Jelajah Kabupaten Buton, Ragam Daya Tariknya Ini Wajib Masuk Itinerary
Buton, salah satu kabupaten di Pulau Buton yang menyimpan ragam daya tarik wisata yang tak kalah memukau dibanding kabupaten lain di Sulawesi Tenggara.
Kabupaten beribukota Pasarwajo ini, bukan hanya mengoleksi pantai-pantai cantik berpasir putih dan keindahan bawah laut dengan aneka terumbu karang serta ikan hiasnya, pun warisan budaya leluhurnya yang masih lestari, hutan aslinya, air terjun, kuliner, kerajinan, dan lainnya.
Berdasarkan pengamatan langsung TravelPlus Indonesia dan ditambah data dari berbagai sumber, daya tarik wisata di kabupaten yang sejak dulu terkenal sebagai penghasil aspal ini tersebar di sejumlah kecamatannya yakni Kecamatan Pasarwajo, Kapontori, Siontapina, Lasalimu, Lasalimu Selatan, Wolowa, dan Kecamatan Wabula.
Ragam wisata budayanya yang wajib masuk daftar itinerary Anda antara lain Festival Budaya Tua Buton dan Desa Wisata Wabula.
Festival Budaya Tua Buton digelar setiap tahun. Di dalamnya antara lain ada sajian Tradisi Pedole-dole, Pekakande-kandea, Tari Kambero Mainawa, hiburan musik, dan atraksi menenun kain Buton.
Tradisi Pedole-dole dikenal juga imunisasi lokal khas masyarakat Buton. Bayi yang telah didole-dole akan terhindar dari berbagai macam penyakit. Prosesinya sang anak diletakan di atas nyiru beralaskan daun pisang yang diberi minyak kelapa. Selanjutnya anak tersebut digulingkan di atasnya sehingga seluruh badan anak tersebut berminyak. Acara ini biasanya dilaksanakan pada bulan Rajab, Sya'ban, dan setelah Lebaran.
Pekande-kandea merupakan upacara ucap syukur atas anugrah dari yang Maha Kuasa. Dalam pelaksanaannya, masyarakat menyiapkan talam yang berisi makanan tradisional.keunikan dalam tradisi ini, sejumlah gadis remaja dengan menggunakan busana tradisional Buton membawa masing-masing talam lalu duduk menghadap talam. Selanjutnya mereka menunggu dua orang pelaksana mengucapkan wore sebagai tanda acara telah dimulai.
Tradisi ini konon juga sekaligus menjadi wadah perkenalan gadis dan jejaka. Tak jarang yang akhirnya menjadi sepasang kekasih bahkan akhirnya menikah.
Tari Kambero Mainawa biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu dengan penuh gembira. Tarian yang ditarikan muda-mudi ini semula ditampilkan sebagai ungkapan kegembiraan atas panen yang melimpah.
Di Desa Wisata Wabula juga ada acara tahunan berupa pesta adat Pedaono Kuri. Ritual tersebut biasanya diisi dengan pembacaan doa, makan bersama di sebuah galampa atau tempat pertemuan yang menjadi pusat penyelenggaraan upacara di tepi pantai.
Para tetua duduk berjejer mengelilingi galampa. Mereka mengenakan Tenun Buton warna-warni bermotif sederhana berupa kotak-kotak. Tengahnya dibiarkan kosong. Sementara di sisi belakang para pemusik sudah siap dengan alat musik yang serupa dengan gong bernama tawa-tawa dan gendang.
Dulang-dulang dikeluarkan. Usai pembacaan doa, tudung dulang pun dibuka. Di balik tudung, kuri menjadi primadonanya. Kuri seperti ubi kayu, diolah salah satunya menjadi epu-epu. Kuri diparut dan dikeringkan, lalu ditumbuk dan disiram air dan diberi parutan kelapa dan gula merah.
Selain epu-epu, di dulang juga terdapat kue bolu, wajik, dan cucur. Kue-kue manis ini mengelilingi nasi yang diletakkan di tengah dulang. Ada pula lauk seperti telur dan buah. Porsinya lumayan besar, dengan nasi yang dibuat kerucut seperti tumpeng dengan aneka lauk yang berlimpah.
Setelah makan bersama dilanjutkan pertunjukan kesenian berupa Tari Linda yang menggambarkan asal mulanya terciptanya manusia, Tari Mangaru, dan Tari Ponare atau tari perang sebagai puncak acara. Semua rangkaian upacara itu sebagai simbol rasa syukur hasil panen kuri, yaitu sejenis ubi yang merupakan makanan khas Wabula. Salah satu ritual adat budaya tua Buton ini diadakan setiap bulan tujuh kalender masehi, tepatnya selesai panen.
Di desa ini juga terdapat sentra perajin tenun Buton. Umumnya penenunnya kaum perempuan. Tenun buton di desa ini memiliki dua corak sederhana. Corak berupa garis lurus untuk perempuan sedangkan kotak-kotak untuk laki-laki. Biasanya tenun buton dijadikan sarung, selendang dan lainnya.
Adapun ragam wisata baharinya yang wajib masuk daftar kunjungan Anda antara lain Pantai Koguna, Pantai Sakura, Pantai Lahonduru, Pantai Pasir Hitam Kampung Bajo Bahari, Pulau Liwutongkidi, Pulau Pendek Kapontori, dan kawasan Dive Center Teluk Pasarwajo.
Pantai Koguna di Desa Mopabu, Kecamatan Lasalimu Selatan, pesisir pantainya dirindangi deretan pohon pinus. Tak cuma itu, sekitar 50 meter dari pesisirnya terdapat Danau Udang merah. Ditambah lagi ada batu berbelah berbentuk tebing yang dasarnya dialiri sungai dari mata air di dalam goa-goa tebingnya.
Pulau Liwutongkidi merupakan pulau kecil yang terletak di Kecamatan Kadatua. Pulau mungil ini memiliki pemandangan menawan berupa hamparan pasir putihnya yang mengelilingi seluruh pulaunya.
Pulau seluas kurang lebih 1.000 meter persegi ini juga menyimpan kekayaan bawah laut dengan panorama menakjubkan. Keanekaragaman terumbu karang dan biota lautnya menjadi surga bagi wisatawan yang gemar menyelam (diving). Keistimewaan lainya, pulau ini kalau dilihat dari udara berbentuk seperti cincin bergandeng dua.
Pulau Liwutongkidi merupakan salah satu kawasan pengembangan wisata bahari terpadu Basilika yang terdiri atas Pulau Batauga, Siompu, Liwutongkidi, dan Kadatua.
Tak sulit menjangkau pulau mungil indah ini. Kita dapat menggunakan speed boat selama kurang lebih 15 menit dari Pelabuhan Kota Baubau.
Wabula juga dianugerahi panorama bawah laut menawan berupa terumbu karang dengan guanya yang membedakan dengan spot-spot diving di perairan Buton lainnya.
Bila Anda peminat wisata alam, beberapa objek alam Kabupaten Buton ini juga wajib masuk list itinerary sepert Gua Langalu, Hutan Lindung Lambusango, Air Terjun Kakenauwe, Air Terjun Bumbula, Air Terjun Kandawundawuna, Air Terjun Kahauhauno Kancinaa, Air Terjun Kalata, Pemandian Baaluwu, Kali Lakua, Kali Topa Apabila, dan Gunung Siontapina.
Gua Langalu yang berstalaktit dan berstalakmit menawan terletak di Desa Umalange, Kecamatan Lasalimu Selatan. Keunikan gua ini memiliki pintu utama (mulut gua) dan 7 pintu kecil atau celah yang dapat dilewati setelah memasuki pintu utama. Salah satu celahnya langsung menorah ke dalam tanah. Di ujung gua ini terdapat kolam berair jernih.
Hutan Lindung Lambusango merupakan Hutan hujan tropis seluas 27.000 hektar yang menjadi rumah bagi spesies endemik seperti anoa, macaque, tarsius, kuskus, dan 146 spesies burung yang 40 persennya endemik khas Sulawesi.
Wisatawan dan peneliti baik dalam maupun mancanegara biasanya bermalam di kawasan hutan dengan menempati Labundo-bundo atau penginapan sementara yang didirikan pengelola hutan setempat.
Di dalam hutan konservasi yang berada di Kecamatan Kapontori, Lasalimu, dan Kecamatan Pasarwajo ini juga terdapat Air Terjun Kakenauwe yang menawan.
Gunung Siontapina merupakan gunung tertinggi di Pulau Buton. Menariknya di puncaknya terdapat benteng yang merupakan peninggalan Sultan Oputa Yikoo ketika dirinya memerintah di zamannya.
Setiap tahun warga di kaki gunung ini melakukan ritual adat, berjalan kaki mendaki gunung ini hingga ke atapnya. Tujuannya untuk menjaga semua situs budaya yang ada di benteng tersebut. Ritual ini pun pernah didokumenterkan menjadi film dokumenter berjudul Festival Gunung Siontapina.
Di puncak Siontapina sudah ditetapkan sebagai kawasan hutan adat yang disebut Kaombo. Tujuannya agar hutannya tetap lestari. Bagi pelaku pengrusakan, penebangan pohon di hutan ini akan dikenai sanksi berupa denda atau menanam kembali pohon yang ditebangnya dengan beberapa pohon yang lain.
Wisata kuliner khasnya yang wajib Anda santap usai menjelajahi ragam daya tariknya antara lain Parende, Kasoami, dan Hugu-hugu.
Parende adalah sop ikan khas Buton, biasanya disantap dengan Kasoami dan Hugu-hugu yang terbuat dari singkong. Bisa juga di makan dengan masakan tanpa kuah atau panda, berupa ikan asin dan ikan bakar. Biasanya masyarakat Buton menyantap keempat jenis makanan ini sambil kumpul-kumpul di tepi pantai dibarengi minum teh.
Di laman pariwisata Kabupaten Buton, butonkab.go.id dijelaskan ada beberapa lokasi rumah makannya antara lain RM. Paseba Acacia di Jl. Pangeran Limboro, Desa Banabungi, Kecamatan Banabungi dan RM. Wisata di Jl Protokol Jendral Sudirman, Kelurahan Kambula bulana, Kecamatan Pasarwajo.
Kabupaten Buton mudah dijangkau dari laut maupun udara. Lewat udara dengan pesawat wings air atau garuda dari Bandara Internasional Hasanuddin, Makassar, Sulsel ke Bandara di Kota Baubau lalu dilanjutkan dengan kendaraan umum pete-pete ataupun mobil travel ke Pasarwajo, Desa Wabula, dan objek-objek lainnya.
Pilihan lain dengan kapal Pelni dari Kendari ataupun Makassar. Perjalanan laut dari Kendari biasanya akan menghabiskan waktu tempuh lebih kurang 5 jam, sementara dari Makassar waktu perjalanannya sekitar 13 jam.
Masih di laman pariwisata Kabupaten Buton yang sama, diinformasikan beberapa penginapan yang ada di sana antara lain Hotel Hany di Banabungi, Pasarwajo; Hotel Buton Raya di Dusun Asa Desa Banabungi, Pasarwajo; Losmen Rizky di Kambula Mbulana, Pasarwajo; dan LappasarWajo Homestay di Jl. Protokol No. 04 B, Pasarwajo.
Itulah ragam daya tarik wisata di Kabupaten Buton yang bisa Anda jadikan bahan referensi untuk bekal menjelajahinya di tahun ini.
Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & @travelplusindonesia
0 komentar:
Posting Komentar