. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 30 September 2011

Rekomendasi World Batik Summit 2011 untuk Pengembangan Batik Indonesia



Seminar World Batik Summit (WBS) 2011 yang diikuti pembicara dalam dan luar negeri dari beragam profesi seperti peneliti, perancang busana, antropolog, kolektor, dan pengusaha batik, melahirkan sejumlah rekomendasi dalam upaya pengembangan batik Indonesia. Hani Winotosastro sebagai salah satu pembicara menyampaikan lima langkah yang harus dilakukan untuk melestarikan dan mengembangkan batik Indonesia. Apa saja?

Lima langkah untuk melestarikan dan mengembangkan batik Indonesia versi Hani Winotosatro yang disampaikan Gaura Mancacaritadipura di Jakarta Convention Center, sebelum penutupan WBS 2011, Jumat, (30/9/2011) adalah pertama, menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi pekerja dan perajin batik. Kedua, menggunakan warna alami. Ketiga, mengolah dan mendaurulang ulang limbah batik. Keempat, meningkatkan kreasi dan model produk batik seperti pakaian, sprei, gorden, taplak meja, dan lainnya. Dan kelima, memindahkan motif batik ke bahan lain seperti kayu, fiber, dan lainnya.

Sehari sebelumnya, Kamis (29/2011), Hani yang mewakili pengusaha batik kecil dan menengah di Jogja menyampaikan makalah berjudul “Batik sebagai Percakapan Warisan Budaya dan Modernitas”. Hani memiliki gagasan untuk menginventarisasi batik di seluruh Indonesia sebagai cara lain melestarikan Batik Indonesia.

Dia berhasil mengumpulkan pola dan motif batik Jogja dan juga menghidupkan kembali penggunaan warna alami dengan mengumpulkan tanaman-tanaman yang ada warnanya. Ada lebih dari 100 tanaman yang dapat dipakai untuk pewarnaan batik yang berhasil dikumpulkan Hani.

Hani menyampaikan makalahnya itu dalam sidang bertema “Kebudayaan Batik; Konservasi dan Modernitas” dengan 3 pembicara lainnya yakni seniman batik asal Inggris Noel Dyrenaforth, akademisi dan peneliti batik dari Jepang Prof. Masakatsu Tozu (Jepang), dan kolektor batik dari Jerman Rudolf G. Smend dengan moderator Gaura Mancacaritadipura, seorang penggemar batik.

Menurut Gaura, masing-masing pembicara menyampaikan sudut pandang yang jauh berbeda. Hani mewakili pengusaha batik UKM dan praktisi batik tradisional menyampaikan upaya-upaya pelestarian batik tradisional dan pengembangannya, Noel dari kaca mata sebagai seniman batik yang sudah berkarya selama 50 tahun, Prof. Masakatsu Tozu melihat batik dari sisi sejarahnya, dan Rudolf menyampaikan adanya akulturasi budaya dalam selembar batik yang kaya motif dan pola.

Maria Wronska Friend, antropolog dari Inggris yang tampil sebagai pembicara dalam sidang bertema lain yakni “Menciptakan Kreativitas Batik Menuju dunia” memberikan rekomendasi antara lain batik yang telah mampu bertransformasi secara luas, harus terus menciptakan produk-produk lain sesuai kebutuhan zaman. Rekomendasinya itu disampaikan Prof. Wiendu Nuryanti.

Setelah bersidang, para pembicara dan peserta WBS 2011 yang dibagi tiga kelompok, masing-masing mengunjungi Museum Tekstil di Tanah Abang, rumah batik Parang Kencana di Kemang, dan Museum Danar Hadi di Melawai, Kebayoran Baru. Di ketiga tempat tersebut, para panelis dan peserta melihat pameran, demo pembuatan batik, dan dialog interaktif.

WBS 2011 ditutup oleh Dirjen Nilai, Seni dan Budaya (NBSF), Kemenbudpar Ukus Kuswara yang berharap lewat forum ini batik bukan semata semakin menguatkan identitas dan karakter bangsa Indonesia di mata dunia, pun kian mampu meningkatkan perekonomian Indonesia, terutama para pengusaha dan perajin batik.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kamis, 29 September 2011

Derawan Masih Pesona Utama Kabupaten Berau



Sampai saat ini Derawan masih menjadi andalan utama pariwisata Kabupaten Berau, Kaltim. Bahkan namanya lebih terkenal dibanding Kabupaten Berau dengan ibukota Tanjung Redeb-nya. Padahal sebenarnya Kabupaten Berau punya banyak pulau lain yang tak kalah menawan berikut obyek wisata di daratannya.

Penyebab utama kenapa Derawan tersohor karena menjadi salah satu lokasi menyelam terbaik di Indonesia bahkan dunia. Perairannya sangat jernih, terumbu karangnya masih terpelihara dengan baik berikut ribuan ikan hias, ikan barracuda, dan tentu saja penyu sisik dan penyu hijau-nya.

Bahkan penyu itu begitu mudah ditemukan. Hampir setiap malam naik ke darat dan bertelur, tak jauh dari cottage dan pelabuhan. Penyunya terbesar di Asia Tenggara.

Pesona itulah yang membuat para diver manacanegara terutama dari Jepang dan Australia serta Eropa sudah lama mengenal baik Derawan. Wisatawan yang ingin menyelam biasanya menyewa peralatannya di Derawan Dive Resort.

Wisman asal Jepang biasanya langsung ke Derawan dengan travel dari Tokyo atau Nagoya, lalu ke Singapura atau Sabah, barug ke Balikpapan dan kemudian ikut pesawat kecil ke Tanjung Redeb, Ibukota Kabupaten Berau. Baru menyeberang ke Derawan.

Masih ada beberapa pulau di Kepulau Derawan, antara lain: Pulau Sangalaki yang perairannya banyak ditemukan Ikan Pari Biru yang lebarnya mencapai 3,5 meter dan pari hitam selebar 6 meter dan Pulau Kakaban dengan Danau Prasejarah, di tengah laut, satu-satunya di Asia.

Di bagian Selatan Kabupaten Berau, ada Labuan Cermin tempat bertemunya laut dengan sumber air yang sangat jernih. “Saking jernihnya, jarum jatuhpun dalam puluhan meter masih kelihatan,” kata Asisten II Bupati Berau Suparno Kasim, saat jumpa pers dengan media di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Kadisbudpar Berau Anwar menjelaskan konsep pengembangan wisata di Berau terbagi 3. Pertama kawasan pedalamam yang menonjolkan kawasan hutan, arung jeram, dan budaya dayak pedalaman.

Kedua, kawasan tengah dengan wisata sejarah dan budayanya, terutama obyek dua kerajaan Kesultanan Gunung Kapur dan Kesultanan Tambaliung yang menjadi museum Berau.

Dan ketiga, kawasan pesisir dan perairannya berikut pulau-pulaunya. “Garis pantai Berau sepanjang hampir 300 Km dengan mangrove seluas 60ribu hektar serta hutan pesisir seluas 2,5 juta hektar. Kelebihan lain perairannya masuk corral triangle atau pusat karang dunia,” jelas Anwar.

Sekarang ini, lanjut Anwar, Pemkab Berau mencoba mengangkat budaya Melayu masyarakat Berau dengan menjadi tuan rumah Festival Jepen atau seni tari zapin 2011 yang akan digelar selama 2 hari pada tanggal 8-9 Oktober 2011 di Gelanggang Olahraga Pemuda, Tanjung Redeb, Berau.

Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kemenbudpar M. Faried, berharap dengan Festival Jepen 2011, potensi wisata budaya dan lainnya di Kabupaten Berau dapat terangkat."Lewat festival ini diharapkan bukan hanya melestarikan dan memperkenalkan seni Tari Jepen, juga mempromosikan obyek-obyek wisata Kabupaten Berau yang belum dikenal luas masyarakat di luar Berau," jelasnya.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Dok. Kemenbudpar.

Read more...

Rabu, 28 September 2011

Ikan Bakar Kerapu dan Iga Penyet Pemuas Selera



Restoran yang menyajikan menu olahan ikan laut dan iga tersebar di Jakarta, mulai dari warung tenda kaki lima sampai resto kelas atas di pusat perbelanjaan ataupun yang berdiri sendiri. Salah satu resto yang menyajikan kedua olahan masakan tersebut ada di kawasan Tanah Abang, namanya Pondok Tanada. Di resto sederhana itu, ada menu Ikan Bakar Kerapu dan Iga Penyet yang dijamin memuaskan selera Anda.

Dibilang sederhana, Pondok Talada ini bukan resto dengan bangunan permanen megah. Di sana hanya tersedia beberapa deretan bangku plastik dan meja panjang yang dapat menampung sekitar 50 orang. Lantainya saja conblock, tak bersemen apalagi berporselin dengan atap asbes. Namun yang membuatnya teduh, ruangannya cukup luas dan terbuaka dengan beberapa pohan besar berdaun rimbun.

Meski sederhana, resto ini memiliki parkir mobil dan motor lumayan luas, sekalipun lantainya tak bersemen. Ruang pembakaran ikannya pun terpisah, di sebalah sisi kanan ruang makan. Jadi asap bakarannya tidak sampai mengenggu pengunjung yang tengah bersantap.

Menu yang dijual di resto ini terutama olahan ikan seperti ikan bakar bawal, kerapu, kambing-kambing, sop ikan, cumi, otak-otak, dan lainnya. Juga ada olahan bermacam iga seperti iga penyet, sop iga dan lainnya.

Harganya dijamin terjangkau, rata-rata Rp 20.000-an tak sampai Rp 30.000 per porsi. Boleh dibilang cukup murah dibanding resto lain. Menu Ikan kerapu misalnya cuma Rp 23.000, Iga Penyet Rp 22.000, dan Cumi Saos Padang Rp 22.000 per porsi.

Kalau Anda suka iga dengan rasa pedas, pilihan yang tepat Iga Penyet. Daging iga bakarnya dipenyet atau ditumbuk lalu dilapisi sambal yang rasanya ‘nggampar abis’ alias luar biasa pedas.

Kalau suka ikan laut, pilihan tepat Ikan Bakar Kerapu seperti yang dipilih I Gusti Ngurah Putra, Kepala Pusat Komunikasi Publik (PKP) Kemenbudpar. “Rasanya enak dan porsinya pas, tidak terlalu besar,” katanya sambil menyantap ikan bakar kerapu dengan segelas jus jambu di resto ini usai menghadiri pembukaan World Batik Summit di JCC, Rabu (28/9/2011).

Kalau Anda lebih suka cumi dengan rasa yang tidak terlalu pedas, coba menu cumi-cumi saos padang seperti yang dipilih Fahrul Rozi, staff PKP Kemenbudpar yang mengaku sering membawa istrinya ke resto ini sewaktu istrinya tengah mengandung. “Rasanya ada asam manisnya, karena saosnya dicampur dengan irisan tomat,” jelasnya.

Selain aneka menu yang dijamin bakal memuaskan selera Anda, asyiknya lagi di resto ini sambil makan siang dihibur dengan live music berupa organ tunggal.

Sudah suasananya teduh oleh pepohonan rindang dan menu serba lezat dengan porsi yang pas, ditambah alunan lagu-lagu lawas, rasanya cukup SEMPURNA. “Nggak kalah dengan menu di Jimbaran, Bali,” kata I Gusti Ngurah Putra mencoba membandingkan kelezatan menu yang disantapnya.

Resto Pondok Tanada berada di Jalan Tanah Abang 2, Jakarta Pusat, persis seberang SPBU atau pom bensin. Buka tiap hari dari pagi hingga malam.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Putra-Putri Batik Alat Promosi Batik Indonesia ke Dunia Internasional



Dalam rangka memeriahkan World Batik Summit (WBS) yang tengah berlangsung di Jakarta dan sekaligus menyambut Hari Batik Nasional 2 Oktober, Kemenbudpar menggelar pemilihan Putra Putri Batik Indonesia yang pertama. Para pemenangnya menjadi alat promosi batik Indonesia ke dunia internasional.

Menbudpar Jero Wacik mengatakan sejak UNESCO mengakui batik sebagai karya budaya asli Indonesia, pemerintah dan swata harus rajin melaksanaakan hal-hal yang bersifat menggairakan perbatikan nasional yang kreatif. Salah satunya dengan acara pemilihan putra-putri batik Indonesia khusus di kalangan anak muda.

Salah satu cara melestarikan batik adalah dengan mengajak anak muda dan remaja terjun dalam gerakan-gerakan mencintai batik dan memakainya. “Tujuan akhirnya tentu agar perajin batik makin banyak dan kesejahtraannya semakin baik,” jelasnya sebelum menyerahkan hadiah kepada para pemenang Putra-Putri Batik Indonesia 2011 di Balai Kartini Jakarta, Rabu malam (28/9/2011).

Jero Wacik membenarkan adanya pengakuan hasil peneliti dari UGM, Jogja yang mengatakan dalam periode satu tahun lalu, batik yang terjual di sektor pariwista sampai lebih dari Rp 1 triliun, terdiri dari pakaian batik, souvenir, dan interioir dalam hotel seperti bad cover dan gorden.

Dalam kesempatan itu, Jero Wacik menghimbau para pemimpin dan pejabat untuk sering mengenakan Batik di berbagai kesempatan sebagaimana presiden SBY yang mencintai dan memakainya. “Dengan sering memakai batik, itu bukti kita mencintai karya bangsa sendiri dan ikut mendorong kesejahteraan rakyat khususnya perajin batik,” ujarnya.

Miss World BatikKetua dewan juri Pemilihan Putra-Putri Batik Indonesia 2011 Sapta Nirwandar mengatakan jumlah peserta yang mendaftar mencapai 500 orang lebih. “Ini diluar ekspatasi kami yanag semula memperkirakan cuma 100 sampai 200 aorang,” akunya.

Setalah diseleksi terkumpul 60 orang, lalu menjadi 24 orang atau 12 pasang yang menjadi finalis. “Ini membuktikan antusias anak muda terhadap batik cukup tinggi,” terangnya.

Kalau ajang pertama ini sukses dan animonya tetap besar, kemungkinan besar akan dibuat pemilihan putra putri batik internasioanl semacam miss world batik. “Lewat ajang ini, kita jadikan putra-putri batik sebagai alat utama untuk mempromosikan batik dan mengkomunikasikan batik Indonesia ke dunia internasional,” papar Sapta yang juga Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenbudpar.

Bila ajang ini berkelanjutan, diharapkan nantinya batik semakin mempertegas identitas bangsa Indonesia. “Seperti kalau baju sari dari India, lalu kimono itu produk Jepang, maka dengan batik, dunia akan langsung menandakan itu karya orang Indonesia,” jelasnya.

Muhammad Cipta Suhada dan Sheila Purnama Bulan menjadi pemenang pemilihan Putra-Putri Batik Indonesia 2011 yang diselanggarakan Ikatan Pecinta Batik dan didukung Kemenbudpar. Keduanya berhak atas hadiah uang tunai sebesar Rp 50 juta dan beasiswa kuliah S-2 di Universitas Pelita Harapan serta sejumlah bingkisan dari sponsor.

Malam pemilihan Putra-Putri Batik Indonesia 2011 diramaikan dengan hiburan musik Dwiki Darmawan dengan penyanyi Ita Purnamasari dan penyanyi muda Angelica Peters serta peragaan busana batik karya Raden Sirait yang dibawakan sejumlah model.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Batik Basis Ekonomi Budaya Masa Depan


Batik Indonesia bukan sekadar kerajinan tangan Indonesia yang sudah diakui badan PBB, UNESCO. Ke depan pun batik berpotensi menjadi kekuatan ekonomi budaya Indonesia yang mengindustri. Untuk mewujudkan itu perlu terus mengkreasikan batik dalam berbagai bentuk, menjadi sesuatu yang lebih bernilai ekonomi tinggi.

Demikian disampaikan Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenbudpar Sapta Nirwandar usai menghadiri pembukaan World Batik Summit (WBS) 2011 di Jakarta Convention Center yang dibuka secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu (28/9/2011) dan dihadiri sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, termasuk Menbudpar Jero Wacik.

Sapta menjelaskan pernyataan mantan menbudpar Joop Ave yang mengatakan dari hasil kunjungan 7 juta wisman tahun lalu diperkirakan ada sekitar Rp 1 triliun yang dibelanjakan untuk batik, souvenir dari batik kain, dan lainnya. “Mungkin Joop Ave mendapat data perdagangan dan perindustrian. Kalau Kemenbudpar tidak punya data spending berapa besar dari souvenir batik dan lainnya. Cuma belanja secara umum 1.100 US dollar per visit per wisman,” jelasnya.

Dari data tersebut, lanjutnya membuktikan kalau batik masih menjadi idaman bagi wisman. “Karena nilai batik bukan sekadar halus bahannya. Tapi juga grafis, motif atau gambarnya, dan keunikannya,” ungkapnya.

Dengan terselanggaranya WBS, diharapkan batik semakin populer dan makin go international. “Imej batik melekat pada Indonesia. Jadi sebelum datang ke Indonesia, wisman sudah tahu ada batik. Dan pasti dia akan mencari batik disini yang original, batik tulis, sprei batik, dan kerajinan batik lainnya,” jelasnya.

Untuk mempertahankan dan mengembangkan batik, lanjut Sapta harus mengkreasikan batik menjadi sesuatu yang penting bernilai ekonomi tinggi. “Batik terbukti bukan hanya menggerakkan ekonomi nasional tapi juga UKM yang berbasis masyarakat kecil seperti perajin dan pedagang,” tambahnya.

Usai membuka WBS, Presiden SBY dan rombongan mengunjungi berbagai stand pameran bertema "Indonesia: Global Home of Batik" yang memamerkan batik, buku tentang batik, dan alat musik tradisional.

Pameran ini diikuti sekitar 1.000 delegasi nasional dan internasional dari berbagai kalangan, antara lain perajin, desainer, kolektor, dan pencinta batik. Peserta mancanegara ada 117 orang dari 11 negara. Pameran berlangsung dari 28 September sampai 8 Oktober 2011 dengan tiket masuk Rp 10.000 per orang.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenbudpar, I Gusti Ngurah Putra mengatakan delegasi asing yang ikut WBS 2011 rencananya akan mengunjungi Museum Batik Indonesia dan sentra kerajinan batik di Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Selasa, 27 September 2011

Rinjani Trek, Mekarsari, dan Candi Borobudur Raih Cipta Award 2011


Bertepatan dengan Hari Pariwisata Indonesia sekaligus Dunia, Selasa 27 September, Menbudpar Jero Wacik memberikan penghargaan kepada tujuh (7) pengelola daya tarik wisata berwawasan lingkungan sebagai pemenang Citra Pesona Wisata (Cipta Award) 2011. Tiga pemenangnya di antaranya Rinjani Trek, Taman Wisata Mekarsari, dan Candi Borobudur.

Rinjani Trek yang berada di Lombok, NTB menjadi pemenang untuk kategori daya tarik wisata alam yang dikelola LSM/kelompok masyarakat/perorangan. Sementara Taman Wisata Mekarsari di Kabupaten Bogor, Jawa Barat untuk kategori daya tarik wisata buatan yang dikelola BUMN/BUMD/BUMS, dan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah untuk kategori daya tarik wisata budaya yang dikelola BUMN/BUMD/BUMS.

Empat pemang lainnya yakni Kebun Raya Eka Karya di Kabupaten Tabanan, Bali untuk kategori daya tarik wisata alam yang dikelola instansi Pemerintah/Pemda, Amanwana Resot di Pulau Moyo, NTB wisata alam yang dikelola BUMN/BUMD/BUMS, Makam Bung Karno di Kota Blitar, Jawa Timur untuk kategori daya tarik wisata budaya yang dikelola Pemerintah/Pemda, Museum Batak-TB Silalahi Center di Kabupaten Toba Somasir, Sumut wisata budaya yang dikelola LSM/kelompok masyarakat/perorangan.

Sedangkan daya tarik wisata buatan yang dikelola instansi Pemerinta/Pemda maupun LSM/kelompok masyarakat/perorangan, tidak ada pememngnya.

Penyerahan hadiah berupa piala, sertifikat, dan dana stimulus masing-masing sebesar Rp 25 juta berlangsung di Hotel Nikko, Jakarta, Selasa malam (17/9/2011).

Menbudpar Jero Wacik sebelum memberikan penghargaan kepada 7 pemenang tersebut mengatakan dalam rangka memperingti hari pariwisata dunia, 27 September, Kemenbudpar mengadakan beberapa kegiatan seperti pemberian penghargaan toilet umum bersih di bandara dan kebun binatang serta pengelola daya tarik wisata yang berwawasan lingkungan.

“Jadi kalau ada pengelola daya tarik wisata yang tidak ramah lingkungan tidak akan mendapat penghargaan dari Kemenbudpar,” jelasnya.

Hadir dalam acara ini sejumlah guberrnur dan wagub antara lain Gubernur Jatim, NTB, Sumut, dan Wagub Jawa Barat Dede Jusuf, serta sejumlah pengelola pariwisata dari BUMN, LSM, kelompok masyarakat, dan perorangan.

Jero Wacik menilai sejumlah Pemda mulai antusias mendorong mengembangkan pariwisata di daerahnya mengingat pariwisata berperan mempercepat kesejahteraan rakyatnya. “Ini era yang sudah baik dan harus kita jaga momentumnya agar bisa mensejahterakaan rakyat lebih cepat lagi,” imbaunya.

Lomba Cipta Award 2011 diikuti 131 pengelola daya tarik wisata (DTW) dari 17 Provinsi di seluruh Indonesia yang mendaftar. Yang lolos verifikasi oleh tim juri sebanyak 57 DTW, dan yang menjadi finalis 21 pengelola.

Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata (PDP) Kemenbudpar Firmansyah Rahim berharap tahun depan pesertanya meningkat menjadi 200 peserta dari 33 provinsi.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
.

Read more...

Musik Bambu Punya Kans Go International



Sukses menggelar empat kali event Bambu Nusantara World Musik Festival, tahun ini Kemenbudpar kembali menggelar acara serupa di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, Jawa Barat, 1-2 Oktober 2011. Kualitas event kelima ini terlihat semakin baik. Terlihat dari pengisi acaranya yang terdiri atas musisi tersohor baik dari dalam negeri dan mancanegara. Tahun depan, event ini bakal diboyong ke Jakarta dengan skala yang lebih besar. Lebih go international.

Festival musik bambu ini bisa menjadi festival musik yang sehebat Java Jazz Festival (JJF) yang sudah mendunia. Untuk mewujudkan itu, rencananya tahun depan Kemenbudpar akan menggelarnya di Jakarta.

“Lokasinya mungkin di Jakarta Convention Center (JCC),” jelas Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenbudpar Sapta Nirwandar saat jumpa pers pelaksanaan Bambu Nusantara World Musik Festival kelima dengan sejumlah media cetak, online, dan elektronik di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Selasa (27/9/2011).

Untuk menggolkan rencana itu, lanjut Sapta diperlukan langkah-langkah. Di antaranya melihat hasil dari penyelengaraan Bambu Nusantara World Musik Festival ke-5 di Bandung tahun ini.

Selain itu, menyiapkan dana mengingat utnuk menggelar festival musik bambu bertaraf internasional yang besar dibutuhkan biaya yang besar. “Untuk menyewa lokasi di JCC itu kan mahal. Belum yang lainnya,” jelasnya.

Mengenai dana, mengingat sponsor belum banyak akan diajukan ke DPR. “Sponsor kalau untuk acara semacam ini suka pelit. Makanya kita akan usulkan ke DPR kemudian mereka bahas, mudah-mudahan mereka setuju,” jelasnya.

Tak kalah penting juga, meminta dukungan kepada orang-orang yang mengerti seni pertunjukan, termasuk seniman Jawa Barat yang memahami masalah musik bambu.

Terakhir, PR-ing juga harus kuat agar gaungnya terdengar dan tercipta komunitas pecinta music bambu. “Kalau jazz sudah punya komunitas kuat, diharapkan dengan adanya PR-ing akan terbentuk komunitas musik bambu,” jelasnya.

Sapta optimis rencana meng-go international-kan musik bambu menjadi festival sekualitas JJF dapat terwujud. “Saya yakin kita bisa, ditambah dukungan media,” jelasnya.

Sebagai daya tarik, lanjutnya, nanti selain festival musik, juga akan disediakan ruangan khusus ntuk menjual kuliner yang masih terkait dengan bambu. “Seperti sate yang tusukannnya dari bambu,” ungkapnya.

Pengisi Acara
Direktur Program Republik Entertainment selaku event organizer acara Bambu Nusantara World Musik Festival 2011 di Bandung, Iman Noer Adi mengatakan dalam festival musik bambu kelima ini terbagi 3 tempat, dua lokasi di utara dan selatan gratis, sedangkan di dome, pengunjung dikenakan tiket masuk. "Tiketnya Rp 50.000 per orang per hari dan tiket terusan Rp 75.000 per orang per hari mengingat pengisi acaranya berkelas dunia," terangnya.

Pengisi acara di dome pada hari pertama, Sabtu, 1 Oktober 2011 antara lain penyanyi berdarah Ace Rafli Wa Saja, band anak muda yang tengah naik daun di Bandung Sruti Respati, dan SambaSunda yang akan membawakan 8 lagu.

Sedangkan Pada hari kedua, Minggu, 2 Oktober 2011 antara lain Ozenk Percussion yang berkolaborasi dengan Dwiki Dharmawan, Balawan dengan Gamelan Mastro Project-nya, Sarasvati featuring SMA Pasundan 2, dan Sawung Jabo sebagai penutup acara.

Selain itu, ada workshop dan pameran produk kreatif dan karya seni dari bambu termasuk fasion berlabel eco fashion dengan aksesoris bambu seperti gelang, topeng bahkan helm dari bambu serta kuliner.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kabupaten Berau Tuan Rumah Festival Jepen 2011


Tahun ini Kabupaten Berau, Kalimantan Timur menjadi tuan rumah Festival Jepen yang ketiga. Jepen atau di Jawa lebih dikenal zapin merupakan seni tari asal Yaman yang kemudian hidup dan berkembang dalam masyarakat Melayu terutama di pesisir Kalimantan, bagian Barat Sumatera, dan semenanjung Malaysia. Festival ini bertaraf internasional karena diikuti grup Jepen dari Malaysia dan Brunei Darussalam.

Sampai saat ini sudah ada 15 grup Jepen yang akan mengikuti festival ini di Kabupaten Berau. “Selain dari Kalimantan, Sumatera, juga dari negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam,” kata kata Asiten II Bupati Berau Suparno Kasim saat jumpa pers dengan sejumlah media cetak, online, dan elektronik di Resto Sate Khas, Jakarta Pusat, Selasa (27/9/2011).

Kabupaten Berau menganggap penting Festival Jepen karena Jepen bagian dari budaya Melayu. “Festival ini menjadi salah satu bentuk upaya menciptakan kedekatan budaya dan historis masa lalu antar negara serumpun Melayu,” terangnya.

Selain untuk menjaga kelestarian budaya Melayu khususnya Jepen, festival ini, lanjut Suparno juga sebagai momentum untuk memperkenalkan Kabupaten Berau secara keseluruhan. “Biar masyarakat tahu kalau Berau kaya akan tujuan wisata, bukan semata Derawan sebagai lokasi diving ternama,” jelasnya.

Hal senada juga dikatakan Kadisbudpar Bera Anwar, Festival Jepen 2011 ini kesempatan bagus untuk melihat Berau secara utuh. “Maklum selama ini kita menonjolkan wisata kebaharian, padahal Berau juga punya sejumlah obyek wisata daratan dan seni budaya khususnya Melayu yang menarik,” jelasnya.

Dengan adanya festival ini, diharapkan generasi muda khususnya di Kabupaten Berau dan sejumlah daerah baik di Indonesia maupun di negara tetangga tidak melupakan budaya lokalnya.

Direktur Promosi Dalam Negeri Kemenbudpar M. Faried mengatakan Kemenbudpar mendukung festival ini mengingat terkait pengangkatan budaya Melayu yang juga menjadi budaya Indonesia.

Ada peningkatan tujuan penyelenggaraan festival ini. “Kalau pada Festival Jepen pertama dan kedua di Tarakan, Kaltim bertujuan sebagai pencitraan, maka pada Festival Jepen ketiga di Kabupaten Berau ini lebih dari itu sebagai sebuah pendekatan promosi,” jelasnya.

Dukungan Kemenbudpar dalam Festival Jepen 2011 di Berau ini, lanjut Faried disamping kemasan festival, juga dengan melakukan upaya publikasi termasuk konferensi pers ini. “Minimal dengan acara ini terpublikasikan dimana Kabupaten Berau, termasuk ibukotanya Tanjung Redeb dan kemudian melebar ke Derawan dan seterusnya,” ungkapnya.

Festival Jepen ketiga ini akan berlangsung selama 2 hari pada tanggal 8-9 Oktober 2011 dengan venue di Gelanggang Olahraga Pemuda, Jalan Pemuda, Tanjung Redeb, Berau.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan
(adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Senin, 26 September 2011

Tahun Depan Giliran Toilet Restoran




Kemenbudpar rupanya serius menangani masalah kebersihan toilet. Usai tahun lalu menggelar lomba toilet umum bersih di museum, dan tahun ini di bandara dan kebun binatang. Tahun depan rencananya mengadakan lomba serupa khusus toilet umum bersih restoran. Apa manfaatnya?



“Untuk tahun depan, saya sudah suruh panitianya untuk menggelar lomba toilet umum bersih di restoran,” kata Menbudpar Jero Wacik usai memberikan Sapta Pesona Award 2011 kepada pengelola toilet umum bersih di 20 bandara dan 20 kebun binatang di Balirung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (16/9/2011).

Kalau toilet restoran tidak bersih, lanjutnya dapat membahayakan pembelinya termasuk wisatawan karena bisa saja makanan yang dijualnya itu tidak higenis.

Kebersihan toilet merupakan salah satu esensi dalam sektor pariwista. “Pariwisata tidak akan maju kalau yang esensi seperti toiletnya tidak bersih,” terangnya.

Menurut Jero Wacik banyak dampak positif dari penyelenggaran lomba kebersihan toilet ini. Selain citra bandara dan kebun binatang menjadi lebih baik berkat toiletnya bersih juga berdampak terhadap fasilitas atau sarana lainnya.

“Sekarang pengelola bandara dan obyek wisata mulai lebih sadar dengan menyediakan anggaran lebih buat mengelola toiletnya agar bersih dan lebih baik. Biasanya kalau toiletnya sudah bersih, fasilitas lainnya menyusul,” ungkapnya.

Lomba kebersihan semacam ini, lanjutnya perlu sering-sering digelar pasalnya pengelola baru sadar bila ada penilaian semacam ini. “Semestinya tanpa ada pemilihan ini, harus punya kesadaran bahwa toilet bersih itu suatu keharusan,” jelasnya.

Pemenang lomba toilet umum bersih yang digelar Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kemenbudpar kategori bandara, juara pertama diraih Bandara Juanda Surabaya, kedua bandara Soekarno-Hatta Jakarta, dan juara tiga Bandara Ngurah Rai Bali.

Sedangkan pemenang untuk kategori kebun binatang, juara pertama Taman Safari III Denpasar, kedua dan ketiga masing-masing Taman Safari II Surabaya dan Taman Safari I Bandung.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Mengangkat Pamor Festival Budaya Asmat 2011




Festival Budaya Asmat sudah digelar sejak tahun 1981. Namun hingga kini belum mampu menjaring wisman sesuai harapan. Untuk mengangkat pamor Festival Budaya Asmat 2011 yang akan berlangsung 20-25 Oktober 2011, Pemkab Asmat dan Kemenbudpar melalukan berbagai upaya, antara lain berpromosi dan menambah kegiatan menarik.


Promosi yang dilakukan Pemkab dan Kemenbudpar antara lain dengan menggelar conference pers Festival Budaya Asmat 2011 di Dapur Babah Elite, Jakarta Pusat, Senin (26/9/2011) yang hadiri sejumlah media, baik cetak, online maupun elektronik.

Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Asmat Elisa Kambu, persoalan klasik yang menyebabkan Festival Budaya Asmat belum mampu menjaring wisman sebanyak mungkin adalah faktor aksebilitas, terutama infrastruktur transportasi. “Bandara di Asmat belum mampu menampung pesawat berbadan lebar,” akunya.

Untuk mencapai Asmat, lanjutnya, para turis harus menyinggahi Timika. Dilanjutkan dengan menggunakan pesawat perintis menuju Distrik Ewer dengan waktu tempuh 45 menit. Dari Ewer harus naik speedboat selama 20 menit ke Agats. “Harus memutar lebih panjang, jadi waktu tempunya terlalu lama,” jelasnya.

Elisa berharap pemerintah pusat serius membangun kepariwisataan di Asmat dengan membangun infrastruktur terutama penyediaan bandara yang lebih layak. “Jangan sampai ada teriakan merdeka karena kesenjangan sudah terlalu dalam. Sebenarnya keinginan merdeka itu tidak ada, hanya ingin ada pemerataan pembangunan saja,” ungkapnya.

Sekdisbudpar Kabupaten Asmat Donatus Tamut mengatakan tujuan diselenggarakan Festival Budaya Asmat memang semula bukan untuk menjaring wisman sebanyak mungkin. “Pelaksaaan Festival Budaya Asmat sejak tahun 1981 sampai dengan 2003 itu bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan nilai-nilai budaya masyarakat Asmat agar tidak luntur. “Hasilnya cukup membanggakan dengan ditetapkan Asmat oleh PBB sebaga situs warisan budaya dunia pada tanggl 13 Februari 2004,” jelasnya.

Pada penyelenggaraan Festival Budaya Asmat kali ini, memang ada upaya untuk mengakat kembali pamornya agar dapat menjaring wisman. “Namun kami tidak memasang target, mengingat faktor aksebilitas terutama sarana transportasi yang belum tersedia dengan baik,” akunya.

Upaya untuk menarik wisman, lanjutnya dengan mengemas Festival Budaya Asmat 2011 lebih baik lagi. Serangkaian kegiatan yang akan digelar selain lelang ukiran khas Asmat yang selama ini menjadi daya tarik kuat festival ini, juga ada pentas seni dan budaya serta lomba perahu dan mengayam.

Sekretaris Direktur Jendral Promosi Pariwisata Kemenbudpar, Fathur Bahri mengatakan masalah infrastruktur terutama transportasi udara di Asmat bukan wewenang Kemenbudpar. “Tapi kamai akan terus mendorong pariwisatanya. Kami akan menyampaikan masalah ini dengan menghimbau terus Kementerian Perhubungan agar memperpanjang landasan pacu di Bandara Asmat biar dapat dilandasi pesawat berbadan lebar, berkapasitas di atas 100 orang,” jelasnya.

Potensi wisata yang dapat dinikmati di Kabupaten Asmat antara lain Museum Kebudayaan dan Kemajuan yang terletak 2 Km dari pusat Kota, perahu dan tarian yang biasanya dibawakan untuk menyambut tamu penting dan pejabat, rumah panjang di Agats sekitar 500 meter dari pusat Kota, tarian memanggil roh, dan Taman Nasional Lorentz di Distrik Sawa Erma dan Agats.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Raja Ampat Bukan Cuma Diving


Lantaran terlanjur dikenal sebagai lokasi diving tingkat dunia, Raja Ampat pun identik dengan diving. Padahal sebenarnya tak cuma itu. Kabupaten pecahan Kabupaten Sorong sejak 2003 ini memiliki potensi wisata lain. Jadi bagi yang tak suka diving, masih dapat melakukan aktivitas wisata menarik lainnya. Apa saja?

Kabid Destinasi Disbudpar Kabupaten Raja Ampat Nico Ramandey tak menampik anggapan kalau selama ini Raja Ampat semata dikenal sebagai lokasi salah satu diving dan snorkeling terbaik, bukan hanya di Indonesia tapi dunia.

“Selama ini yang wisatawan yang datang ke Raja Ampat utamanya para penyelam baik dari Amerika Serikat, Eropa dan Jepang,” jelasnya di Dapur Babah Elite, Jakarta Pusat, Senin (26/9/2011) saat conference pers Festival & Travel Mart Raja Ampat yang akan digelar pada tanggal 20-23 Oktober 2011 di Pantai Wisata Waisai, Raja Ampat.

Padahal selain menyelam, lanjutnya di Raja Ampat ada beberapa potensi wisata lain seperti trekking ke beberapa bukit untuk melihat landscap Raja Ampat dari atas ketinggian. “Kalau tidak suka menyelam, wisatawan bisa melakukan trekking. Salah satunya di Pulau Wayag yang menjadi ikon Raja Ampat. Di pulau ini banyak bukit-bukit karang yang menantang didaki untuk melihat pemandangan dari puncaknya,” jelasnya.

Pilihan lainnya birdwaching yakni melihat satwa burung terutama burung cendrawasih. “Burung khas papua ini beda dengan cendrawasih yang ada di daratan Papua. Cendrawasih di Raja Ampat itu bulunya didominasi merah karenanya disebut cendrawaih merah,” jelasnya.

Disamping itu, wisatawan bias menikmati kesenian khas mayarakat Raja Ampat berupa tari-tarian tradisional dan juga bermacam kulinernya.

Kabupaten Raja Ampat berpenduduk 31.000 jiwa memiliki 610 pulau (hanya 35 pulau yang dihuni). Luas wilayah sekitar 46.000 km2 terdiri ata 6.000 km2 berupa daratan dan 40.000 km2 lagi lautan.

Semua daya tarik Raja Ampat itu akan dipromosikan dalam Festival & Travel Mart Raja Ampat 2011. Menurut Event Organiser Festival & Travel Mart Raja Ampat 2011 Anta Suanta dalam festival kedua ini akan digelar pentas seni dan budaya, lomba foto pemandangan, lomba foto underwater, pameran, seminar tentang selam, serta pelatihan masak seafood ethnic Papua. “Wisatawan yang datang dapat mengikuti post tour seperti diving, snorkeling, dan jelajah kampung,“ jelasnya.

Sekretaris Direktur Jendral Promosi Pariwisata Kemenbudpar Fathur Bahri berharap festival ini dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisnus dan wisman ke Raja Ampat.

Raja Ampat dapat dijangkau via udara dengan pesawat terbang dari Jakarta-Makassar-Sorong-Raja Ampat. Pilihan lain dari Jakarta-Depansar-Sorong-Raja Ampat atau dari Jakarta-Manado-Sorong-Raja Ampat. Dari Sorong ke Raja Ampat dilanjutkan dengan naik transportasi laut.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Weeko

Read more...

Sabtu, 24 September 2011

Memanjakan Mata dengan Biru dan Hijau Alami Pulau Weh


Pulau wisata tersohor banyak. Tapi tak semua berpanorama menawan dan mencuatkan warna biru dari air laut dan langit serta hijau dari hutan lebat di sepanjang perbukitannya. Satu di antara pulau cantik itu adalah Pulau Weh, di ujung Aceh. Birunya meneduhkan jiwa. Hijaunya menyejukan mata.

Dari Pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh, Pulau Weh sudah terlihat dari kejauhan. Puncak-puncak perbukitannya berwarna kebiruan, bak tengah melambai-lambaikan tangan memanggil siapapun untuk segera menyambanginya.

Setibanya di Pelabuhan Ferry Sabang, warna asli perbukitannya baru terlihat jelas yakni ijo royo-royo, begitu kalau orang Jawa menyebutnya yang berarti hutan hijau yang rimbun dengan aneka pepohonan besar.

Dan setelah kita telusuri jalan menuju Danau Weh Aneuk Laot, Tugu Kilometer Nol Indonesia, Teluk Gapang, Iboih maupun ke Kota Sabang, kerapatan hutannya lebih jelas terlihat.

Rupanya beberapa bagian wilayah Pulau Weh sudah menjadi kawasan cagar alam dan hutan lindung yang keberadaannya sangat dilindungi. Namun di luar kawasan konservasi tersebut, kondisi hutannya tetap terpelihara dengan baik.

Beberapa perkebunan pinang, pisang, kelapa, coklat, dan tanamam komoditi utama lain milik warga, seakan menyatu dengan kerimbunan hutannya. Semuanya kompak menyuarakan warna senada HIJAU.

Ketika mobil menyusuri jalan berliku dan menurun menuju Danau Weh Aneuk Laot, sepintas mirip jalan di Ngarai Sihanok, Bukittinggi, Sumbar. Bedanya, suasana alam di danau ini lebih asri dan hijau. Sementara di sekitar Ngarai Sihanok, Bukittinggi semakin ramai dengan perumahan penduduk dan pembangunan lainnya.

Kesan hijau juga terasa di Kota Sabang. Sepanjang jalan utama di muka Kantor Walikota Sabang misalnya ditumbuhi pepohonan besar semacam pohon asam yang menawarkan suasana teduh dan asri.

Rupanya warga Pulau Weh menyadari betul arti menjaga kelestarian hutan baik di sekitar perbukitan maupun di halaman belakang rumahnya. Kalau hutan rusak otomatis bukan saja cadangan air bersih berkurang, perairan laut ikut tercemar, dan sejumlah bencana seperti longsor mengikutinya.

Sementara warna biru alami, hampir menyelimuti perairan yang mengelilingi pulau berbentuk huruf ‘W’ ini. Ada beberapa lokasi terbaik untuk mendapatkan warna biru alami tersebut, antara lain di Teluk Gapang.

Di perairan yang menjadi lokasi penyelenggaraan event lomba kapal layar Sabang International Regatta (SIR) 2011 ini, kita bukan cuma mendapatkan warna biru dari air laut yang jernih pun dari langitnya yang biru bening dan bersih.

Di teluk ini kombinasi biru laut, hijau hutan perbukitan, dan biru langit menjadi sebuah lukisan alam yang sempurna. Terlebih ada beberapa perahu layar yang menghiasi perairannya. Lengkap sudah pesona keindahannnya. Dan itu diakui sejak dulu oleh wisatawan mancangera termasuk peserta SIR 2011 dari Australia, Selandia Baru, Malaysia, Amerika Serikat dan lainnya.

Keasrian alam pulau seluas 153 Km persegi inilah yang memikat wisman bertandang. Agar terus diminati dan kunjungan wisman dan wisnus meningkat, tak ada pilihan selain terus menjaga alamnya.

Jangan sampai alam pulau yang dihuni sekitar 35.000 orang ini rusak sebagaimana terjadi di pulau atau detinasi lain akibat pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang membabibuta.

Untuk menghindari itu, pemerintah dan warga Pulau Weh harus mengantisipasi sedini mungkin kemungkinan terjadinya perubahan alam akibat peningkatan populasi dan pertumbuhan pembangunan. Bila terlambat, dipastikan nasibnya bakal serupa dengan pulau atau destinasi wisata alam lainnya yang semraut dan kemudian perlahan ditinggalkan wisatawannya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kera dan Babi Hibur Pengunjung Kilometer Nol



Kalau Anda berkunjung ke Tugu Kilometer Nol Indonesia di Pulau Weh, Aceh, dipastikan bukan cuma melihat tugu yang berdiri tegak di antara pepohonan besar dan pemandangan hamparan laut dengan pulau-pulau kecil dari atas tebing di tepi jalan. Pun dihibur oleh sekelompok kera dan juga seekor babi hutan.

Empat tahun lalu, sewaktu kali pertama saya bertandang ke Tugu Kilometer Nol Indonesia bersama dengan Walikota Sabang Munawar Liza Zainal, hanya sekelompok kera berbulu coklat kehitaman yang bermunculan satu per satu dari kerimbunan hutan di sekitarnya.

Mereka nampak jinak dan sudah terbiasa dengan kehadiran pengunjung. Sambil menunggu pengunjung memberi makanan kecil, kera-kera tersebut duduk-duduk manis di pagar pembatas jalan dengan jurang, di bebatuan, dan juga batang pohon.

Setiap kali pengunjung melemparkan panganan berupa kacang kulit dan lainnya, mereka saling berebutan. Yang berhasil mendapatkannya, langsung lari menjauh.

Sewaktu makan kacang, kera-kera ini tidak menelan langsung dengan kulit-kulitnya. Melainkan dibuka kulitnya, baru diambil dan dimakan kacangnya. Hmmm.. cerdik seperti manusia.

Ketika itu, belum ada babi hutan. Kera-kera tersebut benar-benar menjadi penguasa. Dan ketika itu Tugu KM Nol berdinding porselin berwarna putih. Beberapa ruas jalan menuju tugu ini dari dermaga masih rusak. Namun yang menarik, sertifikat atas nama saya sebagai tanda bukti saya telah mengunjungi Tugu KM Nol ini diberikan langsung oleh Munawar Liza Zainal di dekat depan tugu.

Berbeda dengan kedatangan kali kedua saya ke Tugu KM Nol Indonesia ini, 22 September 2011 lalu bersama dengan Dirjen Pemasaran Pariwisata, Kemenbudpar Sapta Nirwandar dalam rangkaian event lomba kapal layar Sabang International Regatta (SIR) 2011 yang digelar sejak tanggal 13-25 September 2011 di tiga lokasi yakni Phuket (Thailand), Langkawi (Malaysia), dan Sabang, Pulau Weh, Aceh (Indonesia).

Saat tiba di tugu ini, seekor babi hutan mengejutkan saya dan sejumlah pengunjung lain. Semula saya mengira, babi berukuran sedang berwarna coklat gelap kehitaman itu adalah babi liar dari hutan. Ternyata dia babi jinak yang sejak kecil dipelihara oleh pemilik warung di seberang tugu.

Karena jinak, babi itu tak sungkan mendekati siapa pun yang memberikannya makanan kecil. Melihat tingkah sok akrabnya itu, beberapa pengunjung termasuk sopir membeli kacang kulit, opak sejenis kerupuk dari singkong berbentuk bulat pipih, dan keripik pisang di warung lalu memberikannya ke babi tersebut. Babi itu pun pesta besar. Sementara kera-kera hanya melihat aksi babi itu dan sesekali mencoba merebut makanan yang dilemparkan pengunjung ke arah babi. Rupanya kera-kera itu takut dengan babi itu.

Kehadiran seekor babi hutan jinak dan sekelompok kera di sekitar Tugu KM Nol tak bisa dipungkiri menghibur pengunjung yang datang. Pasalnya di tempat ini, tak banyak kegiatan yang bisa dilakukan, selain foto bersama atau sendiri berlatarbelakang tugu, menikmati pemandangan hamparan laut di tepi jalan, dan santai di warung sambil menikmati kelapa muda atau menyeruput kopi Aceh dengan makanan kecil ala kadarnya.

Namun saya mencatat ada perubahan lain, terutama kondisi lingkungan sekitar tugu saat ini yang nampak lebih bersih, kendati bekas coret-coretan tangan-tangan jahil di bebatuan masih membekas.

Kondisi tugu yang dibangun dan diresmikan tahun 1987 ini juga terlihat lebih cerah dengan penambahan cat berwarna orange kecoklatan. Dan yang tak kalah asyiknya, jalan menuju tugu sekarang ini sudah benar-benar beraspal mulus, yang menurut saya dapat dimanfaatkan untuk event triatlon internasional yakni lomba sepeda, lari marathon, dan ditambah lomba renang di salah satu perairan di Pulau Weh ini.

Sewaktu kembali menuruni jalan mulus itu, saya berharap semoga kondisi alam Pulau Weh dengan perbukitan berhutan lebat yang terjaga dengan baik. Begitu pun dengan perairan teluknya yang biru jernih, jalan beraspal mulus, dan juga kebersihannya, benar-benar terpelihara seterusnya, bukan hanya sebatas untuk dan saat penyelenggaraan SIR 2011.

Karena semua itu menjadi bagian dari daya tarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk bertandang ke pulau cantik ini selain karena keindahan, kenyamanan, dan keramahan warganya, sampai kapanpun.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Jumat, 23 September 2011

Sop Sumsum Langsa Plus Timun Kerok, Alaaaaaaamaaakkk….


Bertandang ke Tanah Rencong, Aceh, jangan cuma menyantap mie dan martabaknya atau ayam tangkap-nya. Coba juga Sop Sumsum Langsa berikut minuman Timun Kerok… Hmmmmmm dijamin bakal memanjakan usus-usus Anda.

Sop Sumsum Langsa berisi satu tangkai lutut Sapi berukuran besar. Sumsumnya masih berada di dalam tangkai tulangnya. Untuk menikmatinya dengan menggunakan sedotan plastik.

Meski namanya sumsum tapi masih banyak daging yang menempel di bagian bawah tangkai tulanngnya. Untuk menikmatinya, bisa menggunakan pisau kecil yang disediakan pelayan. Bisa juga digigit langsung. Cara terakhir sensasinya beda…lebih kanibal hehe. Di dalam kuahnya juga ada beberapa potongan daging empuk yang begitu menggopda untuk segera disantap.

Kuah Sop Sumsum Langsa ini bertambah nikmat bila dicampur dengan sambal ijo dan tentu saja irisan jeruk nipis. Teman santapnya selain seporsi nasi putih, juga ada perkedel kentang dan sebungkus emping. Hmmmmmm bayangkan, semua itu perpaduan yang sulit ditolak sekalipun asam urat dan kolestrol mulai menyergap.

Buat penetralisir, tentu ada minuman yang cocok. Apalagi kalau bukan Timun Kerok yang berisi timun yang dikerok lalu diberi sirup putih khas Aceh ditambah air dan es. Rasanya segar… bikin ademmmm…

Untuk menikmati dua kuliner tersebut, kunjungi saja Rumah Makan Sop Sumsum Langsa di Jalan Pangeran Nyak Makam no 53, Lampinueng, Banda Aceh. Semangkung Sop Sumsum Langsa cuma Rp 30.000. Sedangkan segelas minuman Timun Kerok Rp 8.000.

Rumah makan milik H Lukmanul Hakim asli orang Aceh ini buka dari pukul 10 pagi sampai pukul 11 malam setiap hari. Cabangnya ada di Jalan Setiabudi, Kota Medan, Sumut.

Sejumlah artis pernah singgah di rumah makan ini, antara lain rombongan band Dwiki Darmawan dengan Ita Purnamasari sebelum menghibur peserta dan tamu undangan lomba layar Sabang International Regatta (SIR) 2011 yang pembukaannya digelar di Pantai Gapang, Pulau Weh, Aceh.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kamis, 22 September 2011

SIR 2011 Meningkatkan Pendapatan Warga


Sabang International Regatta (SIR) sukses digelar Kemenbudpar bekerjasama dengan Pemprov Aceh, Pemkot Sabang, Persatuan Olahraga Layar Seluruh Indonesia (Porlasi), dan Royal Langkawi Yacht Club Malaysia di Pulau Weh, September 2011. Kendati masih ada beberapa kekurangan, lomba kapal layar tingkat dunia pertama di Pulau Weh ini turut menaikkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat termasuk warga Banda Aceh.

Dirjen Pemasaran Pariwisata, Kemenbudpar Sapta Nirwandar mengatakan SIR 2011 merupakan event lomba kapal layar tingkat dunia pertama yang digelar Kemenbudpar di Pulau Weh dan Kota Sabang, Aceh. Ada sekitar 21 kapal dari bermacam negara yang ikut serta.

Alasan Kemenbudpar menggelar event ini di Pulau Weh, mengingat pemandangan di pulau ini begitu indah terutama laut dengan sejumlah diving spot-nya. Suasana alam masih asri dan ditambah dengan warganya yang sangat wellcome dengan pengunjung.

“Jarang sekali ada pantai yang memadukan perairan biru jernih dengan perbukitan hijau seperi di Pulau Weh ini. Ini merupakan nilai jual yang tinggi bagi Pulau Weh dan Sabang,” jelasnya.

Banyak kegiatan kebaharian yang dapat dilakukan di sini dan sudah terkenal sejak dulu, seperti snorkeling, diving, sunbeaching, and sailing. “Ke depan bisa dikembangkan lomba memancing internasional, mengingat lokasi Pulau Weh dekat dengan Malaysia, Thailand dan India,” tambahnya.

Mengenai kekurangan dalam pelaksanaan SIR 2011 ini seperti masih berbelit-belit prosedur perizinan peserta dan lainnya akan menjadi catatan penyelenggaraan untuk diperbaiki tahun depan, termasuk kebersihan di sekitar pantai-pantainnya. “Misalnya kalau di Phuket dan Langkawi perizinannya cukup selembar, maka di Sabang juga harus begitu. Bukan berlembar-lembar,” tambahnya.

Phuket dan Langkawi selangkah lebih dulu menjadikan daerahnya sebagai destinasi kapal layar. Langkawi misalnya sudah mulai sejak 16 tahun lalu, sementara Sabang baru 1-2 tahun belakangan ini.

“Jadi kita masih harus terus belajar dan berbenah diri sebab mereka sudah lebih dulu visinya. Kita terlambat, mungkin karena terlalu luas wilayahnya dan selama ini pembangun kebaharian lebih diprioritaskan untuk Indonesia bagian Timur. Dan sekarang giliran Indonesia bagian Barat khususnya di Pulau Weh dengan Kota Sabangnya,” jelas Sapta.

Walikota Sabang Munawar Liza Zainal mengatakan salah satu motivasi digelarnya SIR karena letak Sabang sangat strategis di Selat Malaka sebagai pintu gerbang bagian Barat untuk ke masuk wilayah lain di Nusantara. “Bila kapal-kapal internasional singgah di Pulau Weh dan Kota Sabang beberapa hari, tentunya dapat menambah pemasukan ekonomi bagi warga setempat,” jelasnya.

Manfaat kegiatan ini baru benar-benar terasa beberapa tahun kedepan. Dan yang terpenting lewat event ini, Pulau Weh dan Sabang semakin dikenal dunia sebagai destinasi wisata bahari internasional, baik sebagai lokasi pelayaran, diving dan lainnya.

Direktur Promosi Dalam Negeri, Kemenbudpar M. Faried Moetolo menambahkan event SIR selain untuk menjaring wisman juga untuk mendatangkan wisnus dari berbagai daerah di Indonesia ke Pulau We dan Kota Sabang. “Yang terpenting kemasannya harus dibuat semenarik mungkin dari tahun ke tahun. Kalau sudah menarik, pasti wisnus pun tertarik untuk datang langsung melihatnya,” jelasnya.

Arnold Duckworth peserta SIR 2011 asal Australia mengatakan kendati event ini baru pertama kali digelar, namun pelaksanaannya sudah terorganisir dengan baik termasuk pelayanannya. “Yang paling berkesan pemandangan alam dan lautnya sangat indah,” akunya.

Pujian serupa juga dilontarkan Phil, peserta SIR 2011 juga asal negeri kangguru, Australia. Menurutnya keistimewaan Pulau Weh dengan Kota Sabang-nya dibanding Phuket dan Langkawi justu terletak pada keindahan alam lautnya yang masih natural dan apa adanya.

Hamdani, pemilik penginapan Obama, tak jauh dari Teluk Gapang berharap penyelenggaran SIR tahun-tahun berikutnya lebih baik lagi. Pada penyelengaraan SIR perdana ini, menurutnya pihak penyelenggaranya dalam ini Pemkot Sabang dan Disbudpar-nya tidak melibatkan para pemilik penginapan.

“Seharusnya sebulan sebelum pelaksanaan SIR, penyelenggara mengajak para pemilik penginapan untuk membahasa apa saja yang dikeluh kesahkan selama ini, termasuk kesiapan yang harus dilakukan guna menyambut peserta, panitia, dan pengunjung,” imbaunya.

Munawar, pegawai Rumah Makan Sop Sumsum Langsa mengatakan penyelenggaran SIR 2011 juga berdampak pada peningkatan penjualan Sop Sum-Sum Langsa di rumah makan tempat dia bekerja.

Menurutnya banyak panitia SIR 2011 termasuk pengisi acaranya yang singgah untuk menikmati Sop Sumsum Langsa di Jalan Pangeran Nyak Makam No 53, Lampinuang, Banda Aceh. “Pada hari pertama dan kedua saja, ada pemasukan sekitar Rp 2juta. Seporsi Sop Sumsum Langsa Rp 35.000 termasuk sepering nasi putih,” akunya.

Hal senada diakui Buchori, salah seorang pemilik mobil travel sewaan di Banda Aceh. Menurutnya, setiap ada event di Pulau Weh dan Kota Sabang, pasti ada peningkatan permintaan mobil travel sewaan.

“Kami senang kalau di Pulau Weh banyak kegiatan apalagi ada kunjungan ke obyek-obyek tsunami di Banda Aceh, pasti kami juga kecipratan untung,” akunya seraya menerangkan sewa mobil travel jenis kijang di Banda Aceh sekitar Rp 300.000 per hari termasuk supir dan bahan bakar.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Mengawinkan Pesona Phuket, Langkawi, dan Sabang


Lomba kapal layar, Sabang International Regatta (SIR) yang berlangsung 13-25 September 2011 berhasil mengawinkan pesona bahari andalan tiga negara yakni Phuket (Thailand), Langkawi (Malaysia) dan Sabang, Pulau Weh, Aceh (Indonesia). Perkawinan perdana ini, menggaet 21 perahu layar dari Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Italia, Belanda, Thailand, dan Malaysia.

Phuket menjadi lokasi awal lomba pelayaran yang dimulai tanggal 13 September 2011. Dari Phuket, seluruh peserta bertolak ke Langkawi melayari lautan sepanjang 243 Km selama 1 hari.

Dari Langkawi peserta berlayar menuju Sabang, tepatnya di Teluk Gapang, Pulau Weh, Aceh pada tanggal 17 September 2011. Jarak Langkawi-Sabang 558 Km, ditempuh dengan kapal layar dalam waktu 2,5 hari.

Arnold Duckworth dari Australia dengan kapal Imajica menjadi peserta pertama yang tiba di perairan Teluk Gapang, Pulau Weh pada tanggal 19 September 2011, diikuti 9 kapal layar lainnya yang masuk pada hari pertama.

Di Teluk Gapang, sejumlah peserta yang telah tiba, disambut dalam acara makan malam yang dihadiri Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenbudpar Sapta Nirwandar, Walikota Sabang Munawar Liza Zainal, Direktur Promosi Dalam Negeri Kemenbudpar M. Faried Moetolo, dan Kadisbudpar Aceh Rasyidah M Dallah serta sejumlah undangan.

Dalam jamuan makan malan sekaligus pembukaan SIR 2011, peserta dihibur dengan sajian musik Dwiki Darmawan dan rekan-rekan dengan penyanyi Ita Purnamasari, Angel idola cilik yang kini beranjak remaja serta penyanyi berdarah Aceh Rafli.

Sejumlah peserta pelayar asing, mengagumi keindahan alami perairan dan perbukitan Pulau Weh. Mereka mengaku seperti sedang berbulan madu di pulau yang masih asri dan tenang ini.

Phil, pelayar asal Australia dengan kapal Jigsaw misalnya mengaku senang berada di Teluk Gapang, Pulau Weh. Menurutnya pemandangan alamnya begitu indah dan alami. “Secara alam, Pulau Weh dengan kota Sabangnya lebih indah dan alami, tidak seramai Phuket dan Langkawi,” jelasnya.

Hal senanda dilontarkan rekannya Richard Eyre dari Selandia Baru dengan kapal bernama Zhuka. Menurut Richard, Pulau Weh kuat dengan ekowisatanya.

Pada tanggal 23 September, seluruh peserta mengikuti coasteal race & sailling pass dengan rute Sabang-Phuket-Langkawi-Sabang.

Sebagai hiburan sekaligus diajak ke obyek wisata di Pulau Weh dan Banda Aceh, peserta dibawa panitia mengunjungi tugu KM Nol. Dan pada tanggal 24 September, peserta mengunjungi sejumlah obyek-obyek bekas tsunami dalam tur tsunami memorial ke Banda Aceh dilanjutkan dengan jamuan makan siang.

Pada acara penutupan tanggal 25 September 2011 diisi dengan festival makanan lokal, cocktail party, jamuan makan malam, pertunjukan musik dan kesenian, pesta kembang api, dan acara pembagian hadiah bagi para pemenang lomba SIR 2011.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Minggu, 18 September 2011

Promosi Budaya dan Wisata di Lomba Cipta Lagu Tingkat Nasional



Palembang identik dengan Pempek, Sungai Musi dan Jembatan Ampera-nya. Padahal masih ada lagi budaya asli Palembang lainnya, salah satunya Lomba Bidar. Itu lho lomba perahu di Sungai Musi yang diadakan setiap tahun atau pada-hari-hari besar.

Begitu Ridho Weedy Rachmanda, bocah 9 tahun yang akrab disapa Ridho menerangkan isi lagu ciptaannya yang berjudul “Lomba Bidar”.

Berkat lagu yang menceritakan lomba perahu khas di Sungai Musi, Pelembang, kota kelahirannya itu, dia berhasil menyabet juara ketiga Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional 2011 khusus Lomba Cipta Lagu jenjang sekolah dasar dengan nilai 245 yang diikuti perwakilan siswa-siswi dari 28 provinsi .

Pelajar kelas 4 SD Indriasana, Palembang, Sumatera Selatan ini mengaku ingin memperkenalkan Lomba Bidar lewat lagunya agar masyarakat luas tahu dan tertarik datang untuk melihat langsung di Palembang. “Bidar itu perahu Om. Lomba bidar itu ya lomba perahu yang ada di Sungai Musi," katanya seraya menambahkan gurunya yang mengajarkannya menciptakan lagu dan menyanyikannya.

Anak bungsu dari 7 bersaudara ini bukan hanya memperkenalkan event budaya di Palembang lewat lagunya. Dia pun memperkenalkan budaya khas Palembang lainnya berupa kerajinan tenun songket lewat penampilannya.

Ridho mengenakan ikat kepala dari tenunan Songket khas Palembang yang disebutnya Tanjak. Rambutnya dibiarkan terurai panjang sebahu dan berponi, sepintas mirip rambut artis Adi Bing Slamet waktu kecil.

Karena rambutnya agak panjang dan kulitnya putih, banyak orang yang menyangka dia pelajar perempuan. Ternyata setelah panitia menyebut namanya untuk tampil menyanyikan lagu ciptaannya itu dan dia berdiri, baru jelas Ridho itu laki-laki kecil yang gagah dan tampan.

Dia juga mengenakan sarung Songket Palembang berwarna merah senada dengan Tanjak yang dikenakannya. Songket tersebut dililitkan di bagian bawah perutnya. Di pergelangan tangan kirinya, ada beberapa macam gelang antik. Secara keseluruhan, pelajar SD yang mengaku suka makan Pempek ini tampil lebih ‘nyeni’ dibanding peserta lainnya.

Penampilan khasnya itu, kontan menarik perhatian banyak orang, termasuk Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono serta sejumlah menteri antara lain Menbudpar Jero Wacik, Menpora Andi Malarageng, Mendiknas M Nuh, dan Wagub Jawa Barat Dede Yusuf saat dia tampil menyanyikan lagu ciptaannya dengan memainkan keyboard.

“Lihatlah-lihat ada bidar di Sungai Musi. Berlomba-lomba, kayuh saling mengejar. Siapa cepat dia yang jadi juara.. Itulah jadi kebanggaan budaya asli Palembang,” begitu lirik lagu yang dinyanyikannya dengan penuh percaya diri.

Selepas tampil Ridho sempat berujar. “Aku belajar keyboard juga dari guruku,” jelas bocah yang bercita-cita jadi penyanyi andal.

Promosi Sulteng
Ada lagi pelajar SD lain yang mempromosikan kuliner dan obyek wisata di daerah asalnya saat berlangsunga Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional yang digelar di Istana Bogor, Jawa Barat, Sabtu (17/9/2011).

Namanya Bayu, pelajar kelas 6 SD Inpres di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng). Kendati dia tak behasil menyabet juara, Bayu mengaku bangga mewakili provinsinya ikut lomba cipta lagu tingkat nasional ini. “Aku senang karena bisa sekalian memperkenalkan makanan khas dari kotaku dan obyek wisatanya,” jelasnya..

Salah satu kuliner terkenal khas Kota Palu adalah Kaledo, semacam sop. Kaledo itu singkatan dari Kaki Lembu Donggala. “Kaki sapi disop, sum-sum-nya disedot dan disantapnya dengan singkong rebus,” terang pelajar yang sudah menciptakan 10 lagu sendiri.

Obyek wisata yang terkenal di Palu dan Sulteng, lanjut Bayu, ada Tanjung Karang dan Jembatan Wisata Kota Palu. “Tanjung Karang itu tempat diving, sekitar 1,5 jam dari Kota Palu. Banyak bule yang diving di sana seperti Pantai Kute, Bali,” terangnya detil.

Kata Bayu, dulu memang Sulteng terkenal dengan Taman Nasional Lore Lindu-nya. Tapi belakangan ini justru Tanjung Karang yang tersohor. “Sampai orang Sulteng bilang, kalau ke Sulteng belum ke Tanjung Karang itu berarti belum ke Sulteng,” terang pelajar yang juga bisa memainkan keyboard.

Calon Maestro Seni Budaya
Jero Wacik menjelaskan tujuan pemerintah menggelar Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkal Nasional ini untuk mencetak tunas-tunas baru di bidang seni dan budaya. “Ini lomba yang ke-enam kali. Semoga nantinya melahirkan maestro-maestro seni budaya Indonesia yang dapat membanggakan dan mengharumkan bangsa ini,” harapnya.

Purwacaraka, salah satu juri Lomba Cipta Lagu Pelajar Tingkat Nasional 2011 mengatakan kualitas peserta lomba cipta lagu tahun ini meningkat. “Dari lirik lagu dan notasinya semakin beragam dan menarik,” terangnya.

Juara satu lomba cipta lagu pelajar SD tingkat Nasional diraih Ega Indriani dari SDN 56 Rantepao IV, Sulsel. Judul lagunya “Gunakan Ilmu Padi” dengan nilai 265. Dan juara II Ulfiani Hayati pelajar SDN 7 Mataram, NTB dengan lagu berjudul “Terima Kasih” (255).

Selain lomba cipta lagu tingkat SD dan SMP, juga ada lomba puisi, lukis, dan lomba desain motif batik yang para pemenangnya ditetapkan masing-masing dewan jurinya dan pembagian hadiahnya langsung diberikan Presiden SBY di Istana Presiden Bogor, pada Sabtu (17/9/2011).

Masing-masing karegori diambil 6 orang pemenang dari juara I hingga harapan 3. Para pemenang mendapatkan hadiah tropi dan piala serta uang Rp 10 juta untuk juara I, Rp 7,5 juta juara II, dan Rp 5 juta untuk juara III.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Jumat, 16 September 2011

Lumba-Lumba Kiluan Geser Posisi Gajah Lampung

Atraksi alami lumba-lumba di perairan Teluk Kiluan kian diminati wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Terbukti semakin banyak travel agent maupun komunitas yang membuat paket tur ke Kiluan. Lumba-lumba tersebut diprediksi bakal menggeser kedudukan Gajah di Plang Ijo, Way Kambas yang selama ini menyohorkan nama Lampung ke tingkat nasional dan dunia.

Buktinya, dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) pemprov Lampung, Teluk Kiluan berada diposisi ketiga dari 6 obyek wisata unggulan Lampung yang akan dibenahi. Sementara Way Kambas dan Sekolah Gajah Plang Ijo ada diurutan kelima.

Menurut Kadisbudpar Lampung Gatot H Utomo, belakangan ini memang banyak wisatawan ke Teluk Kiluan karena memang orang lebih cenderung berwisata ke pantai di banding ke hutan. “Pasalnya pemandangannya indah. Apalagi ada lumba-lumba yang berenang ke permukaan laut. Jadi banyak wisatawan yang tertarik,” terangnya.

Kendati lumba-lumba Kiluan tengah diminati wisman, lanjutnya, Lampung masih menjadikan gajah sebagai brand pariwisatanya ditingkat internasional. “Wisatawan ynag melihat atraksi gajah tetap ada. Meskipun sekarang lumba-lumba tengah booming,” jelasnya.

Mungkin yang harus dibenahi agar sekolah Gajah di Plangijo menarik, tambahnya, jangan hanya atraksi gajah main bola dan lainnya. “Tapi bisa membuat paket wisata melihat atau mencari gajah liar, dan paket-paket menarik lainnya,” imbaunya.

Pengembangan yang dilakukan Pemprov Lampung di Teluk Kiluan antara lain bekerjasama dengan Pemkot Bandar Lampung menjadikan Kiluan sebagai kawasan konservasi. “Jangan sampai perairannya diganggu oleh usaha lain yang merusak habitat lumba-lumba seperti keramba dan lainnya,” ungkapnya.

Sampai saat ini, lanjut Gatot, memang belum ada pemasangan keramba dan lain-lain. “Sebelum terlambat, sekarang kita usahakan secepatnya kawasan tersebut menjadi kawasan konservasi untuk menjaga habitat lumba-lumba,” terangnya.

‘Berburu’ Lumba-lumba
Teluk Kiluan berada sekitar 80 Km dari Kota Bandar Lampung. Perairannya tersohor karena menjadi tempat rombongan lumba-lumba beraksi, bahkan juga sesekali terlihat ikan paus. Perairannya juga menjadi surga bagi para pemancing. Setiap tahun ada lomba memancing di Teluk Kiluan yang diikuti para pemancing andal.

Meski akses perjalannan daratnya belum baik, namun tak begitu sulit menjangkaunya. Dengan kendaraan umum dari Jakarta menuju Teluk Kiluan bisa menggunakan bus ekonomi dari Terminal Kalideres – Pelabuhan Merak (ekonomi) Rp 15.000 sekitar 1,5 jam. Lalu naik kapal ferry penyebarangan Merak – Bakahueni (ekonomi) Rp 15.000, kalau AC Rp 30.000, sekitar 2 jam.

Dari Bakahueni ke Bandar Lampung (bus ekonomi) Rp 15.000 sekitar 2 jam. Lalu Travel Bandar Lampung (Kali Balok) ke Kiluan (AC) Rp 45.000 sekitar 3-4 jam. Dilanjutkan penyebrangan dengan kapal jungkung kecil dari Teluk Kiluan menuju Pulau Kiluan Rp 15.000 /orang sekitar 15 menit. Kalau ingin ’berburu’ lumba-lumba sewa kapal Rp 250.000 berkapasitai 3 orang, lama seluruh perburuan sekitar 2-3 jam.

Kalau ingin bermalam di Teluk Kiluan sangat terbatas. Di Pulau Kiluan cuma ada 1 homestay rumah panggung dengan 4 kamar . Harga sewa perkamar Rp 150.000 per malam, yang dapat menampung 6 orang. Pilihan temapt inap lainnya di homestay di daratan Teluk Kiluan. Sebaiknya pilih inap di Pulau Kiluan biar pagi-pagi bisa langsung ‘berburu’ lumba-lumba.

Untuk makan sudah disediakan pemilik homestay Rp 15.000 per orang dengan menu ikan segar.

Pengunjung tidak dikenakan tiket masuk ke Kiluan, kecuali ke pantai-pantai yang sudah dikelola antar lain Pantai Klara dengan Tiket Masuk Rp 5.000 dan Pantai Mutun Rp 5.000 per orang.

Musim kemarau seperti sekarang ini merupakan waktu terbaik untuk melihat lumba-lumba beraksi di Kiluan, terutama bulan April – September.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kamis, 15 September 2011

Palu Festival Film Ramaikan Festival Teluk Palu 2011

Ada 10 film yang akan meramaikan Festival Teluk Palu (FTP) 2011 yang akan di gelar di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) pada 16-18 September 2011 sekaligus Pekan Raya Palu. Kesepuluh film tersebut akan ditampilkan dengan konsep layar tancap di 5 titik di Kota Palu. Ada apa lagi?

Kadisbudpar Kota Palu Sudaryano Lamangkona mengatakan FTP 2011 juga akan disi dengan fashion show di atas Jembatan Wisata Teluk Palu selama 2 jam. ”Ada sekitar 40 peserta yang akan tampil di fashion show, memperagakan aneka pakaian dari sejumlah perancang busana lokal di catawalk sepanjang 400 meter,” jelas Sudaryano yang juga menjadi Ketua Panitia FTP 2011.

Sampai saat ini, lanjutnya baru 3 kabupaten dari 10 kabupaten se-Sulteng yang akan ikut FTP 2011 yakni Kabupaten Donggala, Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten termuda Sigi. Selain itu ada 4 kabupaten dari luar Suteng yang juga akan hadir yakni Kabupaten Mamuju, Mamuju Utara, Majene, dan Kabupaten Gorontalo Utara.

Acara pembukaan FTP 2011 akan dimeriahkan dengan karnaval budaya yang dimulai di Pantai Talise Kota Palu dengan finish depan Kantor Gubernur Sulteng di Jalan Sam Ratulangi, pada Jumat sore, (16/9/2011).

Karnaval budaya bertema "Palu City for All dan Palu Green and Clean” tersebut akan diikuti komunitas etnis, organisasi masyarakat, organisasi Kepemudaan, lembaga pendidikan, organisasi sosial, sanggar seni, satuan kerja perangkat daerah, dan stake holder.

Kamai makava ri Palu, maramba magasa, ngatata singgani atau mari datang ke Palu, hijau, indah dan bersih, kota kita semua," ajak Kahar, penanggngujawab karnaval.

FTP 2011 akan berakhir tanggal 18 September. Acara penutupannya, kata Sudaryano diisi dengan Pesta Kembang Api Spektakuler berdurasi 15 menit di Teluk Palu yang berlatarbelakang Jembatan Wisata Teluk Palu yang dikenal sebagai icon Kota Palu.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

UNESCO Bahas Pemanfaatan Cagar Biosfir di Riau

Indonesia, salah satu dari 3 negara yang memiliki cagar biosfir atau cagar alam terpadu berstatus internasional di dunia. Tak berlebihan bila UNESCO memilih Indonesia sebagai tuah rumah pertemuan untuk membahas pemanfaatan cagar biosfir. Riau menjadi lokasi pertemuan yang akan diikuti delegasi dari 17 negara.

Sterring Committee panitia lokal M Ramli Walid menjelaskan alasan mengapa Riau terpilih sebagai tuan rumah karena memiliki Cagar Biosfir Giam Siak Kecil (GSK) tepatnya di Kabupaten Bengkalis dan Siak yakni. Dua negara lainnya yang memiliki cagar biosfir adalah Brazil dan Kongo.

”Pertemuan pembahasan pemanfaatan cagar biosfir selalu digelar di ketiga negara tersebut. Dan kini giliran Indonesai sbagi tuan rumah,” jelasnya.

Venue pertemuan yang dimotori UNESCO ini, lanjut Ramli akan berlangsung di Hotel Labersa, Kabupaten Kampar yang berbatasan dengan Pekanbaru pada 4-8 Oktober 2011. “Rencana akan dibuka Menteri Kehutanan Zulkifli Saleh,” tambahnya.

Isi pertemuan ini, lanjutnya berupa diskusi dan seminar soal lingkungan. ”Selanjutnya para delegasi akan mengunjungi GSK. Satu malam di Giam, Siak dan satu hari di Siak Kecil, Bengkalis,” ungkap Ramli yang juga merupakan Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Riau.

Ke 17 negara yang bersedia hadir adalah Brazil, Kongo, Jepang, China, sejumlah negara Asean, dan Korea Selatan sebagai undangan serta Indonesia sebagai tuan rumah.

Cagar biosfir GSK total luasnya 178.722 hektar,terdiri atas kawasan Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil 84.967 hektar dan kawasan Bukit Batu (Bengkalis) seluas 21.500 hektar. Unesco telah menetapkan kawasan ini sebagai cagar biosfir pada akhir 2009 lalu.

Kata Ramli, Juni lalu, sepuluh orang anggota delegasi Indonesia dan tiga staf Kedutaan Indonesia di UNESCO melakukan kunjungan ke Cagar Biosfer de Fountainebleau et du Gatinais, sekitar 60 Km dari Paris.

Peserta kunjungan diterima pejabat dari Kantor Kehutanan Nasional Perancis dan lembaga pengelolaannya yang menjelaskan panjang lebar tentang cagar seluas 100.000 hektar tersebut.

Sebenarnya keanekaragaman hayati cagar biosfir di Prancis tersebut lebih sedikit dibanding yang dimiliki GSK. ”Tapi mereka begitu serius menjaga dan mengelolanya dengan baik,” terangnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Rabu, 14 September 2011

Kawasan Wisata Mandalika Ditaksir Investor Dalam dan Luar Negeri


Kawasan Wisata Mandalika, Lombok bagian Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB) dilirik sejumlah investor dalam dan luar negri. Investor lokal yang berminat antara lain Perusahaan Nasional PT Panasonic Gobel dan masih ada beberapa lagi termasuk investor dari mancanegara.

Demikian disampaikan Menbupar Jero Wacik usai rapat dengan sejumlah menteri di Jakarta, Rabu (14/9/2011) terkait Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dicanangkan Presiden SBY beberapa bulan lalu.

Sebelumnya Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Radjasa mengatakan pada 22 Juli lalu, pemerintah memutuskan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata di NTB. “Pertama, Bandara Internasional Lombok yang baru kan diresmikan bulan depan. Disusul peresmian kawasan pariwisata di Mandalika sebagai alternative baru selain Bali,’’ jelasnya.

Khusus Kawasan Wisata Mandalika, tambah Hatta, pemerintah menetapkan areal seluas 1.200 hektar di Lombok bagian Selatan sebagai kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Nasional. “Untuk membangun kawasan wisata tersebut dibutuhkan dana 2 triliun”, kata Hatta.

Hatta optimis, Kawasan Wisata Mandalika dapat memicu pertumbuhan wirausaha baru dan meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. “Dengan percepatan pembangunan di NTB, termasuk pembangunan kawasan wisata Mandalika, NTB tidak boleh lagi menjadi daerah tertinggal,” harap Hatta.

Di samping mengembangkan pariwisata, lanjutnya, pemerintah akan meningkatkan pertanian di NTB dengan membangun waduk dan pengembangan kerajinan gerabah serta peternakan.

Jero Wacik menambahkan bahwa dana 2 triliun untuk pengembangan Kawasan Wisata Mandalika bukan berasal dari APBN. “Dana itu belum ada, sedang dicari. Salah satunya dari investor yang tertarik menanamkan modalnya di Mandlaika,” terangnya lagi.

Dan Jero Wacik yakin, kalau Bandara Internasional Lombok yang baru sudah jadi dan diresmikan, akan semakin banyak investor yang berinvestasi di bidang pariwisata terpadu itu.

Semula Kawasan Wisata Mandalika itu hendak digarap perusahaan Dubai, Emaar Properties LLC, namun batal karena terkena dampak krisis finansial global pada akhir 2008.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Promo Komodo di Negeri Kangguru


Sejak keluar dan putus hubungan dengan Yaysan News7wonders, Indonesia mempromosikan sendiri Taman Nasional Komodo (TNK) ke sejumlah negara dengan brand baru Komodo: The Real Wonder of the World. Setelah berpromosi Sydney, Australia 8-9 September 2011, Kemenbudpar berencana ke Chicago dan negra-negara di kawasan Asia.

Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenbudpar Sapta Nirwandar mengatakan kampanye Komodo: The Real Wonder of the World menjadi tugas Kemenbudpar. “Tiap tahun kita akan berkampanye brand baru ini, baik di dalam maupun luar negeri,” jelasnya di Jakarta usai meresmikan TIME, Selasa (13/9/2011).

Promo ke Australia ini, lanjutnya untuk menjaring wisman Australia agar datang ke sejumlah destinasi yang ada NTT. “Komodo sebagi alat saja, diharapkan nantinya wisman Autralia selain berkunjung ke Komodo juga ke obyek-obyek lain di NTT seperti Kelimutu, dan lainnya,” tambahnya.

Australia dipilih sebagai negara tujuan promosi Komodo mengingat jumlah wisman asal negeri Kangguru ini cukup signifikan. “Sampai saat ini sudah 800ribu wisman Australia yang ke Indonesia. Targetnya tahun ini capai 1 juta orang,” kata Sapta.
Selama ini, lanjutnya, wisman Australia masih memilih Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata utamanya. “Jumlah wisman asal Asutralia berada diperingkat teratas untuk Bali, sedangkan untuk Indonesia berda diposisi ketiga,” ungkapnya.

Untuk menggenjot jumlah wisman Australia, salah satunya dengan berpromo komodo ini. Di Australia, promosi komodo dikemas dengan mempertontonkan aksi komodo di Kebun Binatang Turangga. Selain warga, sejumlah travel agent asing dari berbagai wilayah di Australia diundang untuk melihat langsung aksi komodo.

“Setelah Australia rencananya promosi komodo bertajuk “Komodo Night in Sydney” dalam kemasan persembahan musik dilanjutkan ke Chicago, Amerika Serikat 22 September, dan selanjutnya ke beberapa negara di Asia,” papar Sapta.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Indonesia Gelar Kontes Pramuwisata Tingkat ASEAN


Sukses menggelar kontes pemandu wisata nasional, Indonesia mengadakan ajang pemilihan figure pramuwisata profesional dan berkompeten dalam mendukung sektor pariwisata serupa skup ASEAN. Sebagi tuan rumah, Indonesia menargetkan menjadi pemenang dan bahkan akan menggelar kontes serupa di tingkat dunia.

Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kemenbudpar mengatakan Kontes Pramuwisata Tingkat ASEAN atau ASEAN Tourist Guides Contest (ATGD) pertama tahun 2011 ini akan digelar di Yogyakarta, 24-28 September 2011. “Indonesia inisiator ATGD ini,” kata Firmansyah di Jakarta, Rabu (14/9/2011).

Sebagai uji coba, Indonesia menggelar kontes pramuwisata tingkat nasional Juni 2010 di Bali. “Kontes tingkat dalam negeri itu menjadi desain awal kontes tingkat ASEAN. Kriteria-kriteria penilaiannya yang cocok untuk tingkat ASEAN akan diterapkan, “terangnya.

Divisi infrastruktur ASEAN Eddy Krismeidi mengatakan inisiatif ini sebenarnya sudah lama digodok saat terbentuknya organisasi pramuwisata se-ASEAN (SEATGA) di Bukittinggi, Sumbar, 2008 lalu. “Setelah mengadakan meeting tingkat ASEAN beberapa kali dan terakhir meeting di Laos Juli 2011 dengan keputusan menggelar kontes pramuwisata tingkat ASEAN final,” kata Eddy.

Kendati baru pertama kali digelar, kontes ini sudah masuk kalender pariwisata ASEAN. “Rencananya akan digelar setiap 2 tahun sekali, dan tuan rumahnya bergilir,” tambahnya.

Peserta ATGD I yang sudah mendaftar sampai hari ini ada 17 orang dari 8 negara yakni Singapura, Filipina, Kamboja, Laos, Thailand, Brunei, Myanmar, dan Indonesia selaku tuan rumah. Setiap negara hanya diizinkan mengirimkan 2 orang. “Malaysia belum mendaftar, diharapkan ikut biar lengkap,” kata Firmansyah.

Peserta Indonesia di ATGC pertama ini diwakili Juara I Indonesia Guide Contest 2010 Fahrurrozi dari NTB dan Juara II Punandatu dari Kaltim serta Juara III Mujahier dari Aceh sebagai pendamping.

Sekjen HPI Hawwid Raden mengatakan Indonesia menargetkan masuk final. “Bahkan optimis bukan sekadar menjadi finalis tapi menjadi juara pertama,” harapnya.

Kriteria yang akan diuji dalam ATGC 2011, lanjut Hawwid ada tiga point yakni presentasi pramuwisata mulai dari penyambutan wisatawan di airport hingga ceck in di hotel, presentasi obyek-obyek wisata di negaranya, dan penguasaan teknologi informatika atau IT. “Kebetulan pada kontes pramuwisata tingkat nasional, ketiga kriteria ini dipakai,” akunya.

Venue ATGC pertama di Hotel Phoenix, Yogyakarta rencananya dibuka Sri Hamengkubowono pada tanggal 25 September 2011. “Pemberian hadiah bagi para pememangnya pada tanggal 27 September di Candi Prambananan,” terang Firmansyah.

Hadiah yang disediakan panitia, baru berupa trophy dan piala. “Hadiah berupa uang pembinaan masih sedang dibahas berapa besar jumlahnya,” tambah Hawwid.

Yang pasti, lanjutnya Kemenbudpar menyediakan tiket pesawat pp untuk masing-masing peserta dari negara asal dan fasilitas akomodasi serta berwisata di sekitar kota Yogyakarta. “Rencananya nanti Indonesia juga akan bikin kontes serupa untuk tingkat dunia,” tutup Hawwid.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Tri Akbar Handoko, Pusat Komunikasi Publik, Kemenbudpar

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP