. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 04 Januari 2023

Makan Bakso Cuanki Berbalut Kabut di Puncak Cikuray, Sensasinya Bedaaa...


Di puncak Gunung Cikuray, Anda bukan saja bisa menikmati pesona sunset, sunrise, dan hamparan awan saat cuaca cerah, pun menyantap Bakso Cuanki berbalut kabut. Kok bisa?

Ya tentu saja bisa. Karena di puncak gunung berketinggian 2.821 meter di atas permukaan laut (Mdpl) atau 9.255 kaki di Kabupaten Garut, Jawa Barat ini memang ada pedagang Bakso Cuanki.

Pedagangnya menempati bagian dalam bangunan lama semacam shelter berbentuk gardu yang ada di puncak Gunung Cikuray. 

Nama pedagangnya biasa disapa Pak Yayat, yang rumahnya berada di Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedung, Kabupaten Garut.

Menurut pria berkumis ini, dia berdagang Bakso Cuanki di puncak Gunung Cikuray sebelum pandemi tepatnya sejak 3 tahun lalu. 

"Baksonya saya buat sendiri dari daging sapi," terangnya kepada TravelPlus Indonesia di lokasi berjualannya di puncak Gunung Cikuray, tepat pada hari pertama tahun baru, Minggu, 1 Januari 2023.


Sewaktu ditemui, Yayat sedang melayani pendaki yang membeli Bakso Cuanki-nya. Di dapur, dia tengah mengaduk-aduk kuah di dalam panci yang berisi bakso dan lainnya.

Bakso Cuanki merupakan salah satu jajanan yang populer dari kota Bandung. Kabarnya makanan berkuah yang sepintas mirip Bakso Malang tapi bercitra rasa cukup khas ini berasal dari nama dagangan Bakso Tahu Kuah Choan Kie di daerah Bandung dan berproduksi di kota Cimahi. 

Kuahnya tidak terlalu terasa lemak sapinya.
Tekstur baksonya pun lebih lembut dan biasanya tak berurat.

Selain bakso, isinya juga ada tahu putih sutra yang lembut tanpa tambahan daging di dalamnya, batagor, dan tak pakai mie kuning, bihun maupun toge lalu ditaburi bawang goreng, seledri serta sambal giling.

Intinya baik kuah dan isi Bakso Cuanki tak sama dengan bakso biasa, Bakso Aci, Bakso Malang, maupun Mie Ayam yang sama-sama berkuah dan sudah sangat populer.

Sejarah mencatat, semula bahan dasar Cuanki adalah daging babi untuk memenuhi selera warga keturunan Tionghoa saat itu. Kemudian beberapa mantan pegawai Choan Kie yang berasal dari Bandung, Garut, dan Ciamis membuat Cuanki sendiri dengan bahan dasar ikan dan selanjutnya daging sapi. Tak disangka, penjualannya mendapat respon bagus dari masyarakat hingga tetap eksis sampai sekarang.

Ada juga yang memplesetkan arti Cuanki itu kependekan dari "Cari Uang Jalan Kaki", lantaran pedagangnya menjual Bakso Cuanki dengan cara berjalan kaki. 


Selain Bakso Cuanki, Yayat juga menjual gorengan tahu dan tempe yang diletakkan di meja serta bermacam minuman ringan. 

Lantaran kondisi kedua gorengan itu sudah dingin membeku, sejumlah pendaki termasuk TravelPlus lebih memilih membeli Bakso Cuanki karena kuahnya masih panas dan lebih pas dengan udara dingin puncak. Seporsinya Rp 20 ribu.

Di meja dagangannya juga ada bermacam merchandise berupa stiker, gantungan kunci, dan lainnya. Harga 3 stikernya cuma Rp 10 ribu.

Sebelum Bakso Cuanki, Yayat mengaku lebih dulu berjualan Siomay. "Kalau jualan Siomay sudah sejak 10 tahun lalu," ungkapnya.

Sekitar dua tahun lalu (2020), keberadaan penjual Bakso Cuanki di puncak Gunung Cikuray sempat viral. Ketika itu ada video berdurasi 15 detik yang tersebar di Instagram yang memperlihatkan pedagang Bakso Cuanki keliling memakai pikulan yang dikerumuni para pendaki yang antri untuk membeli bakso hangatnya.

Memang benar sensasi makan Bakso Cuanki di kedai atau tukangnya yang berjualan keliling dengan cara dipikul di Bandung, Garut, dan lainnya, itu biasa. Tapi kalau bersantapnya di puncak Gunung Cikuray itu ruaaarrr... biasaaaa... 

Sensasinya dijamin berbeda, terlebih kalau Anda menanjak Gunung Cikuray pada musim hujan seperti saat ini. Di jamin makan Bakso Cuanki-nya sambil diselimuti kabut tebal.

Di Gunung Lain
Di beberapa gunung lainnya, juga ada pedagang yang menjual aneka makanan/minuman.

Contohnya di Gunung Lawu, Anda bisa beli Nasi Pecel Telor Dadar, di Gunung Gede Nasi Uduk, dan di Gunung Marapi Sumbar bisa beli mie rebus dan lainnya yang masing-masing menawarkan sensasi tersendiri.

Kalau Nasi Pecel Telor Dadar dan Teh Hangat di Gunung Lawu bisa Anda dapatkan di warung sederhana milik Mbok Yem di ketinggian 3.150 Mdpl atau hanya selisih 115 Mdpl dari puncak Gunung Lawu.

Pada momen khusus seperti Bulan Suro menurut penanggalan Jawa, Anda  juga bisa menikmati Soto buatan mbok yang namanya akrab di telinga sejumlah pendaki Indonesia ini. 

Lain lagi dengan Nasi Uduk Gunung Gede. Menu berat khas Betawi itu bisa Anda temukan dari seorang laki-laki yang berjualan keliling tenda pendaki yang nge-camp di Alun-alun Surya Kencana (Aa Surken). Nasi uduk berwarna kekuningan itu dibawa pedagang tersebut dengan ransel.

Aa Surken yang menjadi lokasi nge-camp favorit pendaki sebelum summit attack berada di ketinggian 2.750 Mdpl. Kadang penjualnya juga sampai ke puncak Gunung Gede yang berketinggian 2.958 Mdpl.

Di Gunung Marapi, Sumbar, mie rebus dan lainnya bisa Anda dapatkan di warung sederhana dekat trek cadasnya. 


Back to Cikuray
. Meskipun di puncak gunungnya ada Yayat yang menjual Bakso Cuanki dan lainnya, namun buat siapapun yang berniat nanjak Cikuray via Pemancar tahun ini harus tetap membawa bekal makanan dan minuman yang cukup, termasuk emergency food untuk jaga-jaga bila mengalami kondisi darurat.

Keberadaan Bakso Cuanki, termasuk warung sederhana di pos 7 Gunung Cikuray via Pemancar itu anggap saja sebagai bonus. 

Kalau logistik dirasa kurang dan ingin membeli, ya tinggal beli. Hitung-hitung membantu pendapatan buat pedagangnya sekaligus supaya dapat merasakan sensasi makan Bakso Cuanki berbalut kabut di puncaknya.

Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & @travelplusindonesia


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP