Tujuh Kiat Sukses Rekam Sunrise Sagara
Berhasil melihat dan mengabadikan pesona matahari terbit (sunrise) di puncak Gunung Sagara, menjadi dambaan banyak pendaki. Supaya bisa seperti itu, jelas diperlukan kiat tersendiri.
Kebetulan baru-baru ini, TravelPlus Indonesia sukses merekam salah satu pemandangan istimewa yang ada di puncak gunung yang basecamp pendakiannya berada di Kampung Sagara, Desa Tenjonagara, Kecamatan Sucinaraja, sekitar 18 Km dari pusat Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Sekurangnya ada tujuh (7) kiat sukses yang TravelPlus terapkan untuk bisa mengabadikan sunrise di Puncak Sagara yang berketinggian 2.132 meter di atas permukaan laut (Mdpl).
Pertama, memilih waktu pendakian yang tepat yakni saat musim panas. Kenapa? Karena peluang bisa melihat dan mengabadikannya sangat besar dibanding di musim hujan.
Kapan musim panas itu? Indonesia salah satu negara yang hanya punya dua musim yakni musim hujan yang biasanya terjadi mulai bulan November sampai Februari. Selanjutnya Maret - April biasanya masuk peralihan dari musim hujan ke musim panas, artinya kadang masih terjadi hujan di beberapa gunung.
Sementara musim panas biasanya berlangsung mulai Mei sampai Agustus. Bulan berikutnya September - Oktober masuk peralihan dari musim panas ke musim hujan. Artinya hujan mulai turun di beberapa gunung.
Apakah semua gunung seperti itu? Jawabannya tidak. Ada beberapa gunung yang intensitasnya hujannya tetap tinggi sekalipun di musim panas, contohnya Gunung Salak yang berada di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Nah, kalau Anda ingin mendapatkan sunrise Sagara, sebaiknya memilih pendakian pada musim panas. Sebaliknya bila Anda justru ingin mendapatkan nuansa hutan berkabut tebal, beratmosfer misteri atau agak sedikit horor namun artistik, serta ingin merasakan sensasi nanjak diguyur hujan dengan trek becek dan licin, mendakilah saat musim hujan.
Ingat, mendaki di musim hujan jangan berharap terlalu tinggi mendapatkan sunrise Sagara. Andai Anda temukan, itu berarti bonus.
Kedua, melakukan pendakian dalam kelompok kecil (small group) agar pergerakannya lebih lancar dan cepat.
Kenapa? karena peserta yang sedikit, biasanya terdiri atas 3 - 6 orang, kemungkinan ada yang sakit dan lainnya itu sangat kecil. Kelebihan lainnya, lebih mudah memantau dan mengatur anggotanya.
Sebaliknya kalau melakukan secara massal atau pendakian massal (penmas) yang terdiri atas belasan sampai puluhan peserta, biasanya ada saja pesertanya yang sakit, mendadak datang bulan, jalannya super lambat seperti keong karena kurang persiapan fisik, dan atau halangan lain yang membuat waktu pendakian menjadi molor alias lebih panjang.
Sewaktu mendaki Sagara, TravelPlus melakukannya bersama 3 orang pendaki urang Sunda yakni Ramdan, pendaki lawas asal Cileunyi Bandung serta dua pendaki muda Aden dan Yulia yang sama-sama berasal dari Tasikmalaya.
Kenapa? Karena pada saat itu sinar matahari sudah tidak terlalu terik, jadi tidak terlalu menguras keringat.
Kami memulai pendakian sekitar pukul 3 sore dari basecamp merangkap loket registrasi dan gerbang pendakian Sagara. Tapi kalau Anda melakukan penmas, ada baiknya memulainya lebih awal, minimal selepas makan siang dan salat zuhur agar tidak terlalu larut sampai di pos nge-camp.
Keempat, mengisi air bersih untuk keperluan masak di Pos I (satu). Kenapa? Karena hanya di pos itulah tersedia sumber air.
Cara mengambil airnya dengan mencopot
selang kecil agar air yang mengalir dari gunung ke perkampungan itu keluar dari selang tersebut.
Kalau Anda berencana masak di tempat nge-camp, apalagi masak nasi, mie rebus, buat seduh kopi, teh, dan lainnya yang membutuhkan air sebaiknya mengisi persediaan air bersih di pos tersebut, sebagaimana kami lakukan.
Di pos itu, Aden mengisi air ke dalam 4 botol plastik yang masing-masing berkapasitas 1 liter. Dua botol kemudian dibawa Aden dan 2 botol lagi TravelPlus yang bawa dengan menggunakan kantong hitam bertuliskan Wonderful Indonesia.
Oiya, setelah selesai mengisi air, jangan lupa menyambungkannya lagi selang tersebut agar airnya tetap mengalir ke perkampungan.
Kiat kelima, memilih lokasi nge-camp di puncak Sagara atau tempat terdekat dengan puncak. Kenapa? Supaya paginya tidak kesiangan atau terlambat melihat dan mengabadikan sunrise.
Kalau memilih lokasi nge-camp di puncak Sagara, sebaiknya Anda datang lebih awal agar kebagian tempat. Maklum area datar di puncak Sagara sangat terbatas.
Bila sudah penuh, pilihan tempat ngecamp terbaik lainnya, yakni di bagian bawah yang berjarak sekitar 50 meter dari puncak, seperti yang kami terapkan.
Di Pos IV memang ada tempat nge-camp namun terlalu jauh summit attack-nya. Dikhawatirkan, terlambat mengejar sunrise, terlebih kondisi trek dari Pos IV ke puncak Sagara terbilang terjal.
Keenam, mengabadikan sunrise Sagara sesuai dengan ciri khas atau karakter alamnya. Kenapa? Supaya orang atau publik yang melihatnya tahu bahwa sunrise Sagara punya ciri khas tersendiri yang berbeda dengan sunrise di puncak gunung-gunung lain.
Apa ciri khas sunrise Sagara? Berdasarkan amatan TravelPlus, selain mencuatkan cahaya keemasan, berlatar depan lautan atau samudera awan dengan beberapa puncak gunung yang ada di Jawa Barat dan kawah Talaga Bodas, juga berlatar depan ranting pepohonan yang menambah keartistikannya.
Nah, supaya mendapatkan ciri khas sunrise Sagara, Anda harus menyertakan semua itu termasuk ranting pepohonan itu masuk atau in frame ke dalam foto atau video Anda, sebagaimana TravelPlus buat.
Kiat terakhir atau ketujuh, mempublikasikan pesona sunrise Sagara ke publik sekreatif mungkin lewat ragam media sosial (medsos) maupun media online seperti website ataupun weblog.
Kenapa? Supaya salah satu daya tarik yang dimiliki Gunung Sagara itu semakin terekspos luas sehingga publik khususnya para pendaki di Tanah Air maupun mancanegara jadi tahu lalu tertarik datang untuk melakukan pendakian.
Sekreatif disini bisa berupa foto dan atau video yang keren disertai captions yang informatif dan tak lupa memuat imbauan rumah lingkungan atau pendakian yang pro konservasi agar kearsian alam Gunung Sagara tetap lestari. Bisa juga berupa puisi yang indah, lirik serta lagu yang sesuai, dan atau berupa tulisan/artikel yang menarik.
Dengan niat baik melakukan publikasi seperti itu, secara tidak langsung Anda sudah turut memajukan sektor Parekraf (pariwisata dan ekonomi kreatif) setempat, khususnya wisata alam pendakian gunung.
TravelPlus sendiri melakukan hal itu yakni dengan membuat sejumlah konten (foto, video, lagu bahkan tulisan) terkait pesona sunrise Sagara yang kemudian disebarluaskan via ragam medsos seperti akun Instagram (IG) @adjitropis, FB Adji Kembara Tropis, TikTok @faktawisata.id, Twitter @AdjiTropis, dan YouTube @Kelana180 serta link-nya juga dibagikan ke sejumlah WA dan WAG.
Itulah 7 kiat sukses merekam sunrise Sagara versi TravelPlus, semoga bermanfaat dan bisa menjadi bahan acuan buat Anda yang berencana nanjak Sagara dengan tujuan melihat dan mengabadikan pesona matahari terbitnya.
Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis
0 komentar:
Posting Komentar