. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 20 Januari 2023

Sebelum Jelajah Kabupaten Asmat, Kantongi 5 Fakta Ini Buat Bekal


Punya rencana menjelajahi ragam daya tarik (pesona) wisata yang ada di Kabupaten Asmat tahun 2023 ini? Sebaiknya sebelum berangkat, Anda ketahui sederet faktanya sebagai bekal pengetahuan.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan TravelPlus Indonesia ditambah data dari berbagai sumber, sekurangnya ada 5 fakta terkait Kabupaten Asmat.

Fakta pertama, Kabupaten Asmat yang beribukota di distrik (kecamatan) Agats merupakan salah satu kabupaten yang kini berada di provinsi Papua Selatan. Sebelumnya, Asmat menjadi salah satu kabupaten di provinsi Papua.

Kedua, Agats, Ibukotanya dijuluki Kota di Atas Papan. Pasalnya hampir seluruh jalan dan gang di kota ini terbuat dari papan yang menyerupai jembatan yang terbuat dari kayu besi.

Hanya beberapa jalan utamanya saja yang berpondasi kerangka baja dan beralas beton yang bahan-bahannya didatangkan dari Surabaya.

Bukan cuma jalan dan gang, hampir semua rumah dan bangunan lainnya juga terbuat dari kayu besi berbentuk rumah panggung yang dihubungkan dengan jembatan kayu satu sama lain.

Agats juga mendapat sebutan lain sebagai Kota Rawa karena hampir seluruh daratannya berupa rawa. Oleh karena itu rumah dan bangunan lainnya termasuk jalan diberi penyanggah terutama dari kayu besi di atas rawa yang berlumpur dan berair.

Kendati lokasinya agak di pelosok, kota kayu besi ini sudah dilengkapi berbagai fasilitas umum sebagaimana sebuah kota, seperti puskesmas, rumah sakit umum RSUD Agats, bank, pelabuhan, kantor pemerintahan, sekolah, gereja, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pasar, kantor polisi, koramil, kantor pos, dan beberapa hotel, antara lain Hotel Sang Surya dan Hotel Asedu Asmat.


Fakta ketiga, ada masjid juga. Meskipun mayoritas penduduknya beragama non-muslim, di kabupaten ini juga sudah ada masjid, antara lain di Jalan Yos Sudarso, Distrik Agats. 

Uniknya lagi masjid itu pun terbuat dari kayu mulai dari pondasi, lantai sampai dindingnya. Namanya Masjid An-Nur.

Masjid tersebut selain sebagai tempat salat wajib 5 waktu dan salat Jumat bagi umat Muslim yang kebanyakan pendatang, pun menjadi tempat pengajian bagi anak-anak dan orang dewasa.

Selain itu ada Sekretariat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Asmat dan beberapa restoran Muslim yang menyediakan bermacam menu halal seperti bermacam ikan dan sayur antara lain Rumah Makan An-Nur “Siga Hua” yang berada dekat masjid.

Keempat, daya tarik wisata kabupaten ini cukup beragam, antara lain wisata alam, budaya, bahari, dan sejarah.

Wisata alamnya antara lain Taman Nasional Lorenz, Rawa Baki di Distrik Sirets, dan Rumah di atas Pohon di Distrik Suator.

Taman Nasional Lorentz  berada di Distrik Sawa Erma termasuk taman nasional di Indonesia yang masuk daftar bergengsi Situs Warisan Dunia UNESCO.

Keistimewaannya selain hutan dan perairan, taman nasional ini juga memiliki gletser atau salju abadi di Puncak Jaya Wijaya (Piramida Cartenz).

Selain suku Asmat, taman nasional yg menjadi habitat burung kasuari ini juga dihuni oleh beberapa suku adat Papua lainnya.

Wisata budayanya antara lain Festival Budaya Asmat dan Kampung Syuru.


Festival Budaya Asmat yang sudah digelar sejak tahun 1981 merupakan festival tahunan, tepatnya setiap bulan Oktober, mengingat Hari Jadi kabupaten ini pada bulan Oktober.

Biasanya digelar di Agats, tepatnya di Lapangan Yos Sudarso yang semuanya terbuat dari kayu besi.

Festival Budaya Asmat boleh dibilang menjadi salah satu daya tarik utama wisata kabupaten Asmat.

Maklum di pesta ini sejumlah ukiran dan anyaman berkualitas karya para seniman Asmat dari berbagai distrik dipamerkan sekaligus dijual.

Tak heran banyak turis maupun kolektor benda antik dan unik yang datang saat pesta ini untuk tujuan membeli ukiran-ukiran khas Asmat dengan harga miring kemudian dijadikan koleksi ataupun dijual lagi dengan harga selangit.

Di festival budaya ini, Anda bisa melihat antara lain acara lelang patung, demonstrasi ukir dari para pematung Asmat, pagelaran masakan khas Asmat, pemilihan Abang dan None Asmat, pementasan tarian adat Asmat, pertunjukan musik tradisional, serta atraksi dan lomba perahu Asmat.

Di Kampung Syuru ada rumah khusus para pria Asmat yang masih berstatus bujangan atau belum menikah. Rumah tersebut dinamakan “Jew”.

Rumah berukuran antara 30-60 meter tersebut terdiri satu ruangan dengan beberapa pintu.

Rumah yang biasa juga digunakan untuk pesta-pesta sakral, perang/perdamaian, dan tempat menceritakan dongeng para leluhur ini hampir seluruhnya terbuat dari kayu dengan tidak menggunakan paku besi  serta beratap daun sagu.

Wisata sejarahnya antara lain Museum Kebudayaan Asmat yang menyimpan benda-benda bersejarah Suku Asmat seperti ukiran patung, perisai woramon/perahu adat, panah, busur, terompet, kapak batu, busur, mbis, panel, salawaku, dan lainnya.

Lokasi museum yang juga memuat berbagai informasi mengenai kehidupan Suku Asmat ini terletak 2 Km dari pusat kota Agats 

Di Agats juga ada rumah panjang sekitar 500 meter dari pusat kota. Baik museum maupun rumah panjang di Agats, kerap didatangi wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.

Wisata baharinya antara lain Pantai Bayun, Pantai Bokap, Pantai Pek, Pulau Tiga/Somel, Pulau Mamats, dan Pulau Sengsara/Fumaripits.

Fakta terakhir atau kelima, Agats yang terletak di pesisir Selatan dan menghadap ke Laut Arafura ini boleh dibilang menjadi pintu gerbang bagi para turis yang ingin berpetualang ke sejumlah distrik lain di Kabupaten Asmat.

Dari Agats, wisatawan biasanya menuju sejumlah objek wisata lainnya sebagaimana tersebut di atas.

Agats berdekatan dengan Kota Timika, Kabupaten Mimika, oleh karena itu akan lebih mudah mencapai Agats dari Kota Timika dengan menggunakan kapal laut sekitar 10 jam-an. Timika sendiri dapat dijangkau dari Jakarta, Makassar dan kota besar lainnya dengan pesawat.


Kalau dengan pesawat perintis berukuran kecil yang berkapasitas 17 orang dari Bandara Mozes Kilangin, Timika ke Bandara Ewer (di Asmat), waktu tempuhnya lebih cepat. 

Dari atas pesawat bisa melihat sejumlah sungai berukuran besar dan kecil yang berkelok-kelok di antara hamparan hutan rawa. Sepintas seperti liukan ular- ular berukuran raksasa.

Setibanya di Bandara Ewer, dilanjutkan berjalan kaki melewati jalan kayu besi ke Dermaga Ewer kemudian naik speed boat berkapasitas 6 orang, untuk menyusuri sungai berlebar 500 meter-1.000 meter yang di kiri-kanan berhutan bakau. Sesampainya di Pelabuhan Agats, naik ojek motor ke hotel.

Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & @travelplusindonesia


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP