Siapa yang Bertanggungjawab atas Musibah Erupsi Marapi?
Begitu pertanyaan paling tajam dan berulangkali saya terima dari sejumlah pembaca setia lewat pesan WA atas tulisan terkait erupsi Merapi tersebut yang tayang di weblog TravelPlus Indonesia.
Sederet pertanyaan terkait lainnya juga dilontarkan beberapa warganet di kolom komentar postingan tulisan tersebut dan ucapan belasungkawa atas musibah erupsi Marapi yang saya unggah di akun IG @adjitropis baru-baru ini.
Sederet pertanyaan lainnya berbunyi seperti ini: Saat erupsi gunung Marapi berstatus apa ya Om? Apakah diumumkan oleh pihak terkait tentang status itu, imbauan dan dampaknya bagi pendaki? Apakah pendakian umum memang tetap dibuka jelang erupsi? Kalau ditutup apakah ada sosialisasi dan kenapa masih banyak yang mendaki Marapi sampai puncaknya saat itu?
Pertanyaan berikutnya: apakah tidak ada peringatan dini akan terjadi erupsi Marapi sebelum tanggal 3 Desember 2023? Apakah benar pihak terkait tidak memiliki peralatan yang bisa mendeteksi dengan cepat Marapi akan erupsi? Kalau punya kenapa tidak segera disiarkan peringatan dilarang mendaki?
Ada pula yang bilang kalau pihak terkait tidak mampu beli peralatan pendeteksi erupsi gunung yang canggih, kenapa pemerintah Indonesia tidak membantunya?
Ada pula yang menyarankan begini: kalau pihak terkait ataupun pemerintah Indonesia tidak mampu membeli peralatan tersebut, sebaiknya diadakan penggalangan donasi yang terbuka untuk masyarakat umum agar peralatan itu bisa terbeli.
Terakhir pertanyaan seperti yang menjadi judul tulisan ini yakni siapa yang bertanggungjawab atas musibah erupsi Marapi?
Sederet pertanyaan yang juga ramai dilontarkan penghuni/anggota beberapa WAG pendaki tersebut, tentu saja tidak bisa saya jawab, karena bukan kapasitas saya untuk menjawabnya. Oleh karena itu saya buat tulisan ini yang berisi sederet pertanyaan tersebut dengan harapan bisa sampai ke pihak-pihak terkait.
Soal apakah sudah ada pihak terkait yang bertanggungjawab dan apa bentuk tanggungjawabnya atas musibah tersebut, saya pun tidak bisa menjawabnya.
Satu hal yang pasti, berdasarkan pengalaman saya mendaki Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar lewat jalur pendakian Koto Baru sampai puncaknya yang berketinggian 2.891 meter diatas permukaan laut (Mdpl) pada tahun 2016, pertama kali sampai di kawasan puncaknya saya sudah terpesona lebih dulu karena seperti berada di planet lain sekalipun secara bersamaan merasakan kawasan puncaknya sangat rawan erupsi.
Vibes seperti di planet lain itu mulai saya rasakan setelah melewati trek Cadas yakni trek bebatuan yang menjadi leher gunung ini, tepatnya mulai dari Tugu Abel, lalu Lapangan Bola alami, dan trek menuju Puncak Merpati, puncak tertinggi Gunung Marapi. Trek menuju Puncak Merpati lumayan terjal dengan kemiringan sekitar 45 derajat.
Ditambah lagi di kawasan puncaknya terbilang sangat luas karena gunung ini berjenis complex volcano. Di sana terdapat lima kawah yakni Kaldera Bancah, Kapundan Tuo, Kabun Bungo, Kapundan Bongso, dan Kawah Verbeek atau Kapundan Tenga serta lapangan solfatara-nya yang bernama Sibangor Julu.
Melihat semua itu, jujur selain terpesona saya juga khawatir, takut kalau salah satu dari kawahnya atau bahkan semuanya bersamaan meletus.
Lantaran sudah terpesona lebih dulu, kekhawatiran itu agak terkesampingkan. Apalagi saat itu saya dan 2 rekan pendaki (Bojex & Ikha) tengah bikin konsep ngantor di gunung sehingga agak lama juga berada di kawasan puncak untuk pengambilan gambar yang selaras dengan konsep tersebut.
Padahal sejujurnya waktu pertama berada di kawasan puncak Merpati, hati saya sudah bilang supaya jangan lama-lama berada di sana. Untung saja saat itu aman-aman saja. Andai saja terjadi erupsi seperti tanggal 3 Desember 2023, mungkin saya dan 2 rekan serta sejumlah pendaki lain sudah menjadi korban.
Setelah turun dari puncak dan kemudian melewati Cadas hingga akhirnya bertemu kawasan hutan, saya tak berhenti berucap bersyukur: Alhamdulillah, karena tidak ada erupsi.
Namun jujur, saya akui menyesal karena waktu itu lumayan lama berada di kawasan puncak. Sejak itu saya berjanji, kalau nanti nanjak Marapi lagi atau mendaki gunungapi aktif lainnya dimanapun, tidak akan mengulangi hal yang sama alias tidak berlama-lama di kawasan puncak sekalipun kondisinya berstatus normal.
Naskah & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis & Tiktok @FaktaWisata.id
Captions:
1. Trek menuju Merpati, puncaknya Gunung Marapi.
2. Salah satu memorial di Gunung Marapi.
3. Kawasan puncak Marapi dengan beberapa kawah, vibes-nya seperti di planet lain.
4. Dua rekan pendaki menuju puncaknya Marapi.
Cat.: lewat tulisan ini, saya & TravelPlus Indonesia kembali berucap belasungkawa kepada seluruh pendaki yang menjadi korban luka-luka maupun yang meninggal dunia. Khususnya mereka yang meninggal dunia semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya & keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, #prayformarapi, Alfatihah 🤲.
0 komentar:
Posting Komentar