PARIWISATA Indonesia 2023: Pandangan dan Harapan Biro Perjalanan Wisata
22 Januari 2023 wisatawan Cina mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali. Selamat datang. Xie Xie.
Dengan kedatangan wisatawan Cina, makin membuktikan bahwa saat ini wisatawan dunia sudah boleh melakukan perjalanan wisata ke mana-mana walaupun beberapa negara destinasi wisata masih menerapkan beberapa syarat dalam mencegah mewabahnya kembali Covid-19 dan turunannya. Bukti lain, berwisata adalah sebuah kebutuhan primer, tidak lagi sekunder. Berwisata adalah hak asasi dari setiap manusia. Di lain pihak perjalanan wisata adalah tuntutan dari para wisatawan untuk meninggalkan rumah mereka setelah hampir tiga tahun dikungkung di dalam rumahnya atau di kotanya sendiri. Disamping itu adalah kebutuhan bagi biro perjalanan wisata sebagai pelaku pariwisata termasuk pelaku pariwisata turutan lainnya di seluruh dunia termasuk Indonesia untuk kembali bekerja yaitu melayani kebutuhan wisatawan.
Sebelum Covid memporak-porandakan dunia, UNWTO mencatat ada 1,5M turis melakukan perjalanan wisata di seluruh dunia (Antara;2020). Ketika dunia menghadapi keadaan darurat kesehatan, sosial, dan ekonomi karena pandemi Covid-19, pariwisata adalah salah satu sektor yang paling terpengaruh dimana tidak ada penerbangan, lalu hotel, restoran dan industri pariwisata terkait ditutup. Dunia juga mengalami terjadinya pembatasan perjalanan, di mana aturan itu diberlakukan dihampir semua negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Dunia pariwisata international dan nasional tidak dapat beroperasi selama masa pandemi Covid itu berkecamuk. Dunia menjerit. dunia menderita. Sekarang lembaran itu kita tutup.
Ketika sebagian besar negara-negara dunia membuka pintunya bagi wisatawan, UNWTO kembali mencatat lalu lintas wisatawan dunia sebesar 477 juta dari Januari-September 2022 (UNWTO; 2022). Sekretaris Jenderal UNWTO Zurab Pololikashvili mengatakan: “Pariwisata terus pulih dengan mantap, namun masih ada beberapa tantangan, dari geopolitik hingga ekonomi. Sektor ini mengembalikan harapan dan peluang bagi orang-orang di mana saja. Sekarang juga saatnya untuk memikirkan kembali pariwisata, ke mana arahnya dan bagaimana hal itu berdampak pada manusia dan planet kita.” (UNWTO; 2022).
Berbicara tentang pariwisata nasional tahun 2023 tidak terlepas dari keadaan pariwisata kita pada tahun-tahun sebelumnya. Pariwisata Indonesia pada tahun 2021 posisinya mirip keadaannya pada permulaan dan selama tahun 2020 ketika negara kita dan sebagian besar negara-negara dunia diserang pandemi Covid-19. Pariwisata mati suri, ada yang mati benaran. Sebagian industri pariwisata sampai saat ini belum bangkit,. Beberapa biro perjalanan wisata, hotel, restoran, toko souvenir, transportasi udara, laut (kapal/ perahu) dan darat (bis, mobil), malah tetap tersungkur. Karyawan-karyawati mereka beberapa telah memulai bekerja sejak pariwisata dibuka, sebagian lagi masih bekerja di rumah sambil menunggu panggilan dari perusahaan mereka untuk kembali bekerja seperti pada tahun 2019 dan awal tahun 2020. Apa yang mereka lakukan selama ini? Ada yang bertani, ada yang menjadi buruh bangunan, buruh lainnya, ada yang menjadi tukang jahit, ada yang menjadi tukang Ojek, ada yang membuat banten untuk dijual, ada yang mencoba membuat dan menjual makanan dan kue tetapi tidak bertahan lama karena tidak ada yang membeli, ada yang mengalami kehilangan anggota keluarga karena Covid dan ada pula yang diceraikan oleh isteri karena tidak mampu memberi nafkah selama masa pandemi. Who cares? Tragis.
Sekalipun keadaan pandemi meningkat di mana-mana, laporan pergerakan angka penderita dan kematian berjalan seakan hal rutin, tetapi kegiatan perusahaan biro perjalanan wisata tidak ikut diam seluruhnya. Ketika pemerintah meminta agar bekerja dari rumah, pelaku biro perjalanan wisata tetap melakukan komunikasi dengan rekan kerja diberbagai negara melalui internet, bahwa mereka masih tetap menunggu bila pintu Indonesia dibuka, mereka siap melaksanakan tugas mereka seperti biasa. Apa lagi masih banyak pemesanan tour (perjalanan wisata) yang seharusnya dilaksanakan pada tahun 2020 yang sudah terjadwal dan telah pula dibayar, ditunda ke tahun 2021, lalu ditunda lagi ke tahun 2022. Ada yang sudah membayar ke hotel, membayar ke perusahaan transportasi dan ada pula uangnya sudah dipakai untuk keperluan lain. Beberapa perusahaan tour operators dan tour wholesalers dunia tetap pula bertanya apakah biro perjalanan wisata rekan kerjanya masih tetap eksis atau sudah menutup seluruh kegiatannya. Ada pula yang meminta uangnya dikembalikan karena Tour Operators dan Tour Wholesalers di sana dituntut oleh wisatawan untuk mengembalikan uang yang sudah dibayarkan.
Di pihak pemerintah, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tetap melakukan kegiatan Marketing pariwisata melalui online (virtual) seperti halnya WTM 2020, ITB Berlin 2021, ATM 2021, ATM 2022, ITB Berlin 2022. Di sini para Buyers yang terdiri dari Tour Operators dan Tour Wholesalers yaitu mereka yang merencanakan perjalanan wisata, mempromosikan serta menyelenggarakan perjalanan wisata ke luar negerinya (negara asal wisatawan atau tourist generating country) menyampaikan keinginan mereka untuk segera mengirimkan wisatawan ke Indonesia dengan satu pertanyaan:”kapan Indonesia dibuka?” Tertunda-tundanya pembukaan border juga tertunda pula masa “pengencangan ikat pinggang” bagi biro perjalanan wisata dengan industri terkait lainnya seperti hotel, transportasi, restoran, tempat tontonan, toko cendera mata (souvenir shop) dan pramuwisata.
Perjalanan Wisatawan Dalam Negeri
Selama masa pandemi, pariwisata nasional kita ditopang oleh wisatawan dalam negeri yang kebanyakan adalah ASN yang melakukan rapat kerja dan perjalanan dinas. Mereka menempati hotel-hotel tertentu yang acara perjalanannya diantar oleh EO (Event Organizer) yang pada umumnya menerima tugas dari pejabat-pejabat di departemen/ kementerian tertentu. Mereka membukukan hotel, mengatur pertemuan-pertemuan di hotel, mencari dan menetapkan kendaraan mana yang akan dipakai serta kegiatan-kegiatan perjalanan wisata lainnya. Mereka juga menunjukan siapa yang mengeksekusi tugas di lapangan. Tugas yang seharusnya dilakukan oleh biro perjalanan wisata berdasarkan Keputusan Menteri Nomor: KM-96/HK.103/MPPT-87 dan Nomor: XM110/PW.102/MPPT-93 yang diperkuat dengan Undang- Undang No. 10 Tahun 2009, dan UU Pariwisata Nomor 10 tahun 2009 menjadi kabur dan tidak dipedulikan.
Pariwisata Kita Setelah Dibuka dan Menatap 2023
Sejak pintu Indonesia dibuka, para Tour Operators dan Tour Wholesalers di negara asal wisatawan mulai mengirimkan wisatawan mereka kepada rekan kerjanya di Indonesia. Perjalanan wisata yang seharusnya dilaksanakan pada tahun 2020, 2021 ditunda ke tahun 2022, mereka segera menyusun skedul baru dan mengirimkan wisatawannya ke Indonesia dengan tidak perduli terhadap mahalnya tiket pesawat udara. Betul, seperti kran yang tidak pernah dibuka, ketika dibuka airnya mengalir deras. Ya, itu adalah pesanan-pesanan yang seharusnya dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya selama dunia masih dilanda Covid.
Perjalanan wisata yang dilaksanakan sejak 2022 adalah perjalanan wisata yang seperti dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada perubahan trend perjalanan wisata yang dibicarakan serta dikhawatirkan oleh para pejabat, pemikir pariwisata misalnya bahwa perjalanan wisata akan lebih banyak melakukan perjalanan adalah wisatawan perorangan, bahwa akan ada stay cation, bahwa harus mempergunakan tenda, ternyata wisatawan yang datang juga ada dalam bentuk rombongan, perjalanan perorangan, seperti yang dilaksanakan selama puluhan tahun. Kalau toh ada yang baru ialah mereka yang melakukan perjalanan sekarang ini adalah mereka yang mempunyai uang lebih, karena mahalnya harga tiket pesawat terbang. Yang lain Nothing New. Biasa saja, yang pasti adalah banyak yang tetap memakai masker.
Untuk menjalani dan menatap masa depan pariwisata, dunia pariwisata internasional tidak hanya berbicara tentang pergerakan wisatawan dari negara asal wisatawan ke negara destinasi wisata, berbicara tentang pulihnya pariwisata setelah pandemi, tetapi juga menuntut tanggung jawab dari semua pihak. Menurut Harold Goodwin (2022), kita harus meningkatkan rasa tanggung jawab. Sustainable Tourism atau pariwisata berkelanjutan adalah aspirasi, dia hanya akan tercapai jika dan ketika kita bertanggung jawab untuk membuat pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Tanggung jawab pariwisata mendorong pariwisata berkelanjutan, Responsible Tourism (pariwisata yang bertanggung jawab) adalah tentang “menjadikan tempat yang lebih baik untuk ditinggali orang dan tempat yang lebih baik untuk dikunjungi orang”. Pariwisata yang Bertanggung Jawab membutuhkan biro perjalanan wisata, pelaku bisnis perhotelan, destinasi wisata, pramuwisata, pemerintah, masyarakat, dan wisatawan untuk bertanggung jawab dalam membuat pariwisata lebih berkelanjutan. (Goodwin:2022).
Tanggung jawab juga ada ditangan pengusaha biro perjalanan wisata bagaimana melestarikan usahanya agar tetap hidup, agar seluruh karyawannya dapat kembali bekerja dan agar tetap membayar pajak. Untuk itu, yang dibutuhkan saat ini adalah koneksi, hubungan antara negara asal wisatawan dengan negara kita, yaitu angkutan udara. Kita membutuhkan lebih banyak penerbangan asing yang menghubungkan berbagai negara yeng diberikan fasilitas VOA ke Indonesia. Kabar baik adalah bahwa Garuda Indonesia Airlines akan membuka rute baru ke Jepang dan beberapa negara lain lagi (Tempo.co; 2022). Itu harapan kita semua. Selain itu, industri pariwisata diharapkan lebih aktif untuk merebut pasar, lebih banyak bekerja sama dengan Tour Operators dan Tour Wholesalers dari berbagai negara asal wisatawan. Ketika wisatawan tiba, diharapkan memberikan layanan kepada wisatawan dengan sentuhan keramahtamahan ala Indonesia dengan tulus sepenuh hati. Lebih dari pada itu biro perjalanan wisata dapat berkolaborasi dengan berbagai online platform, dan apa bila sulit menghadapi persaingan, melakukan merger di antara sesama biro perjalanan wisata (Tallo; 2022).
Sanur, 22 Januari 2023
Penulis: Paul Edmundus Talo
Ketua Umum IINTOA periode 2020 - 2024
0 komentar:
Posting Komentar