. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 31 Januari 2023

Senang Bertemu Kalajengking, Kesal Diisap Pacet Gunung Tampomas


Penghuni hutan Gunung Tampomas dari kaki sampai puncaknya terbilang beragam. Faunanya dari kalajengking hingga macam kumbang. Floranya dari hutan pinus sampai bermacam jamur.

Sewaktu kali pertama TravelPlus Indonesia mendaki Gunung Tampomas via jalur pendakian (japen) Cibeureum lalu turun lewat Narimbang beberapa tahun silam, bertemu antara lain musang di puncak saat nge-camp.

Pada pendakian kali kedua ke gunung yang berada di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat ini via Padayungan, Kecamatan Cimalaka bersama KAPPAL Adventure jelang akhir Januari 2023, berhasil menemukan antara lain kalajengking (scorpion) dan sejumlah pacet (mountain leech).

Informasi dari beberapa pendaki yang pernah mendaki gunung berketinggian 1.684 meter di atas permukaan laut (Mdpl) ini juga berhasil melihat monyet ekor panjang dan lutung. Bahkan sebelumnya ada pendaki yang mengatakan melihat macam kumbang alias panter.

Ukuran postur kalajengking yang TravelPlus temukan sewaktu turun dari Pos Satu menuju perbatasan antara hutan asli dengan hutan pinus di japen Padayungan, lumayan besar. Panjangnya kira-kira setengah jengkal tangan orang dewasa.

Hewan yang memiliki ciri khas berupa sengat di ujung ekornya yang melengkung yang berfungsi sebagai pertahanan diri sekaligus melumpuhkan mangsanya ini berada persis di tepi setapak alami (natural trail) japen tersebut.

Hewan yang juga memiliki dua tangan penjepit di depan ini berwarna hijau kebiru-biruan. Posisinya seperti dalam keadaan ingin menyerang namun tetap diam atau tak bergerak.

Melihat hewan yang kerap melakukan ritual  menari sebelum kawin ini dalam keadaan tenang, TravelPlus segera mendekatinya lalu mengabadikannya dalam bentuk foto maupun video. Sementara Diki, rekan pendaki asal Kalianda, Lampung yang sempat kaget bertemu satwa yang merupakan bagian dari kelas arachnida karena memiliki delapan kaki tersebut, hanya terpaku melihat TravelPlus asyik melakukan pendokumentasian dari belakang.

Lantaran tidak tahu jenis kalajengking apa, TravelPlus pun menamakannya kalajengking Tampomas karena berada di hutan gunung Tampomas tepatnya japen Padayungan.


Hewan lain yang ada di japen Padayungan adalah pacet yang bernama ilmiah  Haemadipsa zeylanica.

Jika bertemu kalajengking meskipun punya penyengat beracun di ekornya dan mampu mengayunkan ekornya ke arah target dengan kecepatan 130 Cm per detik, jujur TravelPlus merasa senang. Sebaliknya dengan pacet boleh dibilang rada kesal. Soalnya satwa jenis pengisap darah itu berhasil mengisap darah TravelPlus di bagian kaki dan tangan.

Kembali "Diperkosa"
Total ada 8 pacet terdiri atas 3 pacet yang menyedot darah di kaki kiri dan 4 di kaki kanan serta 1 di antara jari manis dan jari tengah tangan kiri TravelPlus selama naik dan turun Gunung Tampomas via Padayungan. Benar-benar seperti "donor darah" dan mengingatkan kenangan  pendakian TravelPlus ke Gunung Salak via Cidahu jauh sebelum berstatus Taman Nasional dan Gunung Rajabasa di Kalianda, Lampung yang juga "diperkosa" sejumlah pacet.

Berdasarkan pengalaman berharga tersebut, TravelPlus menyarankan pendaki menggunakan gaiters sebagai sarung sepatu dan sarung tangan (gloves) untuk melindungi dari isapan pacet dan juga mengurangi tertusuk duri dari beberapa jenis tanaman hutan.

Selain kalajengking dan pacet, TravelPlus juga berhasil menemukan beberapa jenis jamur dan anggrek hutan saat nanjak selepas aliran sumber air sampai menjelang Pos Lima.


Sebenarnya ada beberapa jenis jamur di sepanjang japen tersebut namun yang menarik perhatian TravelPlus adalah jenis jamur berwarna kuning kecoklatan dan jenis jamur berwarna putih yang masing-masing tumbuh di batang pohon besar dalam jumlah banyak.

Jamur berwarna kuning kecoklatan ukurannya jauh lebih besar dibanding jamur putih. Lantaran tidak tahu jenis kedua jamur tersebut, TravelPlus pun menyebutnya jamur kuning kecoklatan Tampomas dan jamur pentol putih Tampomas.

Sama seperti dengan kalajengking, TravelPlus pun merasa senang bisa bertemu aneka jamur tersebut dan tak lupa memotret serta merekamnya. Sedangkan tanaman anggrek hutan yang TravelPlus temukan tak berbunga sehingga tidak TravelPlus abadikan.

Aktivitas mengabadikan aneka flona (flora dan fauna) sudah menjadi rutinitas TravelPlus setiap melakukan pendakian gunung. 

Biasanya aktivitas bermuatan konservasi itu TravelPlus lakukan saat memulai pendakian dari pintu rimba sampai puncak dan sewaktu turun dari puncak sampai akhir pintu rimba atau perbatasan antara hutan gunung dengan perkebunan ataupun perkampungan terdekat di kaki gunung.

Bagi TravelPlus, hutan di gunung itu merupakan gudang ilmu pengetahuan, antara lain dari aneka flona yang menghuninya. 


Sebagai pendaki yang pro konservasi atau peduli lingkungan dan kelestarian alam, cukup melihat dan mengabadikan flona yang mencuri perhatian. Jangan sampai mengganggu, mengusik, mengambil apalagi melukainya.

Bila tidak tahu jenis atau nama flonanya, biasanya TravelPlus cari tahu dari beragam sumber seperti orang kampung/pemandu lokal, jagawana/rimbawan/ranger, dan atau riset di mesin pencarian Google.

Amatan TravelPlus, sejumlah fauna seperti kalajengking dan pacet serta bermacam flora antara lain jamur dan anggrek hutan  bisa tumbuh dan berkembang dengan baik di japen Padayungan karena japen yang masih berhutan rimbun tersebut jarang digunakan oleh para pendaki. 

Keberadaan mereka (flona) tersebut justru menjadi salah satu daya tarik Gunung Tampomas japen via Padayungan.

Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & @travelplusindonesia



0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP