. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 31 Januari 2023

Tiga Kiat Angkat Daya Tarik Gunung Tampomas via Padayungan


Kalau bicara soal kuliner tersohor Sumedang tentu saja Tahu. Kalau orangnya pasti salah satunya diva pop Indonesia Rossa sedangkan budayanya antara lain Kuda Renggong. Tapi kalau membahas gunungnya, tak bisa ditampik adalah Gunung Tampomas.

Namun tak bisa dipungkiri pula, bila dibanding Tahu Sumedang, Rossa, dan Kuda Renggong, nama Gunung Tampomas masih kalah populer. 

Gunung berketinggian tak sampai 1.700 meter di atas permukaan laut (Mdpl) tepatnya 1.684 Mdpl tersebut bahkan masih belum seterkenal gunung-gunung lain yang ada di Jawa Barat seperti Gunung Gede, Ciremai, Papandayan bahkan dengan Gunung Salak.

Faktanya ketika TravelPlus Indonesia menyebut nama gunung itu di beberapa WAG pendaki, banyak yang belum tahu dimana keberadaannya.


Bila dilihat dari sisi nama, gunung aktif satu ini sebenarnya punya daya tarik tersendiri lantaran namanya sama seperti kapal motor penumpang (KMP) milik Pelni (Pelayaran Nasional Indonesia) yang terbakar lalu tenggelam di Laut Jawa, tepatnya di sekitar Kepulauan Masalembo (masih termasuk ke dalam wilayah administratif Provinsi Jawa Timur) pada tanggal 27 Januari 1981, yakni KMP Tampomas II.

Nama gunung itu pun mengingatkan lagu lawas karya musisi senior Iwan Fals bertajuk "Celoteh Camar Tolol dan Cemar" yang menceritakan tragedi kecelakaan KMP Tampomas II yang karam saat sedang menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Sulawesi hingga menewaskan ribuan penumpangnya.

Tak heran jika ada pendaki mengira Gunung Tampomas itu berada di Sulawesi. Padahal yang benar terletak di lima kecamatan yakni Cimalaka, Congeang, Paseh, Tanjungkerta, dan Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Perihal namanya, berdasarkan legenda yang berkembang, Gunung Tampomas semula bernama Gunung Gede yang rajin meletus dan mengakibatkan gempa sehingga membuat masyarakat di sekitarnya cemas. 


Pejabatnya kala itu yang bernama Pangeran Sumedang melakukan berbagai upaya agar warganya bisa hidup tenang. Konon kabarnya dia sampai melakukan semedi lalu berjumpa dengan kakek tua yang memberikan petuah agar dia pergi ke kawah untuk menancapkan keris pusakanya, Kujang Emas.

Singkat cerita, keris itupun kemudian ditancapkan dan alhasil gempa pun berhenti dan Gunung Gede tidak lagi erupsi. Tak lama berselang, gunung ibu mengeluarkan air panas yang mengalir ke kawasan Conggeang dan sekitarnya. 

Sejak saat itulah namanya berubah menjadi Gunung Tampomas  yang bermakna “tanpa kujang emas akan meletus”. 

Selama ini sekurangnya ada tiga jalur pendakian (japen) menuju puncak Gunung Tampomas yang dikenal dengan nama Sangiang Taraje. Namun yang sering digunakan para pendaki maupun peziarah adalah japen via Cibereum, Kecamatan Cimalaka dan Narimbang, Kecamatan Conggeang. Sedangkan japen Padayungan yang juga berada di Kecamatan Cimalaka, boleh dibilang jarang sekali dipakai para pendaki.


Japen Narimbang dan Cibereum lebih sering dipakai para pendaki atau menjadi japen utama lantaran paling bersahabat alias mudah trek pendakiannya. 

Japen Cibereum atau dikenal dengan jalur galian pasir lantaran di kaki gunung ini ada lokasi penggalian pasir yang sampai saat ini masih terus berlangsung dan ditambah lagi ada TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah sekitar 1,5 Km dari lokasi penggalian pasir. Sedangkan japen via Narimbang memiliki daya tarik berupa curug (air terjun) Narimbang atau dikenal dengan Curug Ciputrawangi.

Japen via Padayungan paling tidak tersohor dibanding kedua japen di atas. Penyebab utamanya, treknya selain lebih panjang juga terbilang lumayan sulit.

Kendati begitu japen via Padayungan memiliki daya tarik tersendiri terutama buat pendaki berjiwa petualangan yang senang trek cukup menantang, tersedia sumber air, dan juga beberapa spot alam nan menawan antara lain hutan pinus.


Di japen Padayungan juga terdapat curug bernama Padayungan serta bumi perkemahan (camping ground), tepatnya di kaki Gunung Tampomas.

Lalu bagaimana kiatnya agar japen via Padayungan bisa lebih terangkat namanya sehingga diminati para pendaki yang ingin menggapai puncak Gunung Tampomas?

Berdasarkan amatan langsung TravelPlus yang mendaki gunung ini bersama KAPPAL Adventure, sebuah komunitas pencinta alam dan lingkungan yang berbasis di Bandung, sekurangnya ada tiga cara/kiat untuk mengangkatnya.

Pertama, mempromosikan terus ragam daya tarik/keistimewaan yang dimiliki japen via Padayungan agar semakin dikenal.

Adapun ragam daya tariknya seperti aneka flona (flora dan faunanya), spot-spot alam yang indah/menarik, sumber mata air, kemudahan akses menuju kampung terakhir di kaki gunung, dan lainnya.

Media promosi bisa menggunakan antara lain website, weblog, ragam medsos (FB, Twitter, Instagram, YouTube, TikTok, dan lainnya) serta sejumlah WA, WAG, Telegram, dan Telegram Group.

Kedua, membuat paket pendakian bersama atau nanjak bareng (nanbar) maupun paket open trip (OT) pendakian umum dengan bermacam pilihan antara lain paket nanjak
-turun via Padayungan, paket nanjak secara melintas yakni nanjak via Padayungan turun Cibereum, nanjak via Padayungan turun Narimbang.

Pilihan paket melintas lainnya, nanjak via Narimbang turun Padayungan dan nanjak via Cibereum turun Padayungan.

Dua cara itu baru-baru ini dilakukan KAPPAL Adventure yang melakukan kegiatan nanjak bareng Gunung Tampomas pada 28 - 29 Januari 2023, yakni dengan cara mendaki dan turun via Padayungan khusus peserta pendaki putra dan mendaki secara melintas nanjak dari Cibereum turun Padayungan khusus peserta pendaki putri.


Paket-paket nanbar maupun OT pendakian Gunung Tampomas via Padayungan tersebut harus dipromosikan gencar minimal lewat ragam medsos dan dilakukan secara kontinyu, misalnya sebulan sekali.

Pendakian Bermanfaat Lebih
Kiat/cara terakhir atau ketiga, melakukan kegiatan pendakian bermanfaat lebih lewat japen Padayungan. 

Pendakian bermanfaat lebih disini dalam artian bukan sekadar mendaki sampai puncak, foto-foto lalu turun lagi, melainkan punya manfaat buat pendaki yang akan mendaki lewat Padayungan, untuk kelestarian alamnya, dan atau bagi masyarakat setempat minimal yang tinggal di kaki gunung yang berada di japen Padayungan.

Pendakian bermanfaat lebih untuk pendaki lain misalnya dengan membuat dan memasang rambu-rambu petunjuk arah ke puncak, plang nama pos yang jelas di setiap pos mulai dari pos perbatasan kampung terakhir dengan hutan pinus, Pos Satu sampai Pos Lima serta puncaknya.

Selain itu membuat rambu waspada/peringatan di titik-titik yang terjal dan berbahaya ditambah dengan pemasangan tali webbing atau alat bantu lainnya agar memudahkan setiap pendaki melewatinya.

Pendakian bermanfaat lebih untuk kelestarian alam, misalnya dengan melakukan nanbar plus reboisasi (menanam bibit pohon yang sesuai dengan karakter/jenis tanah di Gunung Tampomas via Padayungan), membuat plang-plang berisikan imbauan agar tidak membuang sampah di sepanjang japen sampai puncak, plang imbauan agar membawa sampah sisa logistik turun kembali sekalipun itu cuma bungkus permen, plang imbauan agar tidak mencemari/mengotori sumber air yang ada, imbauan agar tidak melakukan aksi vandalisme (corat-coret) di bebatuan dan atau menguliti batang pohon dan lainnya.


Pendakian bermanfaat lebih juga bisa dilakukan untuk mengingatkan pendaki lain terutama pendaki muslim agar tetap menunaikan shalat wajib lima waktu selama melakukan pendakian, misalnya dengan membuat plang petunjuk arah kiblat di setiap pos dan puncak, plang imbauan jangan lupa sholat, dan lainnya.

Adapun pendakian bermanfaat untuk menambah pendapatan masyarakat lokal, misalnya dengan cara mampir ke warung kopi/warung nasi/warung bakso/toko kelontong dan lainnya yang ada di kaki gunung japen Padayungan untuk sekadar membeli aneka makanan/camilan/minuman ringan, menyewa angkot setempat bila datang secara rombongan, dan lainnya.

Dengan tiga cara/kiat itu, bila serius dilakoni, Insya Allah japen via Padayungan Gunung Tampomas akan terangkat namanya, semakin diminati pendaki, dan tetap terjaga kelestarian alamnya serta sekaligus mendatangkan keuntungan berupa bertambahnya pendapatan ekonomi bagi warga lokal.

Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & @travelplusindonesia



0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP