. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 20 Desember 2011

Destinisasi Wisata Jangan Abaikan Lingkungan dan Mayarakat


Dalam pengembangan sebuah destinasi wisata, pengelolanya jangan sampai mengabaikan kelestarian lingkungan. Di samping itu juga harus melibatkan warga setempat sehingga dapat memberikan kontribusi langsung bagi rakyat.

Dalam pengembangan sebuah destinasi wisata, pengelolanya jangan samapi mengabaikan kelestarian lingkungan. Di samping itu juga harus melibatkan warga setempat sehingga dapat memberikan kontribusi langsung bagi rakyat.

Demikian disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu saat mengunjungi Desa Wisata Candirejo, Magelang, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan itu Mari berkesempatan melihat dan mendengar langsung langkah yang diambil oleh warga Desa Candirejo setempat dalam pengembangan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif di desa tersebut dengan mengoptimalkan bantuan pemerintah melalui skema Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.

Marie memberi apresiasi atas inisiatif warga Desa Candirejo yang dalam mengembangkan potensi pariwisatanya memadukan dengann ekonomi kreatif. “Berkah lokasi Desa Candirejo yang unik dekat dengan Candi Borobudur mampu dimanfaatkan dengan maksimal oleh warganya. Disini ada musik seni pertunjukan, kerajinan yang kreatif dengan memanfaatkan abu dari Gunung Merapi. Dimana ada kreativitas maka disitu ekonomi kreatif akan berkembang,” kata Mari.

Dalam pengembangan parekraf di desa ini lebih maksilam perlu didukung sumber daya manusia yang mumpuni. “Keberada SMK Pariwisata di wilayah ini harus mampu menyiapkan SDM yang fokus pada sektor parekraf di desa ini dan sekitarnya,” jelasnya.

Pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata di desa-desa sekitar Candi Borobudur telah dimulai pada 2009 yakni Desa Candirejo, Desa Borobudur, Desa Majaksingi, Desa Bumisegoro dan Desa Tuksongo. Kelima desa tersebut berlanjut di tahun 2010, dan pada tahun 2011 ditambah menjadi 8 (delapan) desa, yaitu Desa Borobudur, Desa Tuksongo, Desa Candirejo, Desa Wanurejo, Desa Karangrejo, Desa Karanganyar, Desa Tanjungsari dan Desa Wringin Putih.

Lurah Desa Candirejo Singgih Mulyanto mengakui warganya merasakan manfaat dari skema PNPM ini. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan gazebo, membeli seragam untuk pertunjukan kesenian, perangkat gamelan, dokar, dan penambahan fasilitas homestay.

Singgih berharap ada skema PNPM berikutnya untuk melengkapi perangkat gamelan yang selama ini digunakan sebagai bagian dari pertunjukan untuk menghibur tamu yang datang ke desanya. “Selama ini kami harus mengeluarkan biaya untuk sewa-pinjam gamelan,” ujarnya.

Desa Candirejo memiliki 21 rumah yang disiapkan khusus homestay. “Bila ada kunjungan yang membludak, desa ini mampu menyiapkan sekitar 75 rumah sebagai sarana homestay,” jelasnya serya menyebutkan ada 1872 wisman dan 1077 wisnus yang sudah berkunjung ke Desa Candirejo selama 2010.

Mari Elka Pangestu yang berkesempatan mengunjungi homestay dan sentra kerajinan di Desa Wanurejo, Magelang menghimbau agar inisiatif mengembangkan produk kreatif ramah lingkungan yang memberikan kontribusi langsung kepada warga setempat terus dilanjutkan dan dikembangkan.

Naskah Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: PKP Kemenparekraf

Read more...

Menjaring Investor Pariwisata Lewat Indonesia Tourism Investment Day

Dalam rangka meningkatkan promosi investasi di Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan menggelar Indonesia Investment Tourism Day (ITID) untuk pertama kali pada 2012. Forum ini terlaksana berkat kerjasama Kemenparekraf dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kemenko Bidang Perekonomian, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Apa targetnya?

Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata (PDP) Kemenparekraf Firmansyah Rahim menjelaskan ITID 2012 merupakan kegiatan forum bisnis investasi yang bertujuan meningkatkan investasi pariwisata Indonesia ke depan.

“Targetnya meningkatkan nilai investasi sektor pariwisata terhadap investasi nasional dari 5,19% pada 2010 menjadi 6,43% pada 2014 sesuai harapan Menparekraf Mari Elka Pangestu yang disampaikannya pada Konferensi Nasional Pariwisata beberapa waktu lalu,” terang Firmansyah di Jakarta, Senin (19/12/2011).

Ketua umum Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia (AKPI) Marudi Surachman mengatakan forum ITID 2012 akan mempertemukan calon potensial investor yang terdiri ata CEO pengembang properti pariwisata di Indonesia, KADIN, chambers of commerce negara-negara ASAN, Timur-Tengah, Negara Asia-Pasifik seperti China, Jepang, dan Korea Selatan, serta dari Afrika Selatan total sekitar 100 orang.

“Mereka akan dipertemukan dengan 10 pengelola kawasan pariwisata yang tergabung dalam AKPI dan 10 kabupaten atau kota yang memiliki potensi investasi pariwisata serta pengembang properti pariwisata di Indonesia,” jelasnya.

Acara ITID 2012 nanti akan diisi dengan business lunch antara Menparekraf Mari Elka Pangestu dengan Kepala BKPM dengan calon potensial investor untuk memberikan gambaran prospektur bisnis atau usaha pariwisata Indonesia. “Nanti juga akan ada jamuan makan malam dengan Wapres RI Boediono dan penandatanganan MoU proyek-proyek pengembangan kawasan pariwisata di Indonesia dengan calon investor,” tambahnya.

Agenda utama ITID 2012 akan dilaksanakan pada 2-3 Juli 2012 dan untuk kunjungan ke kawasan pariwisata pada 3-4 Juli 2012. Rencana lokasi pelaksanaan ITID 2012 di JW Marriot Hotel Jakarta.

Marudi menambahkan sekurangnya ada 7 anggota penuh AKPI yang akan ikut menjual potensi kawasan pariwisatanya kepada calon investor di forum ITIOD 2012, yakni PT Pengembangan Pariwisata Lombok, PT Banten West Java, PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk., PT Krakatau Lampung Development, PT Bintan Resort Corporation, PT Mandara Jasindo Sena, PT Teluk Makaki Indah, PT Tourism Development Corporation, dan PT Bali Nirwana Resort.

“Sisanya ada 12 PT yang menggarap kawasan pariwisata di berbagai daerah sebagai anggota potensial AKPI ,” jelasnya.

Firmansyah Rahim berharap AKPI dapat menpersiapkan kawasan pariwista yang akan dijual ke calon investor dengan sebaik-baiknya. “Jangan sampai investor kecewa, karena kawasan pariwisata yang dikunjunginya nanti tidak siap,” pungkasnya.

Kasi Promosi Sektoral BKPM Iko Djutmiko mengatakan pihaknya siap mendukung penyelengaraan ITID 2012. Pernyataan yang sama juga dilontarkan perwakilan dari KKP dan Menko bidang Perekonomian.

Naskah Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Inilah 10 Hotel Ramah Lingkungan Pemenang Green Hotel Award 2011

Green Hotel Award (GHA) 2011 yang diselanggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk kali pertama menetapkan 10 hotel sebagai pemenangnya. Ajang ini diikuti sejumlah hotel bintang 4 dan 5 di Indonesia yang telah menerapkan kepedulian terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Hotel di Bali mendominasi award ini. Hotel apa saja?

Ke-10 hotel tersebut adalah Matahari Beach Resort & Spa (Bali), Discovery Kartika Plaza Hotel (Bali), Holiday Inn Resort Batam, Angsana Bintan, Meliana Benoa Bali, Losari Spa Retreat & Coffee Plantation (Magelang-Jawa Tengah), The St. Regis Bali Resort, Melia Bali Villa & Spa Resort, The Dharmawangsa Jakarta, dan Gran Melia Jakarta Hotel.

Ke-10 hotel di atas berhak mewakili Indoensia dalam ajang serupa tingkat ASEAN. “Rencananya award Green Hotel tingkat ASEAN akan diberikan pada acara ASEAN Tourism Forum (ATF) pada Januari 2012 di Manado, Sulawesi Utara,” jelas Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata (PDP), Kemenparekraf Firmansyah Rahim usai acara GHA 2011 di Jakarta, Senin,(19/12/2011).

Ada 290 hotel anggota PHRI yang ikut ajang ini. Setelah melalui proses seleksi dan penilaian tim juri ada 32 hotel yang lolos verifikasi. Tapi satu hotel yakni Hotel Shangrila Surabaya mengundurkan diri karena tidak siap untuk dinilai sehingga jumlah hotel yang dinilai ada 31 hotel.

“Usai dilakukan cross check dengan melakukan kunjungan ke lapangan, dewan juri akhirnya memilih 24 hotel yang dinilai layak mendapatkan penghargaan green hotel ini,” terang Firmansyah.

14 hotel lainnya yang mendapat penghargaan GHA 2011l dan boleh mengikuti ajang yang sama pada 2013 nanti adalah Banyan Tree Ungasan (Bali), Banyan Tree Bintan, Maya Ubud Resort & Spa (Bali), Novotel Palembang Hotel & Residence, Alila Villas Uluwatu (Bali), The Shangri_La Hotel Jakarta, Novotel Bogor Golf Resort and Convention Center, Hyatt Regency Yogyakarta, Hotel Melia Purosani Yogyakarta, Sahid Jaya Lippo Cikarang, Jogjakarta Plaza Hotel, Bintan Lagoon Resort, Nusa Dua Beach Hotel & Spa (Bali), dan Grand Swiss-Belhotel Medan.

Naskah Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Irhamna Ilham Muaz, PKP Kemenparekraf

Read more...

Senin, 19 Desember 2011

Tujuh Langkah Cerdas Merancang Liburan Akhir Tahun

Horeee.., liburan akhir tahun di depan mata. Ini kesempatan buat melepas rutinitas usai setahun membanting tulang, beraktivitas, belajar dan lainnya. Biar liburan akhir tahun berjalan lancar sesuai harapan, perlu persiapan khusus mengingat liburan ini memiliki karakteristik berbeda dengan liburan di waktu lain. Apa saja yang perlu dipersiapkan?

Liburan aknir tahun termasuk high season yang biasanya peminatnya membludak sehingga pilihanpun jadi terbatas. Seperti hotel kerap fullbook, restoran favorit antri panjang, tiket transportasi naik, obyek wisata penuh sesak. dan bermacam masalah lainnya.

Untuk menghindari semua persoalan itu dibutuhkan persiapan matang, sekaligus untuk menghindari over budget lantaran banyaknya pengeluaran tak terduga. Berikut tips yang perlu dilakukan untuk mengisi liburan akhir tahun.

Pertama, mengumpulkan data obyek wisata yang ingin dituju, baik lewat internet, majalah, buku panduan, koran, maupun orang yang pernah berkunjung untuk mengetahui sekaligus meng-up date perkiraan biaya yang dibutuhkan.

Kedua, bila sudah mendapatkan informasi yang lengkap, segera pesan tiket pesawat dan atau lainnya jauh-jauh hari, termasuk pesan hotel, sewa mobil, dan lainnya lewat online booking ataupun via telpon.

Ketiga, kalkulasikan total bujet dari transportasi, penginapan, makan-minum, tiket masuk, belanja, oleh-oleh dan lainnya selama berwisata sampai balik ke rumah.

Keempat, maksimalkan kartu kredit untuk produk-produk yang berdiskon namun tetap bijak agar tak terjebak.

Kelima, pergilah secara kelompok atau rombongan untuk menekan biaya transportasi dan lainnya.

Keenam, kalau tak mau repot, beli saja paket wisata di biro perjalanan wisata ataupun komunitas yang kerap melakukan perjalanan. Tapi tetap harus mencek biro perjalanan dan komunitas yang menyelenggarakannya, apakah profesional atau masih amatiran.

Dan ketujuh, tetap menjaga kondisi fisik yang prima dengan membawa suplemen dan obat-obatan pribadi serta senantiasa melakukan pemanasan sebelum beraktivitas terutama kegiatan yang memacu adrenalin.

Selamat liburan akhir tahun.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Yuk, Lihat Kirab Budaya Ngarak Siwur dan Nguras Enceh di Imogiri

Kalau Anda sedang berlibur di Jogja bulan ini, lanjutkan saja ke Imogiri untuk melihat kirab budaya Ngarak Siwur yang dilanjutkan dengan upacara ritual Ngurah Enceh. Tahun ini kirab budaya ke-XIV ini akan berlangsung pada 22 Desember 2012 dari Pendopo Kecamatan Imogiri berakhir di Terminal Wisata Taman Raja-Raja Mataram. Sedangkan Ngurah enceh pada 23 Desember 2012 di Komplek Raja-Raja Mataram.

Tradisi Ngarak Siwur yang digelar Forum Cinta Budaya Bangsa (Forcib) Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan pengembangan dari tradisi Nguras Enceh (Gentong) di Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri.

Upacara ritual yang dilaksanakan di Komplek Makam Raja-Raja Mataram ini merupakan tradisi dalam rangka mengganti air yang terdapat dalam gentong di makam Raja-raja Imogiri. Air kurasan tersebut kemudiani dibagi-bagikan kepada masyarakat yang percaya air tersebut berkhasiat memberikan bermacam kebaikan bagi kehidupan.

Upacara ini biasanya dilaksanakan setiap Selasa Kliwon pada bulan Suro ini. Dimulai dengan mengganti air yang terdapat pada empat padasan, yakni Kyai mendung (berasal dari Roma), Nyai siem (Myanmar), Kyai danumoyo (Aceh), dan Nyai Danumurti (Palembang) kemudian dilanjutkan dengan kirab budaya.

Dalam kirab ini, peralatan nguras berupa siwur (gayung dari tempurung kelapa) dibawa dari Kecamatan Imogiri menuju kompleks Makam Raja-raja. Kegiatan ritual ini ditutup dengan pentas kesenian tradisional.

Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan seluas 5.448,6880 Ha ini berada di dataran rendah. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Bantul sekitar 8 Km.

Selain Kirab Budaya Ngarak Siwur dan Nguras Enceh, masih ada beberapa wisata budaya yang dapat kita lihat di Imogiri antara lain upacara Merti Dusun atau Jodhangan dan upacara rasulan atau bersih Desa Wukirsari.

Merti Dusun dilaksanakan di pelataran Gua Cerme, Dusun atau Srunggo I dan Srunggo II, Desa Selopamioro. Upacara bersih dusun atau sedekah bumi ini biasanya digelar setelah panen raya sebagai tanda ucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa.
Sedangkan upacara rasulan dilaksanakan sesudah bulan purnama, biasanya hari Legi atau Wage menurut kalenderJjawa di Masjid Giriloyo, Imogiri.

Kalau cagar budaya yang dapat dilihat antara lain Komplek Makam Raja-Raja Mataram di Kelurahan Ginirejo, Imogiri yang diperuntukkan bagi raja raja Mataram dan keluarganya. Makam ini didirikan oleh Sultan Agung antara tahun 1632 - 1640M.

Selain itu ada Makam Banyusumurup atau Pangeran Pekik, putra Pangeran Purbaya seorang penguasa di Surabaya pada sekitar abad 17 M . Setelah Surabaya ditaklukan Mataram pada 1625, Sultan Agung memerintahkan Pangeran Pekik pindah ke Mataram dan dikawinkan dengan adik Sultan Agung yaitu Ratu Pandansari. Makam Banyusumurup berada 2 Km sebelah Selatan Komplek Makam Raja-Raja Mataram. Di sini juga ada Masjid Banyusumurup berbentuk limasan yang disangga 4 pilar.

Selanjutnya Makam Giriloyo di Cengkehan, Wukirsari. Makam peninggalan masa Islam sekitar abad 17 M ini masih dikeramatkan masyarakat setempat. Tokoh yang dimakamkan disini adalah Pangeran Juminah, pamannya Sultan Agung. Makam Sultan Agung sendiri berada di Pajimatan Imogiri.

Tak jauh dari kecamatan ini kita juga bisa berwisata gua ke Gua Gajah yang berada di Dusun Sukorame, Desa Temuwuh, Kecamatan Dlingo, kawasan karst pegunungan Sewu. Gua horisontal ini dapat kita telusuri sepanjang kurang lebih 50 meter. Dinamakan gua gajah karena ada gumpalan batu yang bentuknya menyerupai gajah.

Kita juga dapat mengunjungi sejumlah sentra kerajinan yang menjadi industri kreatif masyarakat Imogiri antara lain sentra kerajinan tatah sungging di Wukirsari, sentra kerajinan batik di Giriloyo Wukirsari, sentra kerajinan keris di Banyusumurup, dan sentra pembuatan makanan keripik tempe di Imogiri.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Ist.

Read more...

Jumat, 16 Desember 2011

Jogja Kembali Jadi Lokasi Syuting Film Hollywood



Setelah film The Philosophers garapan produser Hollywood Goerge Zakk dan Cybill berlokasi syuting di Candi Prambanan, Jogya. Tahun ini juga, giliran Java Heat yang diproduseri Rob Allyn mengambil tempat pembuatan di Candi Borobudur dan juga Keraton Jogja. Aktor gaek Mickey Rourke dan aktor muda Amrik Kellan Lutz menjadi pemeran utama film ini.

Produser film Java Heat, Rob Allyn mengatakan ada banyak lokasi yang bakal digunakan untuk keperluan syuting di Jogja dan Jawa Tengah, salah satunya di Candi Borobudur. “Saya senang sekali dapat membuat film ini dengan latar belakang Candi Borobudur. Ini seperti mimpi,” akunya.

Senada dengan Rob Allyn, Direktur Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film (Dirjen NBSF), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Ukus Kuswara mengatakan, film ini selain akan memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa, pun memperkenalkan pariwisata Indonesia ke mancanegara termasuk kuliner khas Indonesia.

“Film ini akan diedarkan secara internasional, otomatis budaya kita akan makin dikenal dunia khususnya Candi Borobudur. Film ini diharapkan dapat menginformasikan bahwa Indonesia itu alamnya indah, aman, dan nyaman,” ujar Ukus saat meninjau pengambilan gambar film Java Heat di pelataran Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah beberpa waktu lalu.

Pembuatan film ini, lanjut Ukus juga dapat berdampak pada peningkatkan ekonomi masyarakat di lokasi syuting film ini, selain meningkatkan pengalaman para kru film Indonesia yang ikut terlibat dalam pembuatan film ini. “Kru film nasional yang dilibatkan dalam pembuatan film ini cukup banyak. Mudah-mudahan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) film nasional,” harapnya.

Kadisbudpar Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tazbir mengaku senang Yogyakarta dan Jawa Tengah terpilih menjadi lokasi syuting film Java Heat.”Produsernya tentu tidak sembarang memilih lokasi syuting karena banyak faktor yang menentukan. Setahu saya alasan Indonesia khususnya Yogyakarta dan Jawa Tengah dipilih karena budaya Jawanya kental, termasuk ada keraton dan Candi Borobudur serta Prambanan yang cukup mendunia,” terangnya.

Tazbir yakin film ini akan dampak positif bagi masa depan pariwisata Jogja dan Jawa Tengah termasuk obyek-obyek lain di sekitarnya. ”Saya yakin dengan film ini bukan cuma Candi Borobudur dan Prambanan saja yang bakal lebih dikenal masyarakat internasional, pun obyek-obyek wisata lain di sekitarnya,” ungkapnya.

Film yang diproduksi oleh perusahaan film Margaret House dari Amerika Serikat bekerjasama dengan SYZYGY Production asal Indonesia. ini bercerita tentang sebuah tim rahasia dari Amerika Serikat bekerjasama dengan polisi Indonesia berusaha menangkap sindikat internasional pelaku penculikan putri Sultan Yogyakarta dan perhiasan keraton.

Dalam aksi pengejarannya tim misterius ini beraksi di sejumlah lokasi di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Selain Mickey Rourke, film ini jug dibintangi Kellan Lutz yang pernah bermain sebagai Emmet Cullen di film kondang vampire remaja, Twilight (Twilight, New Moon, Eclipse, Breaking Dawn Part 1 & 2).

Kellan Lutz berperan sebagai Jake, pria Amerika yang memburu teroris ke Asia Tenggara. Ditemani oleh seorang detektif muslim, dia mengejar Malik, seorang pencuri perhiasan yang perankan Mickey Rourke yang suka ngebom dan menculik. Film ini juga bakal dibintangi sejumlah pemain film Indonesia antara lain Atiqah Hasiholan, Rio Dewanto, dan Ario Bimo.

Mickey Rourke yang pernah bermain dalam film Wild Orchid dengan Lisa Bonet pada pertengahan 80-an dan film Harley Davison serta Marlboro Man ini tergolong aktor tua Hollywood yang bayarannya masih tergolong mahal. Konon labarnya lantaran mahal, bintang eksentrik yang sempat masuk nominasi Oscar dalam film Wrestler ini hanya dua minggu berada di Jogja. Sedangkan Kellan Lutz lebih dari dua bulan di Jogja.

Film yang digarap sutradara muda Conor Allyn (25 thn), diperkirakan menelan biaya 21,5 miliar dolar AS. Syutingnya berlangsung selama sekitar 3 bulan dan akan dirilis pada bulan Oktober 2012.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kamis, 15 Desember 2011

Es Kelapa Muda Minuman Terlezat Urutan 19 Dunia


Es Kelapa Muda dari Indonesia menduduki posisi ke-19 minuman terlezat di dunia versi survei CNNgo dari 50 jenis minuman lain di berbagai belahan dunia. Minuman special Negara-negara tropis ini mudah di dapat di sejumlah obyek wisata pantai dan kota-kota besar Indonesia. Apa keistimewaannya?

Es Kelapa Muda made in Indonesia ini dinilai tim survei sebagai minuman yang dapat memberikan efek menyegarkan, enak, dan begitu popular. "Irisan daging buahnya lembut dan air kelapa bnyak manfaatnya. Kalau ditambah dengan sirup dan es batu membuatnya begitu nikmat hingga disukai,” jelas tim survei tersebut.

Minuman ini biasanya dinikmati pada siang hari saat berudara panas atau saat bersantai di pinggir pantai. Tak heran hamper di sejumlah obyek wisata pantai di Indonesia banyak penjual Es Kelapa Muda.

Kelapa muda selain menyegarkan juga punya banyak khasiat. Airnya memiliki rasio kadar air dan minyak yang besar. Kandungan energi per 100 gram daging buah kelapa muda cukup besar, yaitu 41-99 kkal. Daging kelapa muda mengandung asam lemak omega-6, yaitu asam inoleat dengan jumlah sekitar 200-300 mg/100 gr daging buah. Di dalam tubuh, asam linoleat dapat diubah menjadi asam arakhidonat(AA). Zat ini penting sebagai penunjang kecerdasan otak.

Kendati dikenal sebagai minuman khas pantai, pohon kelapa yang tumbuh subur di Indonesia bukan cuma tumbuh di pesisir pantai. Pun di daratan di kaki gunung.

Minuman asal Indonesia lainnnya Es Cendol berada diperingkat 45. Es cendol juga dinilai tim survey sebagai penghilang haus yang digemari. Minuman ini biasanya dinikmati siang hari sebagai pencuci mulut setelah makan berat.

Di Jawa barat, minuman ini biasa disebut dengan cendol yang berasal dari kata ‘jendo’ (bahasa Sunda). Sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur akrab disapa es dawet. Minuman ini terbuat dari tepung beras yang dicampur pewarna alami dari daun pandan dan suji berwarna hijau, disajikan dengan es parut serta gula merah cair dan santan. Rasanya manis dan gurih.

Berikut 10 besar minuman terenak di dunia itu. Minuman terlezat pertama adalah air putih. Coca-cola yang berasal dari Amerika Serikat menempati urutan kedua. Minuman berkarbonasi tersebut telah mendunia dan menjadi konsumsi jutaan orang. Di tempat ketiga, kopi yang disebut berasal dari Etiopia. Kopi merupakan salah satu komoditas dunia yang paling banyak diperdagangkan. Padahal beragam kopi pun berasal dri Indonesia.

Disusul dengan bir dan teh di urutan keempat dan kelima. Minuman air mata kucing dari Malaysia di peringkat keenam. Kemudian jus jeruk dari AS ke-7, red wine (anggur merah) ke-8, serta gin dan tonik dari Inggris ke-9 serta minuman cokelat panas dengan manisan dari AS menempati peringkat ke-10.

Kelezatan Es Kelapa Mudan Dan Es Cendol Indonesia mampu mengalahkan sejumlah minuman khas dari sejumlah negara lain seperti Pina Colada (Puerto Rico), Mango Lassi (India), Red Bull (Austria), Yakult (Jepang), dan Guinness (Irlandia).

Anehnya kenapa Indonesia cuma dapat dua ya? Padahal minuman teh, kopi, es jeruk, dan es teler juga minuman yang populer di kalangan masyarakat Indonesia dan mancanegara.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Mencabut Duri-Duri Penghalang Pariwisata Raja Ampat


Raja Ampat belakangan menjadi destinasi yang diincar wisatawan terutama penggila diving, selain Bali. Namanya cepat sekali meroket. Kemenparekraf pun melirik destinasi ini untuk dikembangkan lebih jauh lewat program Destination Management Organization (DMO). Program ini bakal mencabut duri-duri yang menghambat pengembangan pariwisatanya. Apa saja duri-durinya dan bagaimana solusinya?

Tokoh masyarakat Pulau Misool, Raja Ampat Harun Sapua menjelaskan Pulau Misool luar biasa indah, bahkan lebih indah dari pulau-pulau lain di Raja Ampat. Untuk mendatangkan wisatawan ke Misool harus diimbangi dengan penyediaan alat transportasi menuju ke pulau tersebut termasuk alat transportasi penunjang dari kota ke kampung-kampung.

“Tanpa sarana transportasi itu, Misool tidak ada gunanya sekalipun sudah dibuatkan resort dan lainnya,” ujarnya di Jakarta saat ikut menandatangai kesepakatan (MoU) DMO Raja Ampat dengan Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kemenparekraf dan stakeholder lain, di Jakarta, Senin (12/12/2011).

Harun mengakui masih ada duri-duri dalam pembenahan pariwisata Raja Ampat antara lain sebagian masyarakatnya masih belum mengerti dan kadang menggangu turis asing. “Pernah ada speedboat yang baru datang lalu ditodong minta uang,” terangnya.

Karena itu penyuluhan sadar wisata harus terus disampaikan ke masyarakat Raja Ampat. “Jangan sampai ada masyarakat yang mengganggu turis lagi. Sebab kalau orang bule sekali diganggu, dia akan ngomong ke bule-bule lain. Ini jelas merugikan Raja Ampat nantinya,” jelasnya.

Duri lainnya, masih kerap terjadi kekurangan BBM di Raja Ampat. Untuk itu dia menghimbau pemerintah pusat dan daerah membuat gudang BBM di Raja Ampat bukan hanya di Sorong.

Tenaga Ahli DMO Raja Ampat Cipto Ali Gunawan menjelaskan sebelum Raja Ampat berdiri sebagai kabupaten sudah ada NGO atau LSM dan pengusaha internasional yangg bermain disana dan kemudian mempromosikan Raja Ampat sehingga mendapat perhatian dunia. Sejumlah NGO dan pengusaha memliki kepentingan tertentu yang belum tentu diakomodir oleh masyarakat, pengusaha maupun pemerintah setempat.

Keempat komponen di Raja Empat ini yakni masyarakat, pemerintah, pengusaha, dan NGO memiliki kepentingan-kepentingan sendiri. Harus ada penyatuan semua kepentingan itu untuk memecahkan bermacam masalah. Kalau tidak, masalah-masalah yang terungkap di atas akan terus menjadi masalah. ”Jadi kunci dari DMO Raja Ampat pada tahap awal di tahun 2012 adalah menyatukan komunikasi 4 komponen tersebut untuk bisa saling duduk dalam sebuah forum resmi maupun tidak,” jelasnya.

Pengusaha di daratan, lanjut Cipto menghadapi social investment langsung dengan masyarakat. Sedangkan pengusaha di lautan seperti kapal wisata tidak terlalu mengalamai kesulitan dari masyarakat. “Konflik antar pengusaha juga kerap terjadi baik antarpengusaha di daratan maupun pengusaha daratan dengan pengusaha kapal wisata,” akunya.

Antara Pemkab Raja Ampat dengan Pemkot Sorong, lanjutnya juga belum ada sinergi yang baik. Padahal ini salah satu kunci keberhasilan pariwisata Raja Ampat.. “Kalau Sorong berkembang, Raja Ampat ikut menikmatinya dan sebaliknya. Tapi seperti keduanya belum nyambung. Buktinya masih ada persoalan kekurangan BBM, belum adanya pesawat Garuda yang landing di Bandara di Sorong dan sebagainya,” paparnya.

Pemerintah pusat, tambahnya harus mempertemukan dan mensinergikan Pemkab Raja Ampat dan Pemkot Sorong.

DMO Raja Ampat juga harus mengembakan trip-trip wisata lain yang berlum tergarap di Raja Ampat. “Raja Ampat bukan hanya obyek wisata marine. Masih banyak yang dapat dikembangkan seperti birdwacthing trip, kupu-kupu, dan lainnya,“ jelasnya.

Raja Ampat juga belum memiliki data mengenai tingkat kepuasan wisatawan yang berwisata di Raja Ampat. “Apakah wisatawan puas, agak puas atau tidak puas atau mereka ingin sesuatu yang lebih, itu belum ada,” jelasnya. Kedepan harus ada profiling costumers Raja Ampat. “Data ini sangat penting sebagai acuan membuat produk wisata untuk ditawarkan kepada wisatawan,” jelasnya.

Monitoring persepsi wisatawan di Raja Ampat akan menjadi tahap pertama pelaksanaan DMO Raja Ampat pada tahun 2012. “Pengusaha di Raja Ampat diminta ikut berpartisipasi menyebar kuisioner tingkat kepuasan wisatawan kepada wisatawan di sana,“ akunya.

Di samping itu juga akan memonitoring persepsi masyarakat Raja Ampat sendiri. “Benarkah masyarakatnya pahamp ariwisata? Apakah dampak negatif pariwisata dipahami masyarakat? Apakah masyarakatnya paham kalau komersialisasi budaya akan menjadi bagian dari pariwisata? Dan sebagainya,” paparnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Tri Akbar Handoko, PKP Kemenparekraf.

Read more...

Rabu, 14 Desember 2011

Menyibak Misteri Tun Sri Lanang



Nama Tun Sri Lanang perlahan naik ke permukaan, terutama di Tanah Rencong, Aceh setelah makamnya ditemukan tahun 2004 lalu. Ketokohannya pun kemudian diseminarkan dengan melibatkan nara sumber dari tiga negara yakini Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Siapakah sebenarnya dia sampai Kementerian Pariwiswata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) lewat Direktorat Jenderal Sejarah Purbakala (Ditjen Sepur) menjadikan makam dan peninggalannya di Samalanga, Bireuen, Aceh sebagai Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara, Jum’at, 9 Desember 2011 lalu?

Nama Tun Sri Lanang ada yang menulisnya Tun Seri Lanang (TSL) memang tidak setenar Sultan Malikussaleh, Sultan Iskandar Muda, apalagi bila dibandingkan dengan kesohoran Cut Nyak Dien.

Buktinya Mahdi Jamil (45thn), warga yang tinggal di Gampong (kampung) Meunasah, Desa Leung, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen tidak tahu sama sekali siapa itu TSL. Padahal rumahnya sangat dekat dengan makam TSL. “Sejak kecil saya main di sekitar makamnya. Dan masyarakat di sini pun tidak tahu kalau itu Makam Tun Sri Lanang.” Akunya.

Mahdi yang sewaktu kecil mengaji di Rumoh Kreung (rumah sungai), yakni rumah panggung di dekat makam itu yang dikelilingi kali batee iliek, baru tahu kalau makam itu adalah makam TSl setelah ada orang Malaysia yang datang dan menyatakan demikian.

Tapi ketika ditanya siapa itu TSL, Mahdi pun kembali mengaku tidak tahu. “Yang saya tahu dia (TSL-red) itu pernah berkuasa di Samalanga,” jelas ayah tiga anak ini.

Ketidaktahuan tentang siapa TSL dan sepak terjangnya di Samalanga bukan cuma dialami Mahdi. Mungkin ribuan orang Aceh lainnya pun sama sepertinya.

Karena itulah para perumus seminar bertajuk “Ketokohan Tun Sri Lanang dalam Sejarah Dua Bangsa: Indonesia-Malaysia” yang digelar Ditjen Sepur Kemenparekraf bekerjasama dengan Pemprov Aceh, Pemkab Bireuen, dan Yayasan Tun Sri Lanang di Kantor Bupati Bireuen pada Kamis (8/12/2011) menelurkan 3 rekomendasi. Salah satu rekomendasinya jelas menyatakan bahwa sejarah ketokohan TSL perlu dimasukkan dalam kurikulum muatan lokal di sekolah-sekolah di Aceh.

Rekomendasi itu tentunya untuk memperkenalkan siapa sebenarnya TSL dan ketokohannnya di Aceh khususnya kepada generasi muda, terutama anak-anak sekolah.

Kendati belum mengetahui siapa sebenarnya TSL, bagi Mahdi itu buak soal. Yang terpenting baginya makam TSL yang kemudian dijadikan sebagai Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara (KWS-MN) di Samalanga nantinya dapat memberi dampak positif bagi penghidupannya. “Rencananya kalau kawasan ini nanti ramai didatangi wisatawan, saya akan dagang makanan di lokasi,” ungkapnya.

Dalam buku berjudul “Tun Sri Lanang Dalam Sejarah Dua bangsa Indonesia-Malaysia Terungkap Setelah 380 Tahun” karya Pocut Haslinda Muda Dalam Azwar, ahli waris ke-8 TSL, menjelaskan bawah TSL benama asli Tun Muhammad yang bergelar Dato’ Bendahara Tun Muhammad dan Orang Kaya Seri Paduka Tun Seberang.

Sebelum memimpin Negeri Samalanga (letaknya kini berada di wilayah administratif Kabupaten Bireuen, Aceh) selama 1613-1659 M, dia merupakan Bendahara atau Perdana Menteri Kerajaan Pahang.

Kepindahannya ke Aceh terkait keberadaan Aceh sebagai kesultanan besar yang mampu mengadakan perlawanan secara bekesinambungan terhadap kekuatan Portugis di Malaka, kendati harus ditebus dengan jatuhnya korban jiwa sehingga populasi rakyat Aceh ketika itu merosot tajam.

Sultan Aceh yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda berinisiatif membawa rakyat termasuk petingginya dari negeri yang telah dikuasai untuk dipindahkan dan menetap di Aceh. Tokoh-tokoh yang berimigrasi tersebut di antaranya TSL.

Ketika Sultan Iskandar Muda bertekad mengembangkan ajaran Islam di kawasan pesisir Timur, maka TSL diangkat menjadi raja Samalanga pertama guna memperluas kepemimpinan sultan serta menyebarkan Islam ke Timur Aceh.

Pujangga Melayu dan Mubaligh
Pada 1615 M, TSL resmi menjadi raja perdana Negeri Samalanga. Selain ahli pemerintahan, dia juga dikenal sebagai pujangga Melayu. Karyanya yang monumental adalah Kitab Sulalatus Salatin.

Menurut Winstedt, kitab tersebut dikarang TSL mulai Februari 1614M dan selesai Januari 1615. Sulalatus Salatin atau sejarah Melayu dianggap penting karena menggambarkan adat istiadat kerajaan, silsilah taja, dan sejarah kerajaan Melayu.

Dalam buku setebal 128 halaman ini menyebutkan kalau TSL itu juga berprofesi sebagai mubaligh Islam. Buktinya selama berkuasa di Samalanga, dia telah mendirikan sekolah dan pesantren dengan cara mewakafkan sebagian tanah untuk kegiatan agama. Sampai saat ini, Samalanga dikenal sebagai salah satu basis santri di Aceh. Para santrinya datang dari pelosok Aceh, Semenanjung Melayu hingga dari Thailand Selatan.

Di bab 6 buku ini juga memuat tentang anak cucu TSL di Samalanga. TSL menurunkan garis keturunan di dua bangsa yakni Indonesia dan Malaysia.

Di Malaysia, keturunannya merupakan para sultan di Melayu seperti Sultan Pahang, Sultan Johor, Sultan Trenggani, dan Sultan Selangor. Sedangkan di Indonesia khusunya Aceh, dia menurunkan darah keberanian dan perjuangannya kepada Pocut Meuligoe, ahli waris ke-5 yang mampu memimpin perlawanan terhadap Belanda hingga terusir dari Samalanga.

Salah satu peninggalan TSL, kini dijadikan KWS-MN di Samalanga yang terdiri atas makam TSL dan bekas rumahnya. Penetapan kawasan tersebut salah satunya bertujuan untuk mempererat hubungan emosional sesama rumpun bangsa Melayu, khususnya garis keturunan TSL.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Program DMO Targetkan 360.000 Wisman ke Danau Toba pada 2014



Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Danau Toba, Sumatera Utara pada 2014 sebesar 360.000 orang lewat program Destination Management Organization (DMO) yang diprakarasai Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Ekonomim Kreatif. Apa saja kegiatan DMO di Danau Toba?

Dirjen PDP Kemenparekraf Firmansyah Rahim menjelaskan kajian DMO telah dilakukan pihaknya sejak 2007. Dari 200 lebih destinasi yang dimiliki Indonesia akhirnya dipilih 15 destinasi yang mendapat bantuan program DMO, termasuk Danau Toba. “Saya maunya semua destinasi medapat program DMO. Tapi anggaran, kapasitas dan waktu kita terbatas, jadi harus dipilih destinasi untuk jadi lokomotif dan mendorong destinasi yang lain,” jelasya saat penandatanganan kesepatakan DMO raja Ampat denagn sejumlah stakeholders di Jakarta, Senin (12/12/2011).

Danau Toba masuk dalam program DMO dengan alasan danau vulkanik terluas di Indonesia bahkan di Asia Tenggara ini memiliki potensi wisata alam luar biasa. Belum termasuk wisata spiritual, sejarah, budaya, arsitektur, dan kuliner. “Alasan itulah membuat Danau Toba dan Pulau Samosir yang terletak di tengahnya menjadi aset pariwisata yang pantas dibanggakan dan dikelola secara lestari dengan program DMO,” aku Firmansyah.

Pemilihan destinasi yang perlu dibenahi, menurut Firmansyah, berdasarkan tarikan pasar atau dorongan produk. Destinasi yang pernah punya nama memerlukan biaya yang lebih rendah daripada destinasi baru.

“Danau Toba sudah punya nama, tinggal kita menyempurnakan dan membenahi. Harapannya dengan modal sedikit, kunjungan bisa naik. Contohnya lainnya Toraja,” terangnya.

Firmasnyah mengakui banyak permasalahan yang dialami industri pariwisata Danau Toba saat ini, antara lain infrastruktur seperti jalan tidak memadai, serta hotel dan biro perjalanan tidak sinergi, termasuk masalah lingkungan. Utuk mewujudkan pengelolaan danau ini secara berkelanjutan, Kemenparekraf sepakat melestarikan dan memulihkan fungsi Danau Toba melalui kerjasama dengan stakehorlders termasuk sejumlah kementerian lain.

Kegiatan DMO yang dilakukan di Danau Toba, lanjutnya antara lain pengelolaan ekosistem danau, pemanfaatan sumber daya air, pengembangan sistem monitoring, evaluasi dan informasi danau serta langkah-langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim terhadap danau, pengembangan kapasitas kelembagaan serta koordinasi dalam rangka sinkronisasi dan sinergitas berbagai program kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan ekosistem Danau Toba. Tak ketinggalan kegiatan meningkatkan peran masyarakat serta penyediaan dana berkelanjutan.

“Program DMO Danau Toba kita hanya memoles-moleh apa saja yang kurang agar kembali seperti semula dengan perbaikan-perbaikan karena bebearpa infrastrukturnya sudah ada sebelum ada program ini. Dulu Danau Toba pernah hebat lalu anjlok karena ada masalah. Kini dengan program DMO, kita upayakan bangkit lagi,” paparnya.

Dengan program ini, diharapkan kejayaan Danau Toba kembali termasuk perolehan wismannya bisa meningkat. "Dulu sekitar tahun 1997 Danau Toba dikunjungi 300 ribu wisman. Tapi tahun 2008 menurun menjadi 50 ribu orang, dan tahun 2010 cuma 150 ribu wisman", ujarnya.

Program DMO Danau Toba dimulai tahun 2011, prosesnya diperkirakan membutuhkan waktu 5-10 tahun. Ukuran keberhasilan DMO Toba dapat terilihat pada 2014. “Dengan DMO harus bisa mencapai 360 ribu kunjungan wisman pada tahun 2014 sesuai dengan pencapaian pada tahun 1997", ujar Firmansyah.

Selain Danau Toba, ada 14 destinasi lagi yang masuk program DMO yakni Pangandaran (Jawa Barat), Komodo-Kelimutu-Flores (NTT), Java Promo-Borobudur (Jawa Tengah), Bunaken (Sulawesi Utara), Regional Bali-Danau Batur (Bali), Rinjani (NTB), Kota Tua Jakarta (DKI Jakarta), Toraja (Sulawesi Selatan), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Raja Ampat (Papua Barat), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Tanjung Puting (Kalimantan Tengah), Derawan (Kalimantan Timur), dan Sabang (Aceh).

Sekditjen PDP, Kemenparekraf Achyaruddin selaku ketua pelaksana 15 DMO tersebut menjelaskan biaya yang diberikan dalam program DMO tidak sama antara satu destinasi dengan destinasi lain. “Biayanya berkisar anatar Rp 1-4 miliar. Khusus Danau Toba Rp 4 miliar pada tahun 2011. Biaya tersebut diluar pembangunan fisik,” jelasnya.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Adji & Akbar-Kemenparekraf

Read more...

Selasa, 13 Desember 2011

Raja Ampat Targetkan 50.000 Wisatawan Pada 2014 dengan DMO



Kabupaten Raja Ampat menargetkan 50.000 wisatawan pada tahun 2014 dengan serangkaian pembenahan program Destination Management Organization (DMO) yang dibuat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengembangan Destinasi Pariwisata (PDP), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Pembenahan apa saja yang dilakukan untuk mencapai target tersebut?

Program DMO di Raja Ampat dimulai tahun ini dengan melakukan sosialisasi dan pengumpulan data-data yang menjadi dasar pelasanakan DMO pada tahun-tahun berikutnya. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain workshop DMO, focus group discussion, dan penyusunan draft rnecana aksi.

Hari ini dilakukan penandatangan kesepakatan DMO Raja Ampat yang bertujuan menindaklanjuti hasil-hasil yang sudah diperoleh selama ini dan menjadi dasar bagi Kemenparekraf dan Pemkab Raja Ampat melaksanakan rencana kerja tahun-tahun selanjutnya.

“Tahun 2012 harus ada aksi nyata, bukan lagi diskusi-diskusi sehingga sudah ada bukti kongkrit DMO ini. Paling tidak sudah ada wisatawan yang datang dengan adanya program DMO ini”, kata Dirjen PDP, Kemenparekraf Firmansyah Rahim saat penandatanganan MoU program DMO Raja Ampat di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (12/12/2011).

Kadisbupar Raja Ampat Yusdi Lamatenggo menjelaskan Kabupaten Raja Ampat adalah kabupaten yang baru terbentuk 6 tahun lalu. Kabupten ini memiliki 610 pulau dengan Waisai sebagai ibukota kabupaten. Baru 35 pulau yang berpenghuni, sisanya tak berpenghuni dan sebagian besar belum bernama. Empat pulau besarnya yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo.

Untuk mencapai Waisai, wisatawan biasanya menggunakan pesawat udara menuju Kota Sorong dilanjutkan ke Waisai dengan transportasi laut. “Sekarang ini ada 6 maskapai penerbangan, kecuali Garuda Indonesia yang terbang dari Jakarta ke Sorong. Frekuensi penerbangannya masing-masing 1 kali sehari kecuali Express 2 kali sehari,” jelasnya.

Kendalanya Bandara Sorong itu milik beberapa pemkab. Selain Raja Ampat, ada 7 kabupaten lain yang menggunakan bandara ini. “Harapannya semoga Garuda tahun 2012 juga bisa masuk ke Sorong,” jelasnya.

Sedangkan alat transportasi lautnya dari Sorong ke Raja Ampat baru ada 2 kapal fery biasa setiap hari dengan waktu tempuh sekitar 3 jam dan 2 kapal ferry cepat sekitar 2 jam. “Biayanya 120 ribu per orang untuk ferry biasa, 180 ribu untuk ferry cepat dan Rp 100 ribu untuk kelas ekonomi. Kalau mau cepat, bisa carter speedboat sekitar Rp 5 juta pulang pergi,” jelasnya.

Untuk akomodasi baru ada resort yang dapat menampung 250 orang, kapal wisata, dan 280 kamar hotel melati di Waisai. “Jumlah ini masih sangat kurang sekali dengan kondisi sekarang. Kita harapkan nantinya ada 20 resort. Untuk kapal wisata sekarang baru ada 25 diharapkan nanti ada 40 kapal wisata,” ungkapnya.

Firmansyah Rahim tak menampik masih kurangnya sarana transportasi dan akomodasi di Raja Ampat yang menyebabkan wisatawan masih kesulitan untuk berkunjung ke Raja Ampat. "Kedua masalah ini dapat diatasi dengan saling bersinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, investor dan masyarakat Raja Ampat,” jelasnya.

Raja Ampat sudah punya modal kuat, buktinya dengan mendapatkan 2 penghargaan Indonesia Tourism Award (ITA) 2011 sebagai The Most Favourite Destination dan The Most Favourite Destionation Dive Site. “Sayang sekali kalu kita tidak manfaatkan dengan pengelolaan yang tetap menomorsatukan lingkungan sebagai special interest destination bukan mass tourism,” jelasnya.

Dengan program DMO ini diharapkan Raja Ampat dapat menjaring 50 ribu wisatawan, baik wisnus maupun wisman pada tahun 2014. “Tahun 2011 wisatawan yang mengunjungi Raja Ampat baru mencapi 21 ribu wisatawan. Rata -rata wisatawan yang ke berkunjung ke Raja Ampat termasuk high class dengan pengeluaran US $ 300-400 per hari,” jelasnya.

Selain Raja Ampat, ada 14 destinasi lain yang dikembangkan melalui program DMO oleh Ditjen PDP, Kemenparekraf yakni Kota Tua, Pangandaran, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Danau Toba, Sabang, Bali, Rinjani, Komodo-Kelimutu-Flores, Tanjung Puting, Derawan, Toraja, Bunaken, dan Wakatobi.

“Biaya program DMO untuk masing-masing destinasi berbeda mulai dari Rp 1 samapi 4 miliar, diluar pembangunan fisik,” jelas Firrmansyah.

Hadir dalam penandatangan MoU program DMO Raja Ampat selain Firmansyah dan Yusdi, juga ada pengusaha wisata di Raja Ampat I Nyoman Kirtya, tokoh masyarakat Raja Ampat Harun Sapua, dan Sekditjen PDP Kemenparekraf Achyarrudin.

Naskah: Adji Kurniawan
(adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Weeko & Akbar

Read more...

Nilai Plus Sang Penari Sebagai Film Terbaik 2011


Film Sang Penari karya sutradara muda Ifa Isfansyah yang terpilih menjadi Film Terbaik FFI 2011 dinilai punya kelebihan tersendiri dibanding film yang masuk unggulan. Film ini juga memenangkan tiga Piala Citra lain yakni Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Wanita, dan Pemeran Pendukung Wanita terbaik. Apa kelebihan Sang Penari?

Kekuatan film Sang Penari bukan sekadar mengangkat tema cinta biasa, pun menempatkan tokohnya pada dilema antara loyalitas kepada negara dan cinta kepada seorang penari ronggeng di sebuah desa miskin Indonesia pada pertengahan 1960-an.

Rasus (Nyoman Oka Antara), seorang tentara muda menyusuri kampung halamannya, mencari cintanya yang hilang, Srintil (Prisia Nasution). Film yang terinspirasi dari trilogi "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari ini melibatkan masyarakat. Desa di Banyumas, Jawa Tengah, tempat lokasi pembuatan film ini.

Kelebihan lain film ini, dalam penggarapannya sampai membangunan jalan. Film ini pun menghidupkan kembali batik sebagai kostum pemaian, musik tradisional lokal dan juga memperjualkan buku tentang film tersebut. “Jadi ada dampak ekonomi yang positif di dalam pembuatan film ini,” kata Menparekraf Mari Elka Pangestu yang hadir dan memberikan piala citra kepada pemenang film terbaik FF 2011 ini di Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (10/12/20110.

Untuk mengembangkan industri perfilman nasional, lanjut Mari salah caranya dengan jalan menambah jumlah bioskop di daerah. Tujuannya untuk merangsang pertambahan penonton secara nasional. Dengan adanya penambahan bisokop otomatis pendistribusian film nasional juga akan semakian merata.

Cara lain untuk meningkatkan jumlah penonton film nasional, tidak cukup dengan menambah kuantitas film melainkan juga memperhatikan kualitasnya. “Film berkualitas, pastinya akan ditonton banyak orang, tentu dibarengi dengan promosi yang gencar,” imbuhnya.

Penyelenggaran FFI, lanjut Mari setidaknya dapat memotivasi Sumber Daya Manusia (SDM) perfilman mulai dari produser, pembuat skenario, pemain, dan kru untuk membuat film yang bermutu.

Ketua Bidang Penjurian FFI 2011 Totot Indrarto mengatakan tahun ini banyak film Indonesia yang berkualitas baik yang keunggulannya boleh dibilang hampir merata. “Ironisnya justru terjadi penurunan jumlah penonton film Indonesia di bioskop beberapa bulan terakhir,” akunya.

Film The Mirror Never Lies dan Masih Bukan Cinta Biasa mendapat dua Piala Citra. Sementara 5 yakni fim -- ? (Tanda Tanya), Tendangan Dari Langit, Catatan Harian Si Boy, Rumah Tanpa Jendela, dan Pengejar Angin, masing-masing kebagian satu Piala Citra.

Dewan Juri Film Bioskop yang diketuai Himat Darmawan juga memberikan Penghargaan Khusus kepada Kamila Andini dan Gita Nivalista sebagai Sutradara Pendatang Baru Terbaik dan Pemain Berbakat.

Selain Piala Citra dan Penghargaan Khusus Dewan Juri, FFI 2011 juga memberikan dua penghargaan istimewa kepada dua orang/kelompok yang dianggap berjasa dan berkontribusi besar dalam memajukan perfilman Indonesia.

Tahun ini Lifetime Achievement Award diberikan kepada J.B. Kristanto, pengamat film yang dengan tekun dan teliti mendokumentasikan data-data film Indonesia sejak tahun 1926 hingga hari ini melalui buku-buku Katalog Film Indonesia dan dilanjutkan dalam situs www.filmindonesia.or.id.

“Hanya segelintir orang memahami bahwa pendokumentasian merupakan hal yang sangat penting, terutama sebagai pencatat sejarah yang bisa setiap saat ditengok oleh semua orang dari pelbagai generasi. Lebih sedikit lagi orang memilih jalan sunyi itu. J.B. Kristanto adalah salah satunya,” kata Ketua Panpel FFI 2011, Abduh Aziz.

Anugerah Khusus FFI 2011 diberikan kepada semua orang yang teribat dan berkontribusi dalam film KULDESAK (1998). Film yang disutradarai Mira Lesmana, Nan T. Achnas, Riri Riza, dan Rizal Mantovani tersebut dinilai telah memberikan inspirasi pada generasi mereka sendiri maupun generasi sesudahnya untuk tetap berkarya dan mencintai film Indonesia.

Ketika itu (1998), produksi film Indonesia berada pada titik nadir. Sekelompok anak muda, yang kemudian dikenali sebagai generasi baru perfilman Indonesia, memulai upaya untuk memproduksi film dengan caranya sendiri.

“Semangat mereka itu menjadi semacam pernyataan paling keras bahwa film Indonesia masih ada dan masih memiliki masa depan. Sebuah kolabarasi sekumpulan anak muda dengan visi besar menjaga kontinuitas sejarah perfilman Indonesia, yang secara gemilang telah dilakukan oleh generasi pembuat film sebelumnya,” jelas Abduh Aziz.

Berikut nama pemenang piala citra film bioskop FFI 2011 yang dipilih dewan Juri FFI 2011 yakni Hikmat Darmawan (Ketua merangkap Anggota), Agung Sentausa (Anggota), Djenar Maesa Ayu (Anggota), Hilmar Farid (Anggota), Mouly Surya (Anggota) dan Nirwan A. Arsuka (Anggota) dan Zeke Khaseli (Anggota): Film Terbaik (Sang Penari), Pemeran Utama Pria Terbaik Emir Mahira dalam film Rumah Tanpa Jendela, Pemeran Utama Wanita Terbaik Prisia Nasution dalam film Sang Penari, Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Mathias Muchus dalam film Pengejar Angin), Pemeran Pendukung wanita Terbaik (Dewi Irawan dalam film Sang Penari).

Sedangan Penulis Skenario Terbaik (Benni Setiawan dalam film Masih Bukan Cinta Biasa), Penulis Cerita Asli Terbaik (Kamila Andini dalam film The Mirror Neverlies), Pengarah Sinematografi Terbaik (Yadi Sugandi dalam film ? (Tanda Tanya), Pengarah Artisitik Terbaik (Fauzi dalam film Tendangan Dari Langit).

Naskah: Adji Kurniawan
Foto: Tri Akbar Handoko, PKP Kemparekraf

Read more...

Seminar Ketokohan Tun Sri Lanang di Bireuen Telurkan 3 Rekomendasi



Seminar bertajuk “Ketokohan Tun Sri Lanang dalam Sejarah Dua Bangsa: Indonesia-Malaysia” yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala (Ditjen Sepur), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Pemprov Aceh, Pemkab Bireuen, dan Yayasan Tun Sri Lanang di Kabupaten Bireuen, Aceh, Kamis (8/12/2011) menelurkan 3 (tiga) butir rekomendasi. Apa saja?

Tiga rekomendasi forum diskusi ilmiah tentang ketokohan Tun Sri Lanang ini dirangkum dari sejumlah sambutan dan makalah antara lain sambutan Dirjen Sepur, Kemenparekraf I Gde Pitana, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf yang diwakili Sekda Aceh, Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman, ketua Yayasan Tun Sri Lanang Pocut Haslinda, keynote speaker ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Muklies PaEni serta 13 makalah para narasumber dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura dalam 3 sidang pleno, juga dari hasil diskusi yang berlangsung selama 1 hari.

Tiga rekomendasi yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bireuen Asnawi di Pendopo Bupati Bireuen, isinya sebagai berikut: pertama, ketokohan Tun Sri Lanang (TSL) perlu diinternaslisasikan melalui upaya-upaya kongkrit yang didukung pemda dan pusat serta bangsa-bangsa serumpun di Asia Tenggara; kedua, pengembangan Kawasan Situs TSL sebagai Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara di Samalanga harus segera diwujudkan; dan ketiga, sejarah ketokohan TSL perlu dimasukkan dalam kurikulum muatan lokal di sekolah (Aceh).

Seminar ketokohan TSL ini dirangkai dengan peresmian Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara di Gampong (kampung) Meunasah, Desa Leung, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen pada Jum’at (9/12/2011), dan dilanjutkan dengan lawatan sejarah ke situs-situs TSL baik yang berada di Samalanga maupun di kota-kota lain terutama di Kota Banda Aceh pada Sabtu (10/12/2011).

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf yang diwakili Sekda Aceh mengatakan seminar ini juga untuk menggali catatan dan tinggalan TSL yang masih tercecer. “Dengan kehadiran para narasumber diharapkan dapat memperkaya informasi mengenahi TSL dan peninggalannya,” jelasnya.

Dirjen Sepur I Gde Pitana mengatakan seminar ini digelar untuk merefkelsikan kembali sekaligus meneladani sikap dan prilaku yang dilakukan TSL semasa hidupnya untuk kemajuan Aceh ini.

“Lewat seminar ini diharapkan para peserta bukan hanya mendapatkan ilmu yang seluas-luasnya dari para pembicara melainkan juga memberikan hasil nyata bagi perkembangan kesejarahan di Aceh pada umumnya dan Bireuen pada khususnya,” ungkap Pitana yang juga menjadi pengarah seminar ini.

Direktur Nilai Sejarah, Ditjen Sepur Shabri Aliaman menambahkan bahwan seminar ini mengkaji sumber-sumber sejarah baik yang tertulis maupun tinggalan-tinggalan sejarah dari TSL sehingga dapat diperoleh titik terang tentang peran dan ketokohan TSL dalam sejarah dua bangsa yakni Indonesia dan Malaysia.

“Dari seminar ini diharapkan dapat membangkitkan kembali keluhuran budaya dan adat istiadat Melayu serta menumbuhkan minat dan kecintaan generasi muda kepada sejarah bangsanya. Dan tentu menjadikan sosok TSL sebagai pijakan dari pengkajian sejarah rumpun Melayu yang pada hakikatnya merupakan pengayaan dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia secara menyeluruh,” terang Shabri yang menjadi ketua panitia seminar ini.

Seminar yang berlangsung di halaman belakang Kantor Bupati Bireuen, Aceh ini diikuti sekitar 450 orang dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Bunei Darussalam. Para pesertanya datang dari berbagai profesi seperti akademisi, sejarawan, pemerhati sejarah, guru dan mahasiswa sejarah serta masyarakat umum.

Para pembicara dari Indonesia antara lain Ketua Yanasa sekaligus dosen UIN Syarif Hidayatullah Oman Faturrahman, dosen Univesitas Negeri Medan Phil Ichwan Azhari, ketua Majelis Adat Aceh Badruzzaman yang menyampaikan makalah bertajuk “Adat Budaya Aceh dalam Konstelasi Hubungan Raja-Raja Melayu (Tun Sri Lanang) di Aceh”, dosen UIN Syarif Hidayatulkah Dien Madjid (Menelusuri Tun Sri Lanang dalm Lintasan Sejarah Aceh), Sekda Bireuen Razuardi Ibrahim, dan MSI Aceh Misri A Muchsin dengan makalah “Pemahaman Keislaman di Aceh dalam Abad XVI-XVII M)”, serta Kadis Syariat Islam Aceh Rusjdi Ali Muhammad dengan makalah “Tun Sri Lanang dalam Sejarah Dua Bangsa”.

Pembicara dari Malaysia antara lain ketua Majelis Ugama Pahang Dato’ Sri Abdul Wahid Wan Hasan dengan makalah berjudul “Salasilah Kekerabatan Kesultanan Melayu Nusantara”, dosen Universitas Pendidikan Sulthan Idris Tanjung Malim, Perak-Malaysia Abdurrahman Nafiah, ketua Yayasan Warisan Johor Kamdi bin Haji Kamil dengan makalah “Tun Seri Lanang Permata Melayu Tersohor: Situs dan Peninggalannya”, dan dosen Universitas Sains di Penang-Malaysia Moh. Haji Saleh dengan makalah “Dunia Runtunan Cendikiawan: Tun Seri Lanang dan Pusar-Pusar Persoalannya”.

Sedangkan pembicara satu-satunya dari Singapura adalah sastrawan Singapura Djamal Tukimin, serta arkeolog dari Art Historian ISEAS E.Edwards McKinnon dengan makalah bertajuk “Aceh Sebelum Aceh”.

Djamal Tukimin dalam sinopsisnya mengatakan ketokohan TSL sudah bersemayam di hati sanubari masyarakat Melayu di Singapura. “Bukti konkritnya nama TSL digunakan sebagai nama anugerah bagi sasterawan negara di Singapura sejak lebih dari 20 tahun lalu yakni Anugerah Tun Seri Lanang,” jelasnya.

Pocut Haslinda selaku ahli waris ke-8 TSL mengatakan seminar ini merupakan salah satu upaya untuk mengungkap sejarah TSl agar masyarakat luas termasuk generasi muda mengetahuinya mengingat TSl bukan saja milik Aceh tapi milik Nusantara bahkan dunia Melayu. “Dalam kesempatan ini saya menyumbang 2.500 buku karya saya terkait keberadaan Sosok TSL antara lain buku Sulalatus Salatin Sejarah Melayu karya tulis TSL versi Populer,” jelasnya.

Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara
Usai seminar, para peserta menghadiri pembukaan Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara (KWS-MN) di Samalanga, Bireuen yang diisi dengan serangkaian acara mulai dari penandatanganan Prasasti Sulalatus Salatin, penyerahan surat sertifikat wakaf oleh ahli waris ke-8 TSL Pocut Haslida kepada Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman seluas 1 hektar, dilanjutkan dengan ziarah ke makam TSL, peletakan batu pertama perpustakaan TSL, hingga kunjungan ke Masjid Raya Samalanga, dan kenduri raya di Masjid Raya Samalanga.

Selanjutnya rombongan melakukan lawatan sejarah ke situs-situs di Banda Aceh antara lain ke Kompleks Makam Sultan Iskandar Muda, Makan Raja-Raja Bugis, Museum Aceh, Gunongan Putroe Pahang dan Makam Sultan Iskandar Tsani, Makam Syiah Kuala, Benteng Indrapatra, Makam Kemalahayati, dan Rumah Cut Nyak Dien serta ke obyek-obyek pascatsunami antara lain ke Museum Tsumani, Perahu di atas Rumah, dan Kapal PLTD Apung.

Irwandi Yusuf dalam sambutannya yang dibacakan Sekda Aceh mengatakan bahwa belum banyak masyarakat Aceh yang mengenal sejarah TSL. “Saat makam TSL ditemukan pata 2004, kondisinya sangat memprihatinkan. Berkat kerjasama Pemerintah Aceh dengan Malaysia diadakan pembenahan secara bertahap,” jelasnya.

Setelah situs TSL di Samalanga perlahan dipugar, lanjut Irwandi kunjungan wisatawan ke Samalanga terus meningkat hingga diresmikan menjadi KWS-MN. “Diharapkan dengan adanya kunjungan wisman ke KWS-MN di Samalanga dapat menumbuhkan ekonomi kreatif masyarakat setempat dan sekitarnya,” tambahnya.

Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman berharap dengan resmikannya KWS-MN di Samalanga akan makin banyak wisatawan yang datang ke Bireuen baik wisatawan lokal, Nusantara maupun mancanegara terutama dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. “Namun untuk meraih itu diperlukan promosi yang gencar dan dibenahi fasilitas pendukungnya terutama penyediaan akomodasi di Bireuen,” jelasnya.

Kadisbupdar Aceh Jasman J. Ma’ruf optimis tiga tahun kedepan KWS-MN di Samalanga ini dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisman terutama asal Malaysia ke Aceh. “Jumlah wisman keseluruhan yang berkunjung ke Aceh selama 2011 ini mencapai 20.000an orang, terbanyak masih dari Malaysia. Tahun depan diharapkan jumlah itu naik 10 persen atau sekitar 24.000 orang, ” terangnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Minggu, 11 Desember 2011

Kedai Kupi Aceh Bertranfromasi Jadi Kampus dan Kantor



Berkunjung ke Tanah Rencong kurang komplit kalau belum menyeruput kupi (kopi) di kedai-kedai kopinya yang tersebar di sejumlah kota, mulai dari Banda Aceh sampai kota-kota kabupaten. Tujuh tahun pascatsunami, sejumlah kedai kopinya berubah fungsi, bukan sekadar tempat santai sambil ngobrol bermacam topik hangat, pun bertransformasi menjadi ruang kelas kampus bagi sejumlah mahasiswa, bahkan tempat menyelesaikan pekerjaan dan bisnis bagi sebagian wiraswatawan.

Di Kota Banda Aceh, terdapat puluhan kedai kopi mulai dari kelas kaki lima sampai kelas restoran. Solong Coffee yang berdiri sejak tahun 1974, salah satun kedai yang ramai peminatnya dari dulu hingga kini di daerah yang di sebut Ulee Kareng. Kendati muncul kedai kopi baru dengan tampilan yang lebih modern, gaya, dan trendy, tetap saja kedai kopi ini tak pernah sepi pengunjungnya.

Di Ulee Kareng, harga secangkir kopi biasa Rp 3.500 dan kopi susu Rp 6.000. Ssetiap hari ada perputaran uang sekitar Rp 10 juta di daerah ini. Belum di daerah lain. Bayangkan. Mungkin karena keuntungan yang menggiurkan itulah yang membuat kedai-kedai kopi baru bermunculan.

Persaingan bisnis kedai kopi pun tak terelakkan. Masing-masing kedai kopi berlomba menawarkan pelayanan berbeda untuk menjaring tamu. Kedai-kedai kopi terutama di Kota Banda Aceh misalnya dilengkapi dengan fasilitas WiFi. Ada juga yang memasang layar. Pengunjung bisa sambil nonton film ataupun pertandingan sepak bola.

Salah satu kedai kopi bergaya modern yang digandrungi warga Banda Aceh dan sekitarnya adalah Dhapu Kupi. Kelebihan kedai kopi modern ini dirancang dengan konsep terbuka. Pengunjungnya dapat menikmati suasana Jalan Simpang Surabaya dari lantai dua selama 24 jam. Pemiliknya, Tarmizi asal Pidie mengaku meraup omset sampai Rp 2 miliar setiap bulan.

Masih ada sejumlah kedai kopi lain yang juga selalu ramai peminatnya seperti kedai Ayah-Solong dan Warkop Chek Yukee di Jalan Pinggir Kali, Banda Aceh. Begitu pun di kota-kita kabupaten di seluruh Aceh. Melihat realita itu, wajar rasanya bila Aceh disebut Provinsi Sejuta Kedai Kopi.

Keberadaan kedai kopi di Bumi Sultan Iskandar Muda ini sempat menimbulkan imej kurang sedap. Konon, dulu ada tudingan bahwa pria Aceh cuma bisanya nongkrong di kedai-kedai kopi berjam-jam untuk membicarakan masalah keluarga, politik lokal, nasional, dan isu yang sedang hangat dan menjadi headline di surat kabar termasuk skandal pejabat dan gosip panas artis. Namun kalau Anda telusuri lebih jauh lagi dengan mengamati prilaku pengunjung kedai kopi era kini, citra itu bakal sirna seketika.

Lihat saja di sejumlah kedai kopinya, pengunjungnya yang didominasi kaum lelaki tak sekadar melampiaskan kegemarannya menyeruput kopi spesial Aceh yang diracik khusus dengan proses pembuatannya yang juga beda, pun sekaligus melakukan kegiatan lain sesuai profesinya.

Mahasiswa sejumlah universitas swasta dan negeri di Banda Aceh misalnya, menjadikan kedai kopi juga sebagai tempat untuk merampungkan tugas-tugas kuliah. Jadi semacam ruang kelas kampus. Dengan membawa notebook, laptop, dan kini tablet PC yang ringkas, mereka betah berlama-lama di kedai kopi favoritnya untuk browsing mencari data secara online, mengetik tugas da lainnya. Biasanya mahasiswa datang bersama rekannya, minimal 2-3 orang. Tak sedikit yang datang dalam kelompok yang agak besar 4-6 orang.

Ridwan (24) misalnya salah seorang mahasiswa swasta di Banda Aceh mengaku hampir tiap hari singgah di kedai kopi untuk merampungkan tugas kuliah yang diberikan dosen. “Di kedai kopi bikin tugas kuliah bareng teman jadi lebih santai dan asyik dibanding di rumah,” akunya yang diamini Fadli (23) teman kuliahnya.

Kondisi serupa pun dilakoni Arman (40), pemilik salah satu rental car di Banda Aceh. Bedanya dia menyelsaikkan tugas dan mengatur penyewaan mobilnya di kedai kopi. “Mesti ada kantor, saya lebih suka mengatur jadual kerja sopir saya termasuk pembayaran sewa mobil di kedai kopi, ya sambil ngupi,” ungkapnya.

Kata Arman lagi, sejumlah rekannya juga kerap melakukan transaksi bisnis dari kedai kopi. “Bisa dibilang kedai kopi sekarang jadi kantor kedua bagi sejumlah wiraswastawan,” terangnya.

Rumah Kedua
Yang menarik lagi, tak semua orang yang gemar ke kedai kopi di Banda Aceh untuk minum kopi. Ada juga yang justru untuk meminum jenis minuman lain seperti teh manis hangat. Ini diakui Yuzar yang pernah bekerja di sebuah NGO (LSM). “Aku tidak suka ngupi, jadi kalau ke kedai kopi pesannya teh manis,” akunya.

Yuzar juga mengaku tidak suka kedai kopi yang terlalu crawded. Dia memilih kedai kopi yang sepi pengunjungnya. Yuzar tak heran kalau ada perubahan kedai kopi menjadi kampus dan kantor. Bahkan menurutnya banyak orang Aceh yang menjadikan warung kopi sebagai rumah kedua.

Apa yang dikatakan Yuzar dibuktikan dengan pernyataan Tarmizi. Menurutnya banyak kedai kopi yang dijadikan tempat pelarian masalah keluarga. “Saat ada masalah dengan istrinya, banyak suami yang memilih sarapan di kedai kopi. Sarapan istrinya pun tak disentuh,” akunya.

Persoalan lain, kedai kopi pun kerap dijadikan sebagai lokasi pelarian sejumlah PNS yang mangkir kerja atau korupsi jam kerja. Masalah ini sempat membuat Gubernur Aceh Irwandi Yusuf gusar hingga menggelar "sweeping" ke kedai kopi favorit pejabat di Banda Aceh. Konon, sejak itu pegawai berseragam negeri itu banyak yang gerah duduk di kedai kopi.

Di Kedai kopi di Banda Aceh, Anda bukan hanya bertemu dengan mahasiswa dan wiraswasta, pun mermacam rupa orang dengan beragam profesinya seperti gubernur, bupati, wali kota, anggota DPRD, pengusaha, kontraktor, guru, ulama, sampai pengangguran. Termasuk tamu dari luar Aceh yang sedang beriwisata dan lainnya.

Keberadaan kedai kopi tak dipungkiri menjadi magnit tersendiri bagi orang luar Aceh. Buktinya banyak wisatawan yang datang ke Serambi Mekkah ini bukan semata ingin melihat Masjid Raya Baiturrahman nan cantik dan mengunjungi obyek-obyek pascatsunami-nya seperti museum tsunami, kuburan massal korban tsunami, Kapal PLTD Apung, dan Perahu di atas Rumah, pun mendatangi kedai kopi untuk menikmati racikan kopi Robusta maupun Arabica dari Gayo.

Kondisi itu pun dilirik oleh Disbudpar Kota Banda Aceh dengan menggelar Festival Kopi Aceh atau Aceh Coffee Festival 2011 baru-baru ini 25 - 27 Nopember 2011. Festival ini rencananya bakal digelar tiap tahun untuk memperkenalkan Kopi Aceh ke dunia.

Jika Aceh pantas berjuluk Provinsi Sejuta Kedai Kopi, lain halnya dengan Manggar di Pulau Belitung yang juga memiliki sejumlah warung kopi sehingga berjuluk Kota Seribu Warung Kopi. Meski kota yang pernah menjadi salah satu lokasi syuting film fenomenal Laskar Pelangi ini memiliki banyak kedai kopi, tetap saja atmosfirnya beda dengan di Aceh.

Kalau tak percaya, datang saja ke kedua tempat itu lalu bandingkan perbedaan suasananya. Di Aceh, Anda bakal menemukan atmosfir baru kedai kopi yang bukan melulu tempat bersantai sambil ngobrol ngolor-ngidul, pun meeting point untuk urusan bisnis, tugas kampus, sosialisasi maupun komunitas, dan lainnya.


Naskah & Foto: Adji Kurniawan
(adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Ada SESUATU Antara Banda Aceh dan Bireuen



Kalau berkunjung ke Kabupaten Bireuen dari Banda Aceh, Anda bakal menemukan SESUATU yang beda di beberapa titik di sepanjang ruas jalannya. Anda dapat melihat sejumlah situs bersejarah berupa masjid tua, makam Tun Sri Lanang, obyek alam Gunung Seulawah dan sungai berbatu atau Kreung Batee Iliek, pantai dan tentu saja buah-buahan serta kulinernya.

Lepas Anda ber-city tour ke sejumlah obyek wisata pascatsunami dan situs peninggalan Tun Sri Lanang di Banda Aceh, sebaiknya jangan pulang dulu. Teruskan saja kunjungan Anda ke Kabupaten Bireuen untuk menikmati tinggalan Tun Sri Lanang lainnya yang kini dijadikan Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara (KWS-MN) di Samalanga dan sejumlah obyek lain yang tak kalah menawan.

Dari Banda Aceh ke Bireuen hanya butuh waktu sekitar 5 jam dengan kendaraan roda empat. Anda bisa naik bus umum, namun paling enak dengan menyewa mobil travel sejenis kijang berkapasitas 7 orang seharga Rp 450 ribu per hari belum termasuk bahan bakar.

Meski lumayan jauh dan melelahkan namun akses jalan dari Banda Aceh ke Bireuen cukup menyenangkan hati. Jalannya beraspal mulus dan lebar, lalu lintasnya pun terbilang lancar.

Dan yang paling menyenangkan lagi ada sejumlah obyek yang dapat dilihat seperti beberapa masjid tua di Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya dan beberapa masjid lain yang tidak termasuk masjid tua namun memiliki arsitektur yang menarik untuk diabadikan seperti masjid di Sigli dan Masjid Raya Sareh yang kerap disingahi pengendara untuk beristirahat sejenak sambil menunaikan shalat Ashar sebelum melanjutkan kembali perjalanan ke Bireuen.

Di seberang Masjid Raya Sareh ada kedai kopi milik Yahya yang sudah 25 tahun berjualan di tempat ini. Dia juga berjualan martabak Aceh. Harga segelas kopi tariknya cuma Rp 2.000 dan aneka panganan seperi kue pisang dan ketan yang berisi pisang seharga Rp 1.000 per potong. Selain itu ada deretan pedagang panganan khas Sareh berupa aneka keripik ubi, singkong seharga Rp 8.000 per bungkus dan kacang rebus berwarna kuning karena direbus dengan air kunyit seharga Rp 2.000 per ikat.

Kalau datang pas musim buah seperti bulan Oktober-Desember ini, Anda bakal menemukan banyak pedagang aneka buah di sepanjang jalan seperti buah langsat, rambutan, manggis, durian, pisang, dan belimbing sayur dengan harga yang masih bisa ditawar, serta air aren yang dimuat dalam botol plastik seharga Rp 5.000 per botol.

Pemandangan menawan pegunungan dan lembah juga yang dapat Anda lihat sewaktu melintasi lereng Gunung Seulawah. Di tempat berudara sejuk berhutan pinus ini Anda dapat meluruskan kaki sejenak sambil menikmati kopi atau teh hangat di salah satu warungnya. Sayangnya, di tempat indah ini belum ada penginapan, baik itu vila ataupun homestay.

Turun dari Seulawah tepatnya di Kreung (Sungai) Batee Iliek, Anda bisa istirahat sejenak sambil menikmati gemuruh air sungai yang berbatu. Di tepi sungai ini ada deretan kedai dan rumah makan yang menyajikan panganan dan tentu saja kupi (kopi) Aceh.

Lepas dari Kreung Batee Iliek Anda akan bertemu dengan persimpangan Samalanga. Belokkan mobil Anda ke kiri lalu menuju Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara yang baru diresmikan Pemkab Bireuen pada Jumat, 9 Desember 2011. Di kawasan ini Anda bisa melihat makam Tun Sri Lanang, tokoh Melayu dari Malaysia yang kemudian menjadi raja pertama di Samalanga, rumah bekas kediamannya, dan masjid Raya Samalanga.

Dari tempat itu, Anda lanjutkan perjalanan ke Kota Bireuen. Di kota ini Anda dapat menikmati makanan khasnya seperti Sate Matang, dan aneka buah durian dengan ketan serta menyeruput kopi di kedai 88 atau santap malam di Warung Habiby yang menyajikan aneka masakan khas Aceh dan ayam bakar penyet serta aneka jus.

Hotel di Kota Bireuen memang belum sebanyak di Banda Aceh, apalagi hotel berbintang. Salah satu hotel yang dapat Anda pilih Hotel Graha Buana untuk bermalam selama di Bireuen. Tarifnya mulai dari Rp 250.000 sampai Rp 350 ribu per kamar. Lokasi hotelnya di Jalan Laksamana Malahayati, tak jauh dari pusat kota, dekat pertigaan Pendopo Bupati Bireuen.

Esok harinya lanjutkan perjalanan Anda menjelajahi kota dan Kabupaten Bireuen antara lain ke Pantai Ujung Blang (sawah) yang belum terkelola dengan baik padahal pantainya landai berpasir lembut dan panjangnya mencapai lebih dari 2 Km. Sewaktu menikmati pantai ini, jangan lupa mencicipi lincah (rujak) Aceh di warung tepat di muka pantai.

Jangan lupa singgah di Pusat Informasi Pembanganan Kabupaten Bireuen di Pendopo Bupati Bireuen. Di tempat ini Anda dapat melihat sejumlah foto kejadian tsunami di Banda Aceh dan sekitarnya, foto-foto perlawanan masyarakat Aceh terhadap Belanda, foto rumah khas Bireuen yang disebut Rumoh Santeuet (rumah sama rata tingginya), foto obyek wisata sejarah di Bireuen, kliping surat kabar tetang Bireuen, dan sejumlah buku antara lain buku Aceh Pungo (Aceh Gila) serta beberapa lukisan, termasuk lukisan wajah Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman.

Profil Bireuen
Kabupaten Bireuen yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue (Lembar Negara Tahun2000 Nomor 75, tambahan Lembar Negara Nomor 3963) ini memiliki luas wilayah 1.901,21 Km2.

Luas wilayahnya di bagi menjadi beberapa kawasan peruntukan, antara lain kawasan irigasi pertanian dan perkebunan Waduk Paku sekitar 3 hektar di Simpang Mamplam, kawasan perkebunan kakao di sekitar 500 hektar di Peulimbang, kawasan agrowisata dan Taman Reptil sekitar 20 hektar di Kecamatan Jeumpa, kawasan peternakan terpadu Waduk Urong Sapi sekitar 60 hektar di Kecamatan Gandapura, kawasan perkebunan dan wisata air Kreung Simpo sekitar 150 hektar di Kecamatan Juli, dan kawasan wisata gua benteng Jepang Batee Glungku di Kecamatan Pandrah.

Pada Tahun 2006, secara administratif Kabupaten Bireuen ini terdiri dari 17 kecamatan, 70 mukim serta 559 desa, dan 2 Kelurahan. Jumlah penduduknya pada tahun 2006 sebanyak 354.763 jiwa.

Letak Kabupaten Bireuen sangat strategis dan potensial untuk dikembangkan sebagai kota perdagangan dan pusat pemerintahan serta pariwisata karena diapit langsung oleh 4 (empat) Kabupaten. Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah yang menjadi pintu gerbang kawasan sentra produksi komoditas holtikultura.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie yang terkenal dengan hasil kerupuk melinjo (emping). Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara sebagai Sentra Industri besar yang diharapkan dapat mengalirkan limpahan (forward shiffing) bagi industri kecil, dan sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka.

Setelah penandatanganan MoU perdamaian antara pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, kondisi keamanan di Kabupaten Bireuen saat ini sudah sangat kondusif, aman dan damai.

Jadi tak ada alasan cemas untuk berkunjung dan menikmati SESUATU di perjalanan antara Banda Aceh hingga Bireuen dan kemudian menjelajahi Bireuen lebih dalam lagi.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Senin, 05 Desember 2011

Pulau Umang Kembangkan Konsep Green Island



Pulau Umang peduli lingkungan. Ini buktikan oleh pengelolanya dengan menerapkan Green Umang sejak 2010 lalu. Manfaatnya bukan saja kelestariannya tetap terjaga, pun mampu menyedot wisman yang mulai bawel dengan produk wisata berlabel green. Apa saja yang dilakukan pengelola pulau mini ini terkait wisata ramah lingkungan?

Pulau Umang di Teluk Panaitan, perairan Selat Sunda, Sumur, Provinsi Banten pengelolanya mulai menawarkan liburan berkonsep ramah lingkungan atau istilah kerennya eco tourism dengan bermacam program, antara lain program "ayo tanam sejuta pohon", transplantasi terumbu karang, dan reservoir air yang alami.

Kata Christian P.B Halim pemilik dan pengelola pulau ini, sejak 2010 Pulau Umang menerapkan program Green Umang yang mengkampanyekan green concept antara lain dengan tidak menggunakan stereoform.

Sudah banyak pejabat yang mengikuti program penanaman sejuta pohon di pulau ini antara lain Marzuki Usman, mantan menteri pariwisata yang namanya tercantum di papan bercat hijau di salah satu pohon yang ada di pulau ini. “Dengan menanam 1 pohon, kita dapat menyumbang oksigen dan menyelematnya 1 manusia dewasa,” jelas Christian lagi.

Sejumlah bangunan di Pulau Umang juga berkonsep back to nature, seperti dermaga kayu sepanjang sekitar 50 meter yang terbuat dari balok-balok kayu dengan sejumlah tiang dari batang pohon kelapa dan 60 bangunan kamarnya yang diodominasi bahan kayu.
Seluruh room-nya berkonsep terbuka atau living room yang menghadap ke laut. Pengunjung dapat menikmati sunrise jika mendapat room yang menghadap ke Timur dan mengabadikan sunset jika menghadap ke Barat dari teras.

Di samping tempat berlibur dan corporate outing yang menarik, pulau ini juga menjadi lokasi gathering dan meeting. Pasalnya tersedia ruang rapat (meeting room) yang di lengkapi dengan drugstore, bangquet hall, dan lainnya.

Pengunjung yang belum puas dan ingin mencari spot diving, pengelola pulau Umang menawarkan paket ke Pulau Peucang yang termasuk kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Harga paketnya Rp 3,5 juta per one day trip maksimal untuk 8 orang dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam dari Pulau Umang.

Usai beraktivitas di pulau kembar Umang dan Oar, pengunjung dimajakana dengan sensasi pijatan ala Indomesia maupun mancanegara. Tingal pilih mau pijat ala Prancis atau Swedia di gazebo yang dua dari empat kaki penopangnya, terpancang di laut perairan Pulau Umang.

Melihat kelebihan yang dimiliki kedua pulau ini, wajar saja meski harus ditempuh beberapa jam dari Jakarta, tetap saja peminatnya banyak termasuk wisman terutama asal Australia, Korea, dan Jepang yang datang dalam keluarga maupun grup.

Sewaktu rombongan staff Pusat Komunikasi Publik (PKP), Kementerian Pariwisat dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar Orientasi dan Outbound di Pulau Umang, 3 Desember lalu, masih ada 2 rombongan dari perusahaan lain termasuk satu keluarga Aga, mahasiswa Universitas Al-Azhar dengan seorang adik perempuannya dan kedua orangtuanya yang berlibur dan ikut water sport di Pulau Oar berbarengan dengan kami.

“Aku suka snorkeling di laut, begitu juga adik dan ayahku, makanya kami memilih berlibur ke Pulau Umang dan Oar ini,” aku Aga, pemuda bertubuh jangkung usai puas ber-snorkeling di perairan Pulau Oar.

Infrastruktur Pas-pasan
Christian mengakui perjalanan ke Pulau Umang dari Jakarta masih penuh perjuangan. Lokasi nya pun sedikit terisolasi dan infrastruktur pas-pasan, terutama jalan dari Cibiliung ke Sumur yang naik turun bukit.

Ada dua rute perjalanan ke Pulau Umang dari Jakarta. Rute pertama lewat Pandeglang sepanjang sekitar 183 Km. Dari Jakarta tol Kebun Jeruk-Merak-keluar Tol Serang Timur atau KM 71 lalu masuk ke Pandeglang-Labuan-Tarogong-Citeurup-Cigeulis-Cibaliung-Cimanggi, dan terakhir ke Sumur selama sekiar 6-8 jam tergantung banyaknya rombongan. Baru kemudian menyeberang ke Pulau Umang sekitar 5 menit.

Rute kedua lewat Anyer sepanjang 215 Km dari tol Kebun Jeruk-Merak-keluar pintu tol Cilegon Barat, diteruskan ke Anyer-Carita-Labuan-Tarogong-Citeurup-Cigeulis-Cibaliung-Cimanggu, dan Sumur.

Kondisi jalan dari Serang sampai Pandeglang cukup baik. Lalulintasnya cenderung ramai lancar pada pagi hari sampai jelang malam hari. Dari Pandeglang sampai Labuan ada beberapa lubang di ruas jalan dengan lalulintas lancar. Sedangkan kondisi jalan dari Cibaliung sampai Sumur merupakan jalan desa beraspal dengan kontur naik turun dan berkelok-kelok di beberapa bagian.

Nah, jika Anda ingin menikmati kegiatan outbound maupun water sport di Pulau Umang dan Oar, terlebih jika ingin melanjutkan perjalanan ke Pulau Peucang dan pedalaman hutan TNUK, sebaiknya Anda menyediakan waktu yang cukup dan berkondisi fisik prima.

Tak ada salahnya Anda melakukan warming up atau pemanasan sebelum beraktivitas outdoor agar tubuh tidak kaget. Sementara untuk menekan anggaran biaya yang cukup tinggi, sebaiknya Anda pergi secara rombongan sehingga bisa share.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Pesona Twins Island Umang dan Oar



Banyak pulau di perairan Selat Sunda yang bakal menjadi harapan wisata pulau masa depan. Ini terkait akan dibangun beberapa infrastruktur termasuk Jembatan Selat Sunda di sekitar kawasan ini. Ada beberapa pulau yang sudah lebih dulu mencuri start dengan menjadikannya sebagai obyek wisata antara lain Pulau Umang dengan pulau pasangan kembarnya Oar. Apa kelebihan twins island Umang dan Oar ini?

“More than just stay at Pulau Umang,” begitu seloroh Christian P.B Halim pemilik sekaligus pengelola pulau berukuran sekitar 5 hektar yang bersemayam di perairan Selat Sunda, tepatnya di sebuah Teluk Panaitan, Sumur, Provinsi Banten.

Ternyata apa yang dikatakannnya memang benar. Di Pulau Umang yang berluas 5 hektar dan Oar sekitar 3,5 hektar, pengunjung bukan hanya sekadar menginap tapi dapat melakukan berbagai kegiatan menarik seperti outbounbd, watersport, dan kegiatan ramah lingkungan.

Program outbound-nya antara lain The Amazing Adventure berupa fun games Rp 150 ribu nett/pax, fun outbound atau treasure hunt Rp 350 ribu nett/pax, outbound training Rp 550 ribu nett/pax, dan challenge outbound Rp 750 ribu nett/pax serta family outbound Rp 150 ribu per fax.

Sedangkan program water sport-nya antara lain flying fish Rp 200 ribu 15 menit untuk 3 orang, jetski Rp 200 ribu untuk 2 0rang selama 15 menit, banana boat Rp 250 ribu untuk 5 orang per 15 menit, snorkeling Rp 75 ribu per orang per trip, memancing di laut (fishing) Rp 300 ribu untuk 4 orang selama 2 jam atau Rp 75 ribu per orang selama 2 jam, dan sunset cruise atau menikmati pesona matahari terbit dengan kapal boat Rp 50 ribu per orang minimal 2 orang.

Di pulau Umang ada sejumlah banguan permanen yang tetap berkonsep back to nature. Bangunan The Sunrise Dome yang menjadi ikon bangunan di pualau ini, menjadii tempat untuk memikmati pesona matahari terbit (sunrise) yang fantastik dan menjadi salah satu kelebihan pulau ini selain juga dapat melihat kemolekan pemandangan saat-saat matahari tenggelam di batas lautan (sunset). Bangunan ini sekaligus menjadi lobby dan tempat bersantap sambil dihibur suguhan live music organ tunggal.

Bangunan lainnya 60 kamar The Suites yang dapat memuat maksimal 5 orang. Masing-masing kamar di dalamnya terdapat 2 kasur berkelambu warna serba putih di bagian atas dan 3 kasur tanpa kelambu di bagian bawah ruang tamu, 2 AC yang menempel di dinding bagian atas dan 1 kamar mandi dan sebuah TV.

Harga room-nya untuk week day Rp 1,2 juta nett/pax. Untuk week and Rp 1,5 juta nett/pax dan saat high season weekand dan long weekand Rp 1,65 juta nett/pax.

“Paket ini bernama The Amazing Holiday untuk 3 hari 2 malam bisa sharing 4 orang per room. Sudah termasuk 2 kali makan siang, malam dan makam pagi, eksta bad untuk 2 orang, transfer boat, komplimentari trip ke Pulau Oar untuk 4 orang pergi-pulang, dan snorkeling untuk 2 orang,” jelas hotel manager Pulau Umang Nanang Aries S.

Masih ada paket inap lain khusus bulan madu dengan nama paket The Amazing Honeymooners untuk 3 Hari 2 malam, paket pemotretan pernikahan The Amazing Prewedding untuk 2 hari 1 malam.

Free fasilitasnya antara lain voli pantai, tenis meja, futsal pantai, dan swiwming. Buat yang suka karoke dapat meyewa karoke hall 250 ribu per dua jam. Dan jika ingin bermain biliar tersedia full table biliar Rp 25 ribu per satu jam. Kalau ingin mereka suara saat tampil di panggung dapat memesan kits video music recording Rp 150 ribu per 1 disc berdurasi 1,5 jam.

Menurut Nanang, sejak 6 bulan belakangan ini Pulau Umang diblok oleh perusahaan-perusaahan besar. “Sebelum, rombongan mas datang, ada beberapa perusahaan dari Jakartya dan Serpong yang memblok satu pulau ini sebanyak 300 orang lebih. Jadi tidak ada tamu lain, cuma perusahaan itu saja,” terangnya.

Kendati infrastruktur masih belum memadai, Christian yakin ke depan Pulau Umang berprosfek kian cerah. Pasalnya nanti akan Bandara Citeurep, Panimbang PLTU Suralaya, dan rencana pembangunan jalan tembus sepanjang 22 Km dari Tanjung Lesung ke Sumur serta adanya Jembatan Selat Sunda (JSS) yang dapat mendatangkan lebih banyak lagi wisatawan dari daratan Sumatera. “Semua infratsruktur tersebut tentu akan berdampak positif bagi pengembangan wisata di Banten termasuk di Pulau Umang ke depan,” akunya.

Yang menjadi nilai lebih pulau ini karena memiliki satu pulau kembarannya yang bernama Pulau Oar, di sebelah Barat Pulau Umang sekitar 700 meter dari Pulau Umang. Di pulau seluas sekitar 3,5 hektar itu tidak ada bangunan permanen, hanya ada beberapa saung sederhaha di pantainya dan rumah bilik yang ditinggali penjaga pulau ini serta tempat bilas terbuka.

“Tamu Pulau Umang yang ingin ke Pulau Oar disediakan boat atau kapal nelayan dengan waktu tempuh sekitar 5-10 menit. Kalau yang pandai berenang juga bisa merenangi selat ke Pulau Oar. Sudah beberapa kali digelar lomba renang dari Pulau Umang ke Pulau Oar,” terang Christian.

Di Pulau Oar pengunjung dapat melakukan berbagai olahraga air atau water sport seperti banana boat, jetski, snorkeling, berenang, berjemur, voli pantai dan sepak bola pantai. Bagi yang tidak suka, cukup berjalan kaki mengelilingi pulau sambil hunting foto.

“Snorkeling di perairan Pulau Oar dapat melihat terumbu karang keras dengan bermacam ikan hias seperti butterfly fish. Kalau arus sedang tenang dan cuaca cerah, pemandangan bawah lautnya lebih indah dan jelas terlihat,” papar Arman instruktur snorkeling di Pantai Oar.

Lebih Virgin
Usai ber-water sport pengunjung dapat menikmati segarnya air kelapa merah dan kelap ijo yang dipetik dari pohon kelapa yang tumbuh di pulau ini, ditambah dengan panganan sarabi yang dijajakan salah seorang petugas setempat. “Di pulau ini, selain didominasi pohon kelapa, juga banyak dijumpai tanaman Oar atau pohon sejenis bakau. Oleh karenanya dinamakan Pulau Oar,” jelas Armaya petugas penjaga Pulau Oar.

Di banding Pulau Umang, keasrian Pulau Oar lebih terasa, termasuk keindahannya. Oar terasa lebih virgin. Bentangan pantainya lebih luas dengan pasir putih dan kecoklatan.

Di bagian Barat pulau ini ditumbuhi tanaman bakau yang mnghadirkan pesona tersendiri. Ada beberapa pohon bakau dengan akar-akar panjang menjalar ke permukaan pantai disertai ribuan tunas bakau baru, mencipatkan pemandangan yang artistik. Tak heran lokasi ini kerap dipilih fotografer untuk mengabadikan keindahannya termasuk para calon pengantin yang berfoto prewedding di sini.

Tempat ini pun menjadi lokasi terbaik untuk mengabadikan sunset dari Pulau Oar. Berlatar depan hutan bakau dengan hamparan tunas bakau baru serta sejumlah baru karang, dipastikan bakal mendapatkan gambar yang fantastik dan SEMPURNA.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP