Belanja di Warung Warga, Bikin Nanjak Gunung Bermanfaat Lebih
Banyak cara yang bisa kita lakukan sebagai pendaki agar pendakian gunung berikutnya bukan hanya bermanfaat untuk diri sendiri, pun buat masyarakat setempat. Salah satunya dengan belanja di warung milik warga.
Apa manfaatnya? Dengan belanja di warung warga yang berada di desa kaki gunung yang akan kita daki atau di basecamp (BC) dan sekitarnya, entah itu warung sembako atau kelontong, warung nasi, warung kopi, kedai bakso, dan lainnya berarti kita sudah ikut menambah pendapatan warga lokal atau dengan kata lain kehadiran kita, punya manfaat lebih buat mereka.
Bagaimana caranya agar bisa seperti itu? Usahakan jangan borong semua logistik untuk keperluan selama pendakian di swalayan yang ada di kota asal atau di mini market di kota terdekat dengan gunung yang akan didaki. Beli yang perlu-perlu saja, yang sekiranya tidak ada di warung penduduk seperti obat-obatan pribadi, makanan/minuman favorit, baterai buat headlamp, madu, dan lainnya.
Sisa logistik lainnya, seperti mie instan, air mineral, makanan ringan dan lainnya bisa kita beli di warung warga.
Cara seperti itu kerap TravelPlus Indonesia saat melakukan pendakian. Contohnya sewaktu mendaki Gunung Arjuno, sebelum naik mobil pickup atau bak terbuka dari pos pendaftaran pendakian di Sumber Brantas, Kota Batu, sempatkan membeli dua bungkus bakso malang; ketika di puncak Gunung Cikuray via Pemancar, Kabupaten Garut membeli bakso cuanki dan beberapa stiker; saat turun dari Gunung Tampomas via Padayungan, Kabupaten Sumedang luangkan waktu mampir ke warung bakso di desa setempat; dan sewaktu nanjak Burangrang sempat membeli kopi, mie rebus, seblak, gantungan kunci, dan gelas kaleng bertuliskan gunung tersebut di warung milik Dodi, warga setempat yang berada di BC Burangang via Legok Haji, Kabupaten Bandung Barat.
Contoh lainnya, baru-baru ini sebelum nanjak Puncak Dinding Ari Gunung Galunggung yang berada di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat jelang Ramadan lalu, selain belanja di mini market di pusat Kecamatan Singaparna, TravelPlus juga membeli beberapa keperluan lain di warung kelontong warga di desa dimana BC jalur pendakian (japen) itu berada yakni di Desa Cidugaleun, Kecamatan Cigalontang.
Cara lainnya, upayakan pula belanja makanan/minuman di warung lokal sekalipun hanya mie rebus, aneka gorengan, kopi, teh manis, bakso, nasi bungkus buat bekal di perjalanan pendakian, dan lainnya.
Hal itu pun TravelPlus lakukan usai mengunjungi Curug Ciparay sebelum melakukan pendakian ke Dinding Ari Galunggung dengan membeli beberapa jenis makanan dan minuman sebagaimana tertera di atas, di kedai dekat pos pembelian tiket masuk wisata curug tersebut.
Sebelum mendaki, juga sempat mampir beli 5 teh gelas di warung kecil masih di Desa Cidugaleun. Dan setelah turun, kembali lewat warung itu untuk membeli minuman teh dalam kemasan botol dan 4 sosis bakar.
Malamnya, TravelPlus makan bakso bersama rekan sependakian yang merupakan warga desa setempat yakni Tatang beserta Cipta, putranya yang masih kelas 1 SD dan Aden yang baru selesai ujian kelas 3 SMK serta Joe peserta pendakian dari Jakarta.
Bagaimana kalau makanan/minuman yang kita beli tidak sesuai harapan? Kiatnya biar tidak berujung kecewa, jangan pasang ekspektasi terlalu tinggi atau berharap apa yang kita beli itu seenak makanan yang biasa kita beli di kota asal.
Bila makanan yang kita beli di kaki gunung itu ternyata lumayan enak bahkan lebih enak dari tempat biasa kita beli di kota, anggap itu bonus. Ucapkan alhamdulilah dan kalau perlu direkomendasikan ke pendaki lain lewat konten video dan lainnya. Tapi kalau kurang atau bahkan tidak enak sama sekali, ya maklumi saja namanya juga di kampung atau di gunung. Toh, tujuan utama kita bukan semata kulineran melainkan menambah pendapatan warga setempat.
Selain belanja di warung warga, kegiatan apa lagi yang bisa kita lakukan agar pendakian gunung selanjutnya bermanfaat lebih juga buat lingkungan, sosial, keimanan serta kemajuan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf) setempat?
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan TravelPlus, kegiatan yang bisa membuat pendakian bermanfaat lebih buat lingkungan antara lain membawa logistik sesuai durasi pendakian atau dengan kata lain tidak lebay (berlebihan) untuk meminimalisir sampah sisa logistik, selalu membawa turun sampah sisa logistik sekalipun cuma bungkus permen dan puntung rokok, serta membuat konten video yang bermuatan konservasi ataupun peduli lingkungan untuk menambah ilmu pengetahuan sekaligus mengimbau pendaki lain agar senantiasa menjaga kebersihan/keasrian alam minimal di japen maupun di setiap pos pendakian sampai puncaknya.
Adapun aktivitas pendakian yang bermanfaat buat sosial, antara lain berkenalan dengan warga lokal dan tentunya dengan teman sependakian dari daerah lain lalu bersilaturahmi dengan baik sehingga bisa terus menjadi teman bahkan saudara baru.
Kegiatan yang bermanfaat buat keimanan antara lain, bila kita pendaki muslim/muslimah tetap menjalankan ibadah salat wajib saat pendakian ditambah berzikir, bersalawat, dan ber-tadabur alam.
Sementara kegiatan yang bermanfaat buat sektor Parekraf setempat antara lain membuat konten (entah itu tulisan, foto, video, lagi, dan lainnya) yang menarik dan informatif dengan tujuan mempromosikan daya tarik alam, buatan (kerajinan/souvenir), dan lingkungan gunung tersebut lalu diunggah di ragam medsos (IG, FB, Twitter, TikTok, YouTube, dan lainnya) serta tak lupa link-nya disebarluaskan ke orang/pihak/komunitas terkait via WA/WAG dan lainnya supaya publik tahu dan tertarik datang.
Itulah sederet cara dan kegiatan yang dapat kita terapkan jika ingin pendakian gunung berikutnya atau selepas Lebaran tahun ini bisa bermanfaat lebih. Semoga bermanfaat 🙏.
Naskah: Adji TravelPlus @adjitropis & @travelplusindonesia
Foto: adji & dok.rekan sependakian
0 komentar:
Posting Komentar