. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 27 Desember 2023

Menggali Sejarah Stasiun Rangkasbitung Lewat Walking Tour, Pernah Disinggahi Presiden Soekarno


Stasiun Rangkasbitung yang punya sejarah panjang lalu berstatus cagar budaya dan kini tengah dalam proses pembangunan menjadi stasiun berwajah modern bernama Rangkasbitung Ultimate, ternyata dulu pernah disinggahi presiden pertama RI, Soekarno.

Fakta sejarah itu diungkapkan Acep Nazmudin selalu story teller dalam acara walking tour sejarah di Rangkasbitung yang diadakan komunitas Menjejak Lebak.

"Mungkin ada yang belum tahu, Presiden Soekarno pernah berkunjung ke Rangkasbitung tahun 1957. Beliau singgah di Stasiun Rangkasbitung naik Kereta Luar Biasa," ungkap Acep di halaman depan bagian luar stasiun yang lebih dikenal masyarakat setempat dengan bentuk singkatnya Stasiun Rangkas ini, Sabtu (23/12/2023).


Sebagai meeting point walking tour yang mendapat dukungan dari Info Rangkasbitung, lanjutnya stasiun yang terletak di Kelurahan Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung ini merupakan stasiun bersejarah di Kabupaten Lebak sekaligus di Provinsi Banten. "Stasiun Rangkasbitung juga merupakan stasiun terbesar di Banten yang saat ini tengah dibangun menjadi stasiun yang lebih besar," tambah Acep yang mengenakan kaos lengan pendek warna hijau dengan tulisan Menjejak Lebak berwarna putih dan kuning di bagian depan.

Stasiun yang nama sebelumnya adalah Rangkas Betoeng ini termasuk bangunan bersejarah karena stasiun kereta api kelas besar tipe A ini dibangun pada masa kolonial Belanda oleh perusahaan kereta api negara Belanda, Staatsporwegen atau disingkat SS. "Stasiun Rangkasbitung dibangun tahun 1897 kemudian dibuka pada tanggal 1 Oktober 1899," terangnya.

Saat Acep menjelaskan sejarah berdirinya stasiun yang terletak berdekatan dengan pasar dan pertokoan Rangkasbitung ini, terdengar sirene kereta lokal dari arah Stasiun Merak memasuki Stasiun Rangkasbitung. "Sebentar ada kereta lewat," ujarnya.

Ketika kereta lokal itu memasuki Stasiun Rangkasbitung, belasan peserta walking tour sejarah yang terdiri atas beberapa pelajar SMK dan juga pegawai swasta, kompak mengarahkan pandangan ke arah kereta tersebut.


Acep kembali melanjutkan cerita sejarah stasiun yang bangunan stasiun dan deponya tercantum dalam Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya dengan No. Regnas KB004983 ini.

Stasiun yang kini pemiliknya adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan pengelolanya KAI Commuter ini menjadi bukti kalau Rangkasbitung dulunya (era tahun 1900-an) merupakan kota penting terutama buat kolonial Belanda. "Di era itu banyak warga Belanda yang datang ke Rangkasbitung, salah satu tujuannya adalah bisnis karena di sini banyak perkebunan karet dan kopra," jelas Acep.

Setelah Stasiun Rangkasbitung, walking tour sejarah Rangkasbitung juga menyinggahi beberapa bangunan bersejarah dan cagar budaya lainnya seperti Eks Mixoilie yang merupakan pabrik minyak terbesar di Asia Tenggara, rumah eks perkebunan, rumah keluarga Van Hellen, eks rumah wedana Cilegon, water toren Rangkasbitung, dan Museum Multatuli (sayangnya, hari itu tutup jadi hanya bisa melihatnya dari luar).

Usai istirahat sambil menikmati aneka kudapan, lanjut ke Residentie Regent Shapen van Lebak yang kini menjadi Rumah Dinas Bupati Lebak, lalu ke Eks Kantor Pusat Urusan Administrasi Perkebunan Karet milik NV Cultuur Maatschappij yang kini menjadi kantor DPRD Lebak, dan terakhir ke cagar budaya eks Rumah Dinas Eduard Douwes Dekker atau eks Rumah Multatuli.


Walking Tour Kelima
Menurut Andi, bagian dokumentasi Menjejak Lebak yang juga story teller, walking tour sejarah kali ini adalah yang kelima. "Empat walking tour sebelumnya berbayar, per peserta 100 ribu rupiah," terangnya.

Rizkoh, satu-satunya perempuan yang juga bertugas sebagai story teller di Komunitas Menjejak Lebak menambahkan setiap walking tour yang diadakan jumlah pesertanya dibatasi hanya 15 orang.

Walking tour kali ini tidak berbayar alias free dan ada kuis dengan hadiah voucher gratis nonton di semua jaringan bioskop CGV buat peserta yang berhasil menjawab pertanyaan dari panitia.

Selain itu setiap peserta juga mendapatkan minuman segar serta aneka kudapan. "Salah satunya Jojorong, kudapan khas Lebak yang terbuat dari tepung beras, tepung tapioka dan gula merah yang ditempatkan di wadah daun pisang berbentuk seperti mangkuk kecil lalu dikukus sampai matang," terang Rizkoh di samping Museum Multatuli saat peserta walking tour beristirahat siang sejenak.


Amatan TravelPlus Indonesia yang meliput walking tour ini dari awal sampai akhir menilai seluruh pesertanya begitu antusias.  Sekalipun cuaca panas, mereka semua mengikuti kunjungan sejarah sampai selesai.

Di WAG Walking Tour Menjejak Lebak X Info Rangkasbitung yang dihuni 18 orang, beberapa peserta walking tour mengutarakan kesannya. "Terima kasih banyak untuk kakak-kakak keren tim Menjejak Lebak dan Info Rangkasbitung, sukses selalu. Terima kasih juga buat teman-teman yang ikut walking tour hari ini, semoga bisa ketemu lagi," tulis Novia Dwi Nur Asih.

Begitupun dengan Erlan dari Cilegon. Dia berucap terima kasih banyak buat buat tim panitia dan teman-teman peserta yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Ridwan dari Tangerang pun berucap serupa. "Terimakasih juga untuk ilmu dan informasi sejarah yang telah disampaikan tadi, semoga di tour berikutnya bisa bertemu lagi," ungkapnya.

Sebelum pulang ke rumah masing-masing, beberapa peserta walking tour berwisata kuliner di Rangkasbitung sekalian makan siang.

Ameliya dari Slipi Jaya Jakarta dan teman barunya makan siang di Rumah Makan (RM) Ramayana yang terkenal dengan menu sop buntut, sate dan es cendolnya. "Dari Stasiun Rangkasbitung jalan dikit aja. Itu RM legend, semuanya tahu," ujarnya memberi tahu.

TravelPlus dan Erlan tak mau ketinggalan. Usai salat asar di Masjid Agung Al-A'Raaf di seberang Alun-alun Rangkasbitung, juga sempatkan kuliner street food Mie Ayam, Bakso, dan gorengan otak-otak di depan pertokoan depan Stasiun Rangkasbitung.


Walking tour sejarah dipadukan dengan kulineran setempat bisa jadi pilihan berwisata yang bukan hanya menambah pengetahuan, pun pengalaman yang berkesan dan menyenangkan.

Karena itulah TravelPlus memproyeksikan  walking tour alias wisata berjalan kaki menjelajah ragam daya tarik sebuah kota/daerah (baik itu bangunan bersejarah/cagar budaya, berburu aneka kuliner, ke obyek-obyek wisata, menikmati atraksi seni budaya, dan lainnya), bila digarap menarik dan dipublikasikan serius bakal menjadi salah satu tren wisata 2024.

Naskah & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, TikTok @FaktaWisata.id


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP