Nanjak Tampomas Turunnya Makan Bakso, Hemmm.. Sempurna
Memadukan kegiatan wisata alam bermuatan petualangan seperti mendaki gunung dengan wisata kuliner setempat, bukan cuma lebih nikmat pun bermanfaat. Intinya jadi lebih komplit alias sempurna.
Cara berwisata seperti itupun kerap TravelPlus Indonesia terapkan setiap kali melakukan kegiatan bernuansa petualangan, seperti mendaki gunung (mountain hiking), arung jeram (rafting), susur gua (caving), paralayang (paragliding), dan lainnya.
Contohnya sewaktu mendaki Gunung Cikuray via Pemancar dalam rangka menyambut tahun baru 2023, TravelPlus menikmati semangkuk Bakso Cuanki buatan Kang Yayat di puncak Gunung Cikuray yang berketinggian 2.821 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Harganya 20K seporsi. Selain itu juga membeli beberapa stiker bertuliskan Gunung Cikuray yang merupakan atapnya Kabupaten Garut.
Kali ini selepas turun dari Sangiang Taraje, nama puncak Gunung Tampomas yang berketinggian 1.684 Mdpl bersama rekan-rekan pendaki dari KAPPAL Adventure yang bermarkas di Bandung, pada Minggu (29/1/2023) TravelPlus sempatkan mampir ke warung bakso milik Kang Toto di kaki gunung tersebut via Padayungan, Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Sesuai dengan judul tulisan ini, mungkin ada warganet ataupun pembaca yang heran kenapa makan bakso pas turun Gunung Tampomas jadi sempurna, bukankah itu biasa saja.
Kalau cuma makan bakso memang dimanapun bisa tapi karena selepas turun gunung jelas sensasinya berbeda, apalagi warung bakso Kang Toto boleh dibilang agak spesial pemandangannya. Dari dalam warungnya, sambil makan bakso, TravelPlus dimanjakan dengan suguhan apik berupa pemandangan hamparan persawahan yang indah berlatar perbukitan.
Soal harga pun terbilang wajar. Harga semangkuk baksonya tak sampai 20K, berisi beberapa bakso kecil dan satu bakso besar buatan Kang Toto sendiri.
Seperti biasa TravelPlus memilih makan bakso tanpa dicampur dengan saos dan kecap, cuma sedikit sambal. Sengaja seperti itu karena ingin mendapatkan kuah yang bercitra rasa original. Juga tanpa mie kuning maupun bihun, hanya memakai sayuran toge dan sawi hijau. Alhamdulillah, ternyata mantul rasa kuahnya, terasa lebih asli dan segar, begitupun dengan bakso daging sapinya yang empuk.
Lain lagi dengan Diki, pendaki asal Kalianda, Lampung yang menemani TravelPlus turun Gunung Tampomas dari pos satu menuju warung bakso tersebut. Dia memilih makan bakso komplit (pakai mie kuning, bihun, dan sayuran) serta dicampur dengan saos, kecap dan sambal. Kata anak muda yang sedang kuliah di Bandung dan fasih berbahasa Sunda ini sudah terbiasa makan bakso dan makanan berkuah lainnya dicampur dengan saos dan kecap.
Sambil menyantap, TravelPlus sempat berbincang sejenak dengan Kang Toto yang ternyata bukan orang Jawa melainkan asli urang Sunda dari kaki Gunung Tampomas. Semula TravelPlus mengira dia orang Jawa dari nama dan profesinya sebagai penjual bakso. Maklum rata-rata penjual bakso itu orang Jawa terutama dari Solo dan Wonogiri, Jawa Tengah dan sekitarnya.
Menurutnya dia bisa bikin bakso karena ikut orang lain berdagang bakso di kota. Setelah tahu cara membuat bakso dan punya modal, akhirnya buka warung bakso sendiri di rumahnya di kaki Gunung Tampomas ini.
"Alhamdulillah pembelinya lumayan walau tak seramai di kota. Kemarin hari Sabtu, sebelum jam 4 sore sudah habis dan sekarang juga hampir habis," ungkapnya.
Mungkin warganet ataupun pembaca tulisan ini ada yang bertanya kenapa TravelPlus memilih makan bakso Kang Toto pas turun Gunung Tampomas.
Sebenarnya sewaktu kemarin lewat warung bakso ini, sebelum melakukan pendakian sudah ingin sekali mampir dan membeli bakso tersebut tapi tidak jadi. Akhirnya pas turun baru kesampaian.
Tujuan Utama
Selain karena memang senang dengan makanan berkuah khas Indonesia seperti bakso, tujuan utama atau niat awal TravelPlus adalah ingin turut menambah pendapatan warga setempat dengan cara membeli dagangannya.
Soal rasa baksonya apakah enak, biasa-biasa saja alias standar ataupun kurang enak itu perkara kesekian. Kalau ternyata enak, anggap saja itu bonus dan wajib direkomendasikan ke publik. Kebetulan bakso buatan Kang Toto ini memang rasanya enak, ditambah pemandangan alam di depan warungnya menjadi nilai plus tersendiri.
Meskipun hanya membeli tiga porsi yakni dua porsi dimakan di tempat bersama Diki dan satu porsi dibungkus untuk rekan-rekan pendaki lain agar bisa ikut merasakan, serta minuman ringan, paling tidak sudah berkontribusi menambah sedikit pendapatan buat Kang Toto. Dengan kata lain kehadiran TravelPlus bukan sekadar mendaki Gunung Tampomas via Padayungan, pun bermanfaat ikut meningkatkan penghasilan masyarakat setempat.
Begitupun ketika TravelPlus membeli 4 ikat rambutan di dekat lampu merah menuju Kota Sumedang dan tahu Sumedang ditambah beberapa lontongnya di lampu merah seberang alun-alun Kecamatan Cimalaka, tujuan utama atau niat awalnya adalah berbagi rezeki walaupun sedikit ke para pedagang kuliner/makanan kecil pinggir jalan atau street food.
Selesai makan bakso dan sebelum kembali melangkahkan kaki ke Rumah Tatin yang menjadi titik kumpul dan tempat parkir motor para peserta pendakian kali ini, TravelPlus sempat berjanji akan mempromosikan warung bakso milik Kang Toto supaya pendaki yang nanjak ataupun turun Gunung Tampomas via Padayungan mampir dan membeli baksonya.
Janji itu TravelPlus tepati lewat tulisan ini bahkan juga akan membuat satu konten video saat makan bakso dengan panorama bentangan persawahan nan menawan.
Semoga lewat tulisan dan video tersebut, bisa menarik minat pendaki Gunung Tampomas via Padayungan maupun pengunjung biasa yang berwisata ke Curug Padayungan ataupun wana wisata setempat untuk membeli bakso racikan Kang Toto.
Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & @travelplusindonesia
0 komentar:
Posting Komentar