. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 24 Maret 2022

Ke Taman Nasional Satu Ini, Luangkan Waktu Berjumpa Rosa, Ratu, dan Delillah


Berkunjung ke taman nasional (TN), tentu ada sesuatu yang ingin dilihat. Entah itu keindahan alamnya atau penghuninya, seperti flora ataupun fauna primadonanya.

Contohnya kalau ke TN Komodo, tentu kurang lengkap bila belum melihat satwa andalannya yaitu biawak raksasa alias komodo atau biasa disebut dragon oleh turis bule.

Begitu pula kalau ke TN Tanjung Puting, rasanya kurang puas kalau belum bertemu orangutan setempat yang menjadi satwa pujaan para pengunjung dalam dan luar negeri.

Contoh lainnya, bila ke TN Gunung Rinjani, sepertinya kurang sempurna kalau belum mendaki puncaknya yang berketinggian 3.726 Mdpl untuk melihat pemandangan spektakuler berupa kaldera dan gunung-gunung lainnya.

Satu lagi jika ke TN Baluran, rasanya wajib ke Savana Bekol yang khas terlebih di musim kemarau. Kenapa? Ya karena keberadaan padang rumputnya itulah yang membuat kawasan konservasi ini mendapat julukan Africa van Java ataupun Afrika-nya Indonesia.

Begitu pun kalau ke kawasan konservasi berstatus TN lainnya di seluruh negeri tercinta ini.

Lalu bagaimana dengan Rosa, Ratu, dan Delillah? Siapa mereka dan ada di TN apakah? Mungkin itu sederet pertanyaan yang muncul di benak Anda ketika membaca judul tulisan terbaru TravelPlus Indonesia ini.

Rosa, Ratu, dan Delillah itu bukan nama orang ataupun tanaman. Mereka adalah  badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang menghuni Suaka Rhino Sumatera (SRS) di TN Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.

Selain mereka, masih ada 4 badak Sumatera lagi di SRS Way Kambas yang bernama Andalas, Harapan, Andatu, dan Bina.

Jumlah tersebut sesuai penjelasan admin akun Instagram (IG) resmi TN Way Kambas @btn_waykambas yang diunggah pada Kamis (24/3/2022).

"Saat ini ada 7 badak Sumatera yang ada di SRS," tulis adminnya.

Menurut adminnya selain 7 badak tersebut ada 2 ekor badak Sumatera lain yang pernah juga tinggal di SRS, yaitu Dusun dan Torgamba.


"Dusun mati di SRS Way Kambas pada 7 Februari 2001 akibat penyakit degeneratif dan senilitas (ketuaan) usianya diperkirakan 32 tahun. Sedangkan Torgamba mati pada 23 April 2011 akibat gagal ginjal komplikasi ke jantung, paru paru, otak, dan usianya diperkirakan kurang lebih 32 tahun," ungkap adminnya lagi.

Apa itu SRS? Mungkin itu pertanyaan Anda berikutnya.

Semi Insitu
Dilansir dari laman waykambas.org, SRS adalah tempat konservasi semi insitu satu-satunya di Indonesia bahkan dunia.

Lokasinya berada di tengah-tengah kawasan hutan, terletak antara ruas jalan Plang Ijo dan Way Kanan, dengan jarak tempuh lebih kurang 8 Km dari pintu masuk Plang Ijo.

Lokasi SRS Way Kambas sangat mudah dijangkau, dapat menggunakan kendaraan roda dua, empat sampai dengan bus besar.

Dibangun dengan tujuan khusus oleh Departemen Kehutanan melalui Direktorat Jenderal PHPA sekarang PHKA kerjasama dengan Yayasan Mitra Rhino/YMR dan saat ini telah berubah menjadi Yayasan Badak Indonesia (YABI).

Tujuan awal dibangunnya SRS sebagai tempat yang diperuntukkan untuk penyelamatan badak sumatera secara semi-insitu. Setelah diketahui bahwa keberadaan badak Sumatera baik di alam ataupun di lembaga konservasi seperti kebun binatang mengalami kematian dan ancaman yang serius.

Dengan luas kandang berhutan 100 ha, SRS terbagi menjadi 10 petak, dikelilingi oleh pagar yang dilengkapi dengan aliran listrik untuk mencegah gangguan satwa liar atau untuk mengamankan badak yang ada di dalam kawasan.

Guna mempermudah akses dan kebutuhan lainnya, disekeliling pagar tersebut telah dibuat jalan melingkar yang dapat dilewati oleh kendaraan roda empat.

Untuk dapat mengamati atau melihat langsung aktivitas badak Sumatera yang dilepaskan dalam hutan berpagar, dapat dilakukan setelah melalui serangkaian proses yang cukup ketat yang ditetapkan oleh otoritas pengelola baik pihak Balai maupun manajemen SRS sendiri.

Fasilitas yang tersedia di SRS Way Kambas antara lain visitor center, MCK, dan wisma tamu.

Nah, kalau Anda berkunjung ke TN Way Kambas, selain melihat sejumlah gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang juga menjadi satwa primadonanya di Pusat Konservasi Gajah (PKG) yang sebelumnya bernama Pusal Latihan Gajah (PLG), luangkan waktu untuk melihat Rosa, Ratu, dan Delillah serta 4 badak Sumatera lain yang menghuni SRS.

Sebelum berangkat ke sana, ada baiknya Anda simak data awal sebagai bekal informasi berikut ini.

Data dari berbagai sumber menyebut  badak Sumatera adalah badak Asia bercula dua.

Cula yang lebih besar adalah cula pada hidung, biasanya 15–25 Cm. Ada punya yang menyebut panjang cula depan atau disebut anterior, berkisar antara 25-80 Cm. Sedangkan cula yang lain, biasanya berbentuk seperti sebuah pangkal.

Badak Berambut
Badak Sumatera berkulit tipis, halus, dan licin. Kulitnya berwarna coklat kemerahan. Di kulitnya ada dua lipatan, di belakang kaki depan dan di bagian perut yang melingkar.

Sebagian besar tubuhnya diselimuti rambut berwarna cokelat kemerahan, oleh karena itu badak Sumatera juga dijuluki badak berambut.

Badak Sumatera merupakan satu-satunya spesies yang tersisa dari genus Dicerorhinus. Spesies ini merupakan jenis badak terkecil, meskipun masih tergolong hewan mamalia yang besar.

Tingginya 112-145 Cm sampai pundaknya, dengan panjang keseluruhan tubuh dan kepala 2,36-3,18 M, serta panjang ekor 35–70 Cm. Beratnya dilaporkan berkisar antara 500 sampai 1.000 Kg, dengan rata-rata 700–800 Kg.

Naskah: Adji TravelPlus @adjitropis & tim @travelplusindonesia

Foto: dok. @btn_waykambas


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP