (22/4/2012), mulaipukul 7 pagi sampai dengan selesai.

Ada sejumlah acara menarik alam kegiatan itu antara lain persembahan live music green reggae, green acoustic, sulap greenmagic, tweet competition, dan lainnya.

Jika ingin bergabung, kotak saja Detha (0878 6363 1333) atau email: dethazyo@greenstudent.eb.id, facebook: GSMWalhiJakarta atau twiter: @greenstudentID.

Masih di Jakarta, WWF-Indonesia bekerjasama dengan GIZ-FORCLIME dan goethe Institute mengagelar acara bertajuk Conservation in Action in the Heart Borneo. Acaranya anatra lain presentasi multimedia, pameran fofo hasil karya masyarakat di jantung Kalimantan, dan diskusi santai yang diselingi musik dan tari tradisional Dayak.

Acara yang berlangsung Sabtu (21/4/2012) pukul 18.30 sampai dengan selesai di Goethe Institute di Jalan Sam Ratulangi No.9-15, Menteng, Jakpus ini terbuka untuk umum dan gratis.

Di Jakarta tepatnya di Kantor Greenpeace indonesia, Jalan Kemang Utara no. 16B digelar acara Eart festival 20120 bertajuk “Becouse Everyday is Eart Day” dari tanggal 20-27 April 2012. Acaranya antara lain pemutaran film seperti film If A Tree Falls pada 27 April 20120. Kalau ingin menonton dapat menghubungi Miqdad (0822 6035 0757).

Lain lagi dengan di Yogyakarta. Di Kota Gudeg ini LSM Walhi Jogja menggelar acara bertajuk: IJOan Sampah. Mereka mengajak seluruh masyarakat Jogja dan sekitarnya membawa berton-ton sampah ke panitia, lalu paitia menimbang. Hasil timbangan akan dibarter dengan sejumlah barang seperti mainan anak, sepatu, baju, tas, perabotan rumah tangga, dan lainnya.

Namun sampah yang dibawa harus dipilah-pilah terlebih dulu. Ada tiga jenis sampah yang diterima panitia yakni sampah plastik seperti botol air mineral dan semacamnya, kantong/tas kresek, kemasan dan lainnya. Kemudian sampah kertas seperti kertas campur, kertas putih, koran, dan sebagainya. Dan terakhir sampah besi seperti perabot rumah tangga, sepeda, panci dan lainnya.

Acara unik ini berlangsung 2 hari, yakni Sabtu-Minggu (21-22/4/2011) mulai pukul 10 pagi hingga pukul 4 sore.

Di Gunung Merapi ada dua acara yang digelar terkait Hari Bumi. Pertama, Green Gowess berupa fun bike dan lomba foto sekaligus partisipasi hijaukan Merapi. Acara berlangsung pada 22 April 2012 pukul 6 pagi sampai 11 siang di Stadiun Maguwoharjo.

Kedua, Green Merapi berupa penghijauan dan bersih gunung lewat jalur Selo Boyolali, Jateng pada tanggal 28-29 April 2012. Kalau berminat bisa menghubungi 085878787875 atau 0817 267 643.

Di Gunung Lawu, Jawa Tengah digelar acara Pendakian Bersama dan Bersih Gunung lewat jalur Cemoro Sewu dan di sekitar puncak atau Hargo Dumilah. Pelaksanaannya tanggal 21-22 April 2012 mulai pukul 10 pagi s/d selesai.

Di Jawa Timur tepatnya di Ranu Lemongan (Ranu Klalah), Desa Tegalrandu, Klakah, Lumajang digelar acara berlabel Jambore Keadilan Iklim selam 2 hari (21-22/4/2012) dengan 3 mata acara yakni pemutaran film dan diskusi tentang perubahan iklim dengan narasunber Siti Maimunah dari CSF Indonesia, api unggun dan panggung seni secra spontanitas serta karnaval jambore keadilan iklim dalam rangka kampanye penyelamatan bumi keliling Klakah.

Sementara di Ambon, Wakil Walikota Ambon, Sam Latuconsina mencanangkan Gerakan Ambon Bersih (GAB), dalam rangka memperingati Hari Bumi Sedunia yang jatuh pada 22 April dan Hari Sampah Sedunia tanggal 21 Februari lalu.

Pencanangan GAB merupakan perwujudan program Jumat Bersih Bersih Lingkungan (Jumpa Berlian) yang digagas Pegawai Negeri Sipil (PNS) lingkup Pemkot Ambon serta warga kota. "Setiap Jumat pagi, PNS Pemkot Ambon kerja bakti di tiap desa dan kelurahan. Aksi ini harus ditindaklanjuti setiap warga kota. Bukan cuma membersihkan lingkungan tapi kesadaran membuang sampah sesuai waktu dan tempat," katanya.

Aksi bersih lingkungan ini, lanjut Sam akan dilaksanakan di seluruh kawasan dengan memfokuskan pembersihan di daerah aliran sungai (DAS) dan pesisir pantai.

GAB ini akan melibatkan TNI/Polri, PNS, siswa SD, SMP, SMA, LSM, Ormas Kepemudaan, serta masyarakat di seluruh Kota Ambon. “Tujuannnya guna membersihkan Ambon dari sampah dan meberi kesadaran kepada warga untuk membangun karakter hidup bersih berkelanjutan dengan harapan Kota Ambon bisa bersih, indah, dan nyaman untuk dikunjungi," pungkasnya.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: dok. Ist.

Read more...

Jumat, 20 April 2012

Berpetualang Plus Berbagi Itu SEXY



Berkegiatan alam bebas seperti mendaki gunung, menyusuri gua, mengarungi jeram sungai dan lainnya yang dibarengi aksi ramah lingkungan seperti bersih sampah, penanaman pohon dan lainnya itu lumrah dan memang sudah semestinya. Tapi bila dibumbui dengan aksi berbagi seperti memberi bantuan berupa buku bacaan, alat tulis dan perlengkapan sekolah, sumbangan dana dan lainnya, menjadikan petulangan itu lebih SEXY.

Belakangan ini semakin banyak komunitas penggiat alam bebas yang melakukan aktivitas petulangannya dengan cara menambah kegiatan berbagi seperti disebut di atas. Jelas fenomena ini membanggakan. Ini membuktikan rasa kepedulian terhadap orang atau pihak lain yang membutuhkan itu, MASIH ada.

Sebenarnya konsep berpetualang sambil berbagi itu bukan hal baru. Sejak dulu sejumlah komunitas pernah melakukan ini, namun biasanya disuport oleh perusahaan atau produk tertentu.

Contohnya seperti yang sering dilakukan oleh offroaders setiap melakukan offroading di lokasi tertentu. Sayang kegiatan yang dilakukan pecinta mobil four wheel drive (4WD) atau bermesin 4X4 ini dituding orang sinis sebagai kegiatan penembus dosa akibat pengrusakan yang dilakukan mereka saat melintasi jalur tertentu.

Bedanya dengan era sekarang, konsep berbagi ini justru tumbuh dari kesadaran individu ataupun komunitas penggiat petualangan itu sendiri. Tanpa ada unsur sponsor atau titipan perusahaan.

Pada 3 Maret 2012 lalu misalnya, sekelompok penggiat alam bebas berjumlah 14 orang yang tak membawa bendera komunitas tertentu ini menggelar kegiatan “Mendaki dan Berbagi di kaki Gunung Malabar”, tepatnya di sebuah Sekolah Dasar Negeri Cibeureum yang ada di Desa Cinyiruan, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kebetulan penulis ikut terlibat di dalamnya.

Menurut Harley B. Sastha selaku ketua rombongan kegiatan ini, konsep mendaki dan berbagi ini justru tercetus dari beberapa peserta. “Kami mengumpulkan dana, lalu membeli bermacam peralatan alat tulis dan sekolah untuk disumbangkan,” akunya seraya menambahkan konsep seperti ini akan dilanjutkan dalam kegitan-kegiatan petualangan berikutnya.

Yang menarik, Harley yang didukung Iwoe, Evi, Inoe, Tootsie, dan lainnya bukan sekadar memberi santunan kepada pelajar mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 SD tersebut, pun mengadakan fun games yang menghibur dan mendidik, seperti menjawab pertanyaan seputar pelajaran geografi dan yang berhasil menjawabnya diberi hadiah. Alhasil kegiatannya terasa menyatu dan memberi kesan mendalam.

Selepas berbagi, rombongan pun melanjutkan kegiatan intinya yakni mendaki Gunung Malabar yang berketinggian 2.300 m di atas permukaan laut dari desa tersebut. Gunung ini konon dahulunya menjadi tempat pemujaan dengan patung Hindunya. Nama Malabar sendiri berasal dari nama pantai Malabar di India.

Fun Rafting Plus
Dan baru-baru ini, tepatnya tanggal 15 April 2012 lalu, sekelompok muda-mudi berjumlah 32 orang yang diorganisir oleh Savana Adventure menggelar konsep serupa, berpetualang plus berbagi. Dan penulis pun terlibat di dalamnya.

Bedanya kegiatan alam bebas yang dilakukannya bukan mendaki gunung melainkan berarung jeram dengan tajuk fun rafting di Sungai Cikaniki, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Bedanya lagi, lokasi bakti sosial (baksos) yang dipilih bukan di sekitar desa tempat arung jeram dilakukan. Melainkan di sebuah masjelis ta’klim kecil di Kampung Citeureup, Desa Barengkok, Kecamatan Lewi Liang, Kabupaten Bogor yang bernama Majelis Taklim Baitul Ikhwan. Dan dilakukan pascaberpetualang bukan pra.

Yang sama, hampir seluruh peserta yang mengikuti fun rafting ini mengumpulkan dana dan ada yang langsung membeli bermacam peralatan tulis dan sekolah.

Menurut ketua Savana Adventure Ajhies, pemilihan lokasi mengingat majelis taklim tersebut juga menjadi tempat belajar anak-anak tak mampu di sekitar desa tersebut. “Ini baru pertama kali kami lakukan, mudah-mudahan kedepan lebih terorganisir lebih baik lagi,” ungkapnya.

Yang unik, sebelum kegiatan ini dilakukan, Ajhies sudah memberi kabar ke pengurus majlis tak’lim tersebut. Alhasil rombongan disambut meriah oleh anak-anak kecil yang belajar di majlis taklim tersebut. Tulsan selamat datang rombongan fun rafting juga dibuat pengurus dan dipancang dekat majlis taklim tersebut.

Bahkan pengurusnya menyiapkan makan siang yang akhirnya menjadi makan malam bagi rombongan, lantaran baru tiba di lokasi ba’da Magrib. Keterlambatan ini, mengingat jarak dari lokasi berarung jeram ke majelis taklim cukup jauh, ditambah bus tua yang digunakan rombongan sempat mogok setelah mundur mendadak.

Namun berkat semangat dan niat baik, akhirnya keinginan berbagi usai berbasah-basah bahkan tergulung salah salah satu jeram Cikaniki itu terlaksana.

Ada sejumput rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata setelah merampungkan aksi berbagi itu. Rasanya petualangan menjadi lebih SEXY (baca: bermakna) kendati cukup letih.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kamis, 19 April 2012

Newyorkarto, Konser Hip Hop Rapper Jogja Sepulang dari Newyork



Sepulang mentas di Newyork, AS , tempat berkembangnya musik hip hop, kelompok musik hip hop asal kota Gudeg Jogja, Jogja Hip Hop Foundation (JHF) bakal menggelar konser ngerap bertajuk 'Newyorkarto: Orang Jawa Ngerap di New York' di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat pada 27-28 April 2012. Konser yang turut digagas Djarum Apresiasi Budaya ini akan menyuguhkan sesuatu yang berbeda, di antaranya menampilkan aksi hip hop dengan paduan musik gamelan dan string orchestra yang langka terjadi di ranah hiphop. Ada apa lagi?

Menurut founder sekaligus personel JHF Muhammad Marzuki, sebanyak 15 lagu akan dibawakan JHF dalam konser ini. “12 lagu karya JHF sendiri dan 3 lagu lagi milik Saykoji dan Iwa K. Ada juga beberapa lagu yang akan menjadi materi lagu baru kami. Yang agak beda, kami membawakan lagu -lagu tersebut diiringi dengan para penari dan tentu aransemen baru,” jelas pria yang kerap disapa Juki alias Kill The DJ kata di Amarone Cafe, Grand Kemang Hotel, kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (19/4/2012).

Duo bersaudara Butet Kartaredjasa dan Djaduk Ferianto juga terlibat dalam pementasan JHF di Jakarta ini. Butet mengaku keterlibatannnya di konser ini sebagai pembayaran kebudayaan kepada Juki. “Saya tidak ingin jadi orangtua yang durhaka, jelek-jelek begini saya adalah aktor teater yang pernah disutradarai Kill The DJ, akunya.

Djaduk Ferianto selaku music director dalam konser ini menjanjikan bakal ada banyak variasi dalam konser ini. Penonton tidak cuma menyaksikan hip hop dan ngerap Tapi ada juga multimedia, wayang, fragmen monolog, dan koreografi tari.

“Tapi yang paling menarik para rapper ini menggunakan Bahasa Jawa dan saya memasukkan unsur jazzy, rock ke dalam ranah hip hop yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saya juga masukkan kendang Sunda, gitar, angklung, suling Ponorogo dan lainnya. Pokoknya dengan instrumen yang kita punya,” akunya membocorkan konser unik ini.

Sementara Agus Noor selaku show director mengatakan konser ini akan diisi oleh 30 orang yang terdiri dari musisi, penari, dan kru. “Penyanyi tamunya antara lain Iwa K, Saykoji, Soimah, Ki Catur Kuncoro dan Butet Kartaredjasa,” jelasnya.

Juki mengaku selama latihan persiapan konser ini sering ’berantem’ dengan Djaduk dan Agus noor yang biasa disapanya Jeger. “Berantem di sini kerana ada gesekan perbedaan baik aransemen dan lainnya. Tapi justru itu namanya kolaborasi untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik,” jelasnya.

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari mengaku Djarum bersedia mendukung konser ini bukan semata sudah kenal baik dengn Juki yang sudah seperti orang dalam melainkan karena keunikan karyanya.

"Juki dengn JHFnya memberi sesuatu yang kekinian dengan tetap mengedepankan muatan lokal dalam hal ini Jawa. Kretaivitasnya patut didukung, terlebih sudah dilirik orang Amerika hingga mereka tampil di Newyork. Jangan sampai orang kita sendiri tidak kenal dan mengapresiasi kreativitasnya,” jelasnya.

Untuk menyaksikan konser rapper Jawa yang lagunya Jogja Istimewa sudah menjadi lagu kebangsaan rakyat Yogyakarta ini, tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Tiketnya mulai harga Rp100 ribu (balkon), Rp200 ribu (VIP), dan Rp300 ribu (VVIP). Tiket bisa dibeli langsung saat hari-H atau dibeli secara online dengan mengakses laman www.indonesiakaya.com dan www.hiphopdiningrat.com.

Dipastikan konser ini bakal memberi warna tersendiri yang berbeda dengan konser-konser musik yang pernah ada di Jakarta. Konser ini memadukan budaya Yogyakarta sebagai kota kelahiran JHF dengan budaya New York, tempat berkembangnya musik hip hop.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Yang Baru dari Indonesian Dance Festival 2012



Indonesian Dance Festival (IDF) kembali digelar di Jakarta tahun ini selama 9 hari tepatnya pada 1-9 Juni 2012 di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM) dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan tema apik: Indonesia Menari. Sejak digelar 1992, baru kali ini ajang kreativitas para penari, koreografer, kritikus tari, dan musisi nasional dan internasional per 2 tahunan ini menyuguhkan sesuatu baru. Salah satunya lomba tari bagi kaula muda se-Indonesia. Ada apa lagi?

IDF yang menjadi bagian dari program kegiatan berkala IKJ ini menjadi satu-satunya festival tari yang mampu bertahan selama 20 tahun. Festival tari yang didukung oleh Djarum Apresiasi Budaya dan didukung oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta ini baru kali pertamanya menggelar lomba tari.

“Sebelumnya kiprah koreografer muda dalam IDF diadakan lewat pemilihan secara tertutup oleh tim kuratorial. Kini, IDF membuka seluruh anak muda Indonesia untuk mengirimkan karyanya,” kata Nungki Kusumastuti, salah seorang penggagas IDF yang juga dosen Jurusan Seni Tari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) seklaigus panitia pelaksana lomba tari ini dalam jumpa pers di mall FX, Jakarta, Rabu (18/4/2012).

Peserta lomba tari yang ikut, lanjut Nungki, berusia 19-35 tahun jumlahnya lebih dari 300 orang baik perorangan maupun kelompok. Panitia menerima 110 video karya koreografi tari yang dikirimkan peserta dari sejumlah daerah seperti Bandung, Kalimantan, Papua dan lainnya. Video tarinya berdurasi 7-10 menit dengan jumlah penari maksimal tujuh orang.

Dari jumlah itu terseleksi 33 kelompok tari untuk masuk babak final. Penyeleksiann berlangsung pada 1-5 Maret dengan juri adalah Wiwiek Sipala, Hartati, Jecko Siompo, Samuel Wattimena, Riri Reza, dan Djaduk Ferianto.

Namun disayangkan, 6 kelompok tari tidak bisa mengikuti babak final karena tidak bisa datang ke Jakarta lantaran tidak punya biaya. Alhasil, jumlah peserta yang akan tampil di final adalah 27 kelompok.

Final lomba tari ini, lanjut Nungki berlangsung pada Minggu,22 April 2012 di Graha Bakti Budaya, TIM. Dari final itu, akan dipilih peringkat I, II, III, Harapan I, Harapan II, dan Pemenang Favorit.

“Para pemenang tersebut akan mendapatkan piala, sertifikat, uang tunai total 30juta rupiah, dan diikutsertakan dalam workshop Koreografi Intensif selama tujuh hari. Karya mereka juga ditampilkan dalam program Seeds of Wonder The 11th IDF 2012 pada 2-9 Juni 2012, pukul 16.00 – 18.00 WIB di Teater Luwes dan Teater Kecil, TIM,” papar Nungki.

Nungki menambahkan, peserta lomba tari kebanyakan dari Jakarta mengingat kedekatan dengan lokasi penjurian ikut pula berpengaruh.

Mengenai 6 kelompok yang tidak bisa mengimkuti babak final, lanjut Nungki, panitia tidak bisa menanggung ongkos transportasi dan akomodasi bagi para peserta. “Kami hanya bisa menyarankan agar mereka menghubungi Pemda masing-masing untuk mendapat bantuan. Ini menjadi pelajaran juga bagi kami untuk ke depannya nanti,” akunya.

Di samping lomba tari, sebagai rangkaian menuju IDF 2012 juga digelar seminar internasional dengan topik “Nurturing the Youth’s Creativity through Contemporary Dance: a Collaboration among Cultures” yanga digelar Fakultas Seni Pertunjukan IKJ bekerjasama dengan Erasmus Huis Jakarta.

Pemetasan tari di IDF 2012 sendiri berlangsung 9 hari dengan menampilkan karya penata tari dari Indonesia serta sejumlah negara, antara lain Jepang, Korea, Jerman, Aljazair, Taiwan, Finlandia, Inggris, Perancis, Tunisia, Belgia, dan Kamboja.

Selain pelatihan teknik tari, pemutaran film dokumenter tari, bengkel koreografi juga akan ada seminar bertema "Dance and Visual Art" yang membahas keterkaitan koreografi tari dengan aspek estetika visual. Karya tari Hartati dan Fitri S akan dibahas karena mereka telah berpengalaman dalam kerja kolaborasi skenografi di Indonesia dan luar negeri.

IDF kali ini juga melibatkan direktur artistik dan kurator tari internasional, misalnya Tang Fu Kuen dari Singapura dan Daisuke Muto dari Jepang.

Duta IDF
Satu lagi yang baru dari IDF 2012 adalah penunjukan artis Dewi Gita sebagai Duta IDF. Penugasan istri penyanyi Armand Maulana ini bertujuan untuk lebih menggaungkan IDF 2012. “Kebetulan tahun ini saya memang berniat untuk berbuat sesuatu untuk seni tari khususnya tradisional yang sudah saya geluti sejak umur 9 tahun. Ternyata dipilih jadi duta IDF, ini seperti pintu pembuka bagi saya mewujudkan niat itu. Mudah-mudahan saya tidak mengecewakan,” ungkapnya dengan luwes.

Rektor IKJ Wagyono Sunarto mengatakan, IDF menjadi bagian dari pendidikan tari IKJ yang diselenggarakan di luar bangku kuliah. “Lewat IDF, siswa IKJ atau seniman tari di luar IKJ bisa menggali ilmu dari para praktisi tari,” ungapnya.

Direktur IDF Maria Darmaningsih mengungkapkan, IDF sebagai wadah untuk menampung kreataivitas penari. “Ajang ini diharapkan dapat membangkitkan semangat para penari muda untuk terus menekuni dunia tari hingga kelak menjadi penari profesional yang mendunia,” jelasnya.

Program director Bakti Budaya Djarum Foundation
Renitasari mengaku Djarum bangga dapat terlibat dalam festival tari berskala internasional ini. “Mudah-mudahan lewat festival ini, masyarakat Indonesia bisa lebih mencintai seni tari, baik itu tari tradisonal maupun kontemporer,” pungkasnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP