. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 31 Juli 2022

Kiat Sukses Nanjak Gunung (Lagi) di Usia Senja


Mendaki gunung (nanjak) bukan semata aktivitas wisata minat khusus milik kalangan anak muda. Pendaki berusia senja pun bisa melakukannya. Namun untuk itu, perlu kiat tersendiri agar pendakian yang dilakukan pendaki lawas berujung sukses.

Ada 3 hal penting yang tercantum dalam lead/teras/kepala tulisan di atas, yakni pendaki senja, pendakian yang sukses, dan kiatnya.

Pendaki senja yang TravelPlus Indonesia maksud di sini, indikatornya dilihat dari segi umur. Adapun yang masuk golongan pendaki senja versi TravelPlus adalah setiap pendaki gunung baik itu pria maupun perempuan yang umurnya sudah di atas 50 tahun atau lewat separuh abad.

Kalau di bawah itu, kategorinya masuk jelang senja (40 - 50 tahun), lalu dewasa (25 - 39 tahun), muda/mudi (17 - 24 tahun), remaja (10-16 tahun), dan anak-anak serta ABG (6 - 9 tahun).

Sementara pendakian yang sukses adalah pendakian yang bukan saja pendakinya berhasil mencapai puncak gunung yang didaki, pun pendakiannya memberikan manfaat buat alam dan sesama.

Adapun kiatnya adalah cara, upaya, dan atau strategi yang harus dilakukan supaya pendakian gunung itu sukses.

Apa saja kiatnya? Berdasarkan pengalaman TravelPlus sekurangnya ada 8 kiat yang semestinya dilakukan seorang pendaki yang sudah tergolong senja, terlebih yang sudah lama vakum nanjak lalu ingin kembali menggapai puncak gunung lagi.

Kiat pertama, bulatkan niat kalau memang ingin melakukan pendakian gunung lagi. Niat adalah penguat upaya/ikhtiar yang akan dilakukan. Bila niat sudah teguh, apapun akan dilakukan untuk mewujudkan keinginan itu. 

Selanjutnya atau kiat kedua, mempersiapkan fisik kembali dengan berolahraga yang cocok buat pendaki gunung, antara lain jalan cepat, jogging, lari, dan renang. 

Biar fisik tidak kaget, mulailah dari olahraga ringan seperti jalan cepat mulai dari durasi dan jarak yang pendek, sedang sampai jauh. 

Rutin melakukan jalan cepat selama 30 menit setiap hari atau minimal 3 - 5 kali per minggu.

Banyak manfaat berjalan cepat  bagi  kesehatan tubuh, antara lain meningkatkan kekuatan otot tulang dan sendi, serta menyehatkan jantung serta otak (supaya tidak cepat pikun).

Naikkan tingkatannya dari jalan cepat ke jogging alias lari laun/lari santai/lari kecil dengan kecepatan lambat atau santai. 

Jogging ini berfaedah meningkatkan kebugaran jasmani, membentuk massa otot, membakar kalori, mengurangi jaringan lemak tubuh, dan menjaga kesehatan jantung. Olahraga ini bahkan disebut lebih efektif membakar lemak perut dibanding angkat beban.

Seperti jalan cepat, sebaiknya jogging ini juga dilakukan berjenjang dari jarak pendek, sedang kemudian jauh sesuai kemampuan.

Berikutnya baru melakukan olahraga lari mulai dari trek beraspal mulus lalu trek berbukit-bukit mirip trek jalur pendakian (japen) gunung.

Olahraga lari selain efektif untuk menjaga bahkan menurunkan berat badan, pun bermanfaat mengurangi risiko kematian akibat stroke, dan tentunya menguatkan otot kaki.

Waktu terbaik berolahraga adalah selepas subuh sampai sekitar pukul 9 pagi. Kalau tidak bisa, pilih sore lepas salat asar sampai jelang maghrib. Perlu diingat, sebelum melakukan masing-masing olahraga tersebut warming up atau pemanasan biar otot tidak kaget.

Begitupun dengan renang, baik di kolam renang umum maupun khusus. Pilih gaya renang yang disuka. Tapi pemanasan terlebih dulu sebelum nyebur.

Adapun manfaat renang antara lain selain  menjaga berat badan ideal, pun bisa membentuk/menguatkan otot, dan bikin tubuh jadi lebih rileks serta bagus untuk kesehatan jantung. 

Persiapan fisik dengan beragam olahraga tersebut sebaiknya dilakukan minimal satu bulan sebelum melakukan pendakian gunung. 

Kiat ketiga, selain persiapan fisik tak kalah penting juga menyiapkan semua peralatan/perlengkapan mendaki gunung.

Peralatan utamanya antara lain ransel/keril yang kuat dan nyaman, sepatu lapangan yang kuat dan nyaman (sebaiknya sudah di-sol) ditambah sandal, matras/alas tidur, sleeping bag (SB), tenda dome yang nyaman, perlengkapan salat, senter dan baterai serta perlengkapan masak dan makan.

Buat pendaki senja yang sudah lama tidak nanjak lagi, bisa jadi semua peralatan itu masih ada namun kondisinya sudah tak lagi sekuat dan senyaman dulu alias sudah ada yang rusak atau tak berfungsi dengan baik. Bisa juga sudah tidak ada, karena lupa dimana menyimpannya atau hilang.

Keempat, menentukan gunung yang akan didaki. Sebaiknya karena sudah uzur apalagi sudah lama tidak nanjak, sebagai tahap awal pilihnya gunung yang tidak terlalu tinggi atau pilih japen yang paling mudah dibandingkan japen lain.


Contohnya TravelPlus baru-baru ini memilih nanjak Gunung Ciremai yang berketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut (Mdpl) tapi via japen Apuy, Majalengka, Jawa Barat (Jabar) dengan 2 alasan. Pertama, penasaran karena belum pernah lewat Apuy (sebelum era digital pernah 3 kalau ke puncak Ciremai tapi semuanya via japen Linggarjati, Kuningan). Alasan kedua, karena japen Apuy lebih ringan dibanding Linggarjati dan japen lainnya. Jadi pilihan itu juga disesuaikan dengan umur dan kondisi fisik teranyar.

Kiat kelima, memilih rekan sependakian yang tepat, baik itu pendakian bersama atau bisa juga dengan memilih open trip (OT) pendakian yang digelar sebuah komunitas/kelompok yang berpengalaman, bertanggungjawab, dan punya reputasi yang cukup baik. Dengan kata lain minimal penyelenggaranya tidak punya catatan masalah dengan peserta OT sebelum-sebelumnya.

Berikutnya atau kiat keenam, memberitahukan kondisi fisik terkini, kemampuan, persiapan yang dilakukan, dan pengalaman pendakian sebelumnya kepada rekan sependakian baik itu pimpinan pendakian bersama atau pimpinan OT. Jangan sungkan, gengsi apalagi malu.

Hal itu pun TravelPlus lakukan saat mendaki Gunung Ciremai dengan mengatakan kepada rekan sependakian bahwa sudah hampir 6 tahun vakum nanjak lantaran kesibukan sebagai wartawan, sakit dan harus dioperasi, ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 serta harus melewati masa pemulihan pasca-operasi hingga baru kali ini, tepatnya jelang akhir Juli 2022 kembali nanjak Ciremai dengan memilih japen Apuy. 

TravelPlus juga menginformasikan bahwa pendakian yang dilakukan ini sebagai uji coba fisik sebelum mendaki gunung yang lebih tinggi lagi dengan cara melintas. 

Jadi harap dimaklum kalau nanti jalannya santai, apalagi kebiasaan TravelPlus sejak dulu kalau nanjak itu sambil mengabadikan (memotret, mengamati/mendata flora, fauna, dan spot alam berikut atmosfernya).

Dengan pemberitahuan itu, rekan sependakian yang rata-rata masih muda belia dan masih aktif nanjak, bisa memaklumi kemampuan fisik TravelPlus saat ini yang tentu saja sangat jauh berbeda bila dibanding ketika masih berusia belasan sampai 30 tahunan yang merupakan masa keemasan petualangan.

Serba Praktis
Kiat ketujuh, menerapkan strategi khusus yang sesuai dengan kondisi fisik saat ini. Caranya dengan tidak membawa beban yang berlebihan bila memang tidak menggunakan jasa porter.

Saat melakukan pendakian ke gunung berstatus taman nasional ini via Apuy, misalnya TravelPlus membawa peralatan dan perlengkapan nanjak yang se-praktis mungkin. Misalnya, tidak membawa tenda dome dan peralatan masak karena keduanya sudah disiapkan rekan sependakian. 

TravelPlus juga tidak membawa SB dan matras gulung, sebagai penggantinya menyertakan perlengkapan tidur seperti  kain sarung, kaos lengan panjang, sweater, celana panjang, sarung tangan, kaos kaki, balaklava gaya Rusia, bantal tiup, dan alas lipat yang bisa dimasukkan dalam ransel. 

Selain itu juga membawa bermacam logistik (panganan dan minuman) yang praktis disesuaikan dengan durasi pendakian.

Bila sejak awal merasa tak sanggup membawa beban berat, pilihan yang tepat dengan menggunakan jasa porter. Anda cukup membawa ransel kecil yang berisi makanan kecil, air mineral, dan ponco/jas hujan serta tas pinggang yang memuat peralatan penting seperti HP, dompet, dan lainnya.

Terakhir atau kiat kedelapan, melakukan pendakian yang teratur antara lain selepas salat subuh, buang air besar dan kecil sekaligus bersih-bersih, kemudian mempersiapkan perlengkapan, dan sarapan. Sebelum memulai pendakian, melakukan pemanasan berupa perenggangan otot agar tidak kaku dan tak lupa berdoa memohon kelancaran dan keselamatan.

Di awal pendakian, sebaiknya melangkah sedang, tidak terlalu panjang dan cepat dengan kata lain dilakukan dengan santai namun konstan. Tidak usah mengikuti rekan sependakian yang masih belia dan berjalan ngacir atau cepat. Begitupun saat turun dari puncak sampai ke basecamp awal.


Alhamdulillah
, semua kiat itu membuahkan hasil. TravelPlus sukses menggapai atapnya Jabar kembali namun kali ini via Apuy sekalipun sempat tertatih-tatih dan sewaktu turun dengkul sebelah kiri yang sejak dulu bermasalah kembali kambuh. Bahkan sampai susah jongkok dan duduk di antara dua sujud saat menunaikan shalat selepas turun gunung.

Bagaimana dengan orang yang sudah berusia senja dan belum pernah mendaki gunung tapi ingin nanjak? Jawabannya harus mempersiapkan hal-hal sebagaimana tersebut di atas dengan lebih intens lagi ditambah persiapan mental serta memilih gunung-gunung yang pendek atau japen-nya ringan terlebih dulu. 

Kenapa harus persiapkan mental pula? Karena mendaki gunung bukan cuma butuh fisik yang siap pun mental yang tahan banting dengan kondisi alam, trek pendakian, dan lainnya.

Lalu bagaimana dengan pendaki yang sudah senja, masih aktif mendaki, dan ingin mendaki gunung berikutnya dalam waktu dekat? Karena masih aktif, tentu fisik dan mentalnya sudah terbiasa dan jauh lebih siap. Jadi persiapan yang dilakukan tak sekencang pendaki senja yang sudah lama vakum nanjak.

Semoga bermanfaat 🙏.

Naskah: Adji TravelPlus @adjitropis &  @travelplusindonesia

Foto: adji, firman & nizar
Lokasi: pendakian Gunung Ciremai via Apuy

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP