. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 01 Maret 2023

Ada Cinta di Waduk Cirata


Berwisata ke Waduk Cirata, Anda akan menemukan c.i.n.t.a. Bentuk dan rasa cintanya, bukan semata tentang belahan jiwa. Lalu ada cinta apa saja di sana?

Sehari usai mendaki Gunung Burangrang dari basecamp via Legok Haji, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, saya meluangkan waktu menyambangi Waduk Cirata. 

Ini kali kedua saya ke waduk yang mencakup 3 kabupaten ini yakni Bandung Barat, Purwakarta, dan Cianjur. Kali pertama saya ke waduk yang dibangun 1983 dan mulai dioperasikan 1988 ini pada tahun 90-an, lewat Cianjur.

Kunjungan kedua ke waduk yang berfungsi utama sebagai sumber PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) yang berasal dari Sungai Citarum ini, saya ditemani 4 orang pendaki muda, yakni Adit asal Bandung Barat, Ridho dan Dedy dari Bekasi, serta Tika pendaki perempuan yang juga dari Bandung Barat.


Saya berangkat dari rumah Adit yang berada di Kampung Margaluyu, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Cipeundeuy, masih wilayah Bandung Barat dengan sepeda motor, selepas makan siang dan salat zuhur. Begitupun dengan Ridho dan Dedy. Sedangkan Tika yang juga tinggal di Kecamatan Cipeundeuy, langsung ke Waduk Cirata dengan sepeda motor sepulang mengajar di salah satu SMK setempat.

Meeting point (mepo) atau titik kumpul (tikum) yang kami tuju bernama Kedai Cengkar.

Tak sampai 15 menit, kami sampai di kedai kopi yang beralamat di Jl. Sirnagalih - Cipendeuy, Desa Sirnagalih, masih di Kecamatan Cipeundeuy ini.

Di kedai yang berada di tepi jalan raya yang berasal mulus namun lalu lintasnya sangat lengang (sepi) siang itu, Tika sudah tiba lebih dulu.

Guru matematika itu masih mengenakan pakaian seragam mengajarnya. Atasan lengan panjang berwarna putih, bawahan panjang, dan jilbab warna hitam serta sepatu kets juga berwarna hitam.

Sewaktu melihat Ridho tiba di kedai yang view-nya menghadap langsung ke Waduk Cirata itu, wajah Tika nampak semringah
Begitupun dengan Ridho, terlihat berseri-seri ketika berjumpa Tika.


Saya menangkap sekilas ada sinaran c.i.n.t.a di antara kedua tatapan muda-mudi yang masih berstatus lajang itu. Kabar yang saya dapat dari beberapa pendaki lain sewaktu mendaki Gunung Burangrang pada Sabtu dan Minggu, katanya memang keduanya tengah menjalin hubungan (pacaran).

Setelah parkir motor di depan kedai kami langsung ke kasir untuk memesan makanan dan minuman. Saya pesan seporsi kentang goreng keju dan segelas hot thai tea, Ridho pesan kentang goreng dan ice red velvet, dan Deddy pesan chicken kentang plus good day ice. Tika sendiri sudah lebih dulu memesan minumannya. Sementara Adit, tidak pesan apa-apa karena sedang puasa sunah Senin.

"Ini alat pemanggilnya pak. Kalau nanti berbunyi semua pesanannya bisa diambil di kasir," jelas pekerja di kedai itu.

Usai pesan semua itu dan membayar tunai, kami turun ke bagian bawah kedai untuk mencari tempat duduk yang nyaman. Kami pilih tempat itu karena pemandangannya, Masya Allah luar biasa indah.

Saya pun langsung jatuh c.i.n.t.a dengan panorama yang disuguhkan. Sejauh mata memandang terhampar genangan permukaan air Waduk Cirata yang kabarnya mencapai luas 6.200 hektar, yang dikelilingi perbukitan berhutan lebat. 

Nuansa hijau mendominasi warna pemandangan waduk yang memang juga berfungsi sebagai objek wisata alam, budaya, dan kuliner ini.


Beberapa kali saya abadikan pesona menawan waduk yang kerap dikunjungi wisatawan dari Jabodetabek, Cianjur, Purwakarta, Bandung dan sekitarnya ini, lewat bentuk foto maupun video. 

Dedy pun sempat memandangi keelokan  yang ditawarkan Waduk Cirata dengan pandangan c.i.n.t.a, meskipun hanya sejenak.

Sementara Adit, karena sedang puasa dan mungkin sudah sering ke kedai ini, jadi dia hanya duduk-duduk santai. 

Melihat Adit tetap tegar menjalankan puasa sunah Senin, saya menangkap c.i.n.t.a-nya kepada Sang Maha Kuasa (baca: keteguhan imannya) begitu kuat, tak tergoyahkan.

Selain kami, di kedai yang mulai beroperasi tahun 2021 itu juga ada beberapa pengunjung lain yang duduk lesehan di bagian atas. Mereka semua datang ke tepian Waduk Cirata ini juga untuk merasakan c.i.n.t.a beragam bentuk, termasuk menikmati aneka menu pilihan.


Selain Kedai Cengkar yang juga menawarkan bermacam nasi goreng, spaghetti, mie goreng maupun rebus dan lainnya, di sekeliling Waduk Cirata juga terpadat rumah makan dan kedai lain yang menyajikan antara lain nasi liwet, ikan mas goreng, dan sate maranggi.

Bila Anda tertarik ingin menikmati c.i.n.t.a, termasuk berwisata air di waduk yang menjadi PLTA terbesar di Asia tenggara yang mengaliri listrik di wilayah Jamali (Jawa, Madura, dan Bali ) ini, ada beberapa alternatif rutenya. 

Kalau Anda datang dari arah Bandung bisa keluar tol di Cikalong Wetan lanjut menuju ke waduk. Bila datang dari Cianjur, lebih baik lewat Cikalong Kulon. Kalau dari Jakarta, bisa keluar tol Jatiluhur, sampai pertigaan belok kanan menuju kota kecamatan Plered. Semoga bermanfaat 🙏.

Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & @travelplusindonesia 


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP