Jalan-jalan ke Kota Serang, 10 Destinasi Ini Wajib Masuk Daftar Kunjungan

Punya rencana jalan-jalan ke kota Serang dalam waktu dekat atau setelah banjir di beberapa titiknya surut? Sepertinya 10 destinasi yang ada di ibu kota Provinsi Banten ini wajib masuk daftar kunjungan Anda.

Ke-10 destinasi tersebut adalah Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, Benteng Speelwijk, dan Museum Situs Kepurbakalaan Banten.

Masjid Agung Banten boleh dibilang menjadi ikon wisata kota Serang.

Masjid tersebut dibangun pertama kali oleh Syekh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), yakni Sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati, salah satu dari wali songo yang menyebarkan Islam di Jawa. Setelah wafat, Syekh Sultan Maulana Hasanudin di makamkan di masjid ini.

Masjid yang terletak di Desa Banten Lama, sekitar 10 km sebelah utara dari Kota Serang ini  memiliki menara berarsitektur unik, mirip bangunan mercusuar.

Arsitektur masjid ini sebagaimana masjid-masjid lainnya, bangunan induknya berdenah segi empat. Namun atapnya bersusun lima dengan bagian kiri dan kanannya terdapat masing-masing serambi. Atap lima tumpuk itu bermakna 5 Rukun Islam. Biasanya atap masjid-masjid di Jawa bertumpuk tiga.

Pengaruh arsitektur China terlihat di masjid ini, mengingat salah satu arsiteknya Tjek Ban Tjut atau Pangeran Adiguna yang berasal dari China namun ada yang menyebut dari Mongolia.

Pintu masuk masjid di sisi depan berjumlah enam yang berarti Rukun Iman. Enam pintu itu dibuat pendek agar setiap jamaah menunduk untuk merendahkan diri saat memasuki rumah Tuhan. Jumlah 24 tiang masjid menggambarkan waktu 24 jam dalam sehari.

Di serambi kiri yang merupakan bagian Utara masjid terdapat makam beberapa sultan Banten dan keluarganya, seperti makam Maulana Hasanuddin dan isterinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nashr Abdul Qahhar. Sedangkan di dalam tepat di serambi kanan Selatan terdapat pula makam-makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul 'Abidin, dan kerabat kesultanan lainnya.

Di sisi Timur masjid terdapat menara setinggi 24 meter dengan diameter pangkalnya 10 meter. Menara ini dulunya selain tempat untuk mengumandangkan adzan juga untuk mengawasi perairan laut. Dibangun masa Sultan Haji tahun 1620 oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendrik Lucaszoon Cardeel. Pada waktu itu, Cardeel membelot kepada pihak Kesultanan Banten, kemudian dianugerahi gelar Pangeran Wiraguna.

Di Selatan masjid ada bangunan yang dinamakan Tiyamah. Bentuknya berupa segi empat panjang dan bertingkat. Bangunan ini mempunyai langgam arsitektur Belanda kuno dan menurut sejarah hasil rancangan Lucazoon Cardeel. Dahulu bangunan ini dipergunakan sebagai tempat musyawarah dan diskusi keagamaan.

Masjid tua dan bersejarah andalan wisata Kota Serang ini pernah dikunjungi Presiden RI Jokowi.

Selain menunaikan shalat sunah dan wajib, Anda bisa ber-swafoto berlayar menaranya yang unik itu.

Sementara itu Keraton Surosowan yang dibangun sekitar 1526-1570 pada masa pemerintahan Sultan pertama Banten, Sultan Maulana Hasanudin dan konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel, seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang memeluk Agama Islam kemudian bergelar Pangeran Wiraguna, memiliki dinding pembantas setinggi 2 meter yang mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektare.

Keraton ini juga memiliki 3 gerbang masuk. Di bagian tengah keraton terdapat sebuah bangunan kolam yang berisi air berwarna hijau.

Keraton ini juga banyak ruang di dalam Kerton yang berhubungan dengan air atau mandi-mandi (Petirtaan). Salah satu yang terkenal adalah bekas kolam taman, bernama Bale Kembang Rara Denok.

Kolam Rara Denok berbentuk persegi empat dengan panjang 30 meter dan lebar 13 meter serta kedalaman kolam 4,5 meter.

Selain itu ada pancuran untuk pemandian yang biasa disebut "Pancuran Mas".  Ada 2 sumber air di Surosowan yaitu Sumuir dan Danau Tasikardi yang terletak sekitar 2 km dari Surosowan.

Lain lagi dengan Keraton Kaibon yang kabarnya dibangun untuk ibu Sultan Syafiudin, Ratu Aisyah.

Keraton ini dihancurkan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1832, bersamaan dengan Keraton Surosowan.

Pemicu penghancuran keraton tersebut adalah ketika Du Puy, utusan Gubernur Jenderal Daen Dels meminta kepada Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, juga pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada (di labuhan). Namun Syafiudin dengan tegas menolak. Dia bahkan memancung kepala Du Puy dan menyerahkannya kembali kepada Daen Dels yang kemudian marah besar dan menghancurkan Keraton Kaibon.

Arsitektur Keraton Kaibon terbilang unik karena sekeliling keraton sesungguhnya adalah saluran air. Artinya bahwa keraton ini benar-benar dibangun seolah-olah diatas air. Semua jalan masuk dari depan maupun belakang ternyata memang benar-benar harus melalui jalan air.

Meskipun keraton ini didesain sebagai tempat tinggal Ibu Raja, tampak bahwa ciri-ciri bangunan keislamannya tetap ada, Karena ternyata bangunan inti keraton ini adalah sebuah masjid dengan pilar-pilar tinggi sangat megah dan anggun.

Adapun Benteng Speelwijk merupakan peninggalan penjajah Belanda untuk menghadapi serangan rakyat Banten.

Benteng ini dikelilingi parit selebar 10 meter dan disetiap sudut bangunan terdapat menara pengintai yang bisa langsung melihat ke arah kota Banten Lama. Saat ini hanya ada satu menara pengintai yang masih tersisa.

Di Museum Situs Kepurbakalaan Banten, Anda bisa melihat bermacam koleksi arkeologika antara lain kapak batu, arca nandi, genteng berbagai bentuk dan ukuran, memolo/hiasan atap bangunan/pemuncak, tegel, dan pagar besi berhias.

Ada juga koleksi keramologika karena Banten pada masa lalu memiliki industri gerabah yang cukup banyak. Hasil produksi terdiri dari peralatan rumah tangga, unsur bangunan, dan kowi (wadah pelebur logam).

Selain itu, koleksi numismatika menjadi salah satu andalan museum ini karena Banten pada masa lalu sudah mampu membuat uang sendiri. Terdapat juga berbagai jenis koleksi mata uang asing seperti caxa (Cina), mata uang VOC, mata uang Inggris, dan Tael.

Koleksi etnografikanya antara lain beberapa koleksi peralatan tenun dan pakaian. Koleksi etnografika juga diisi dengan berbagai jenis senjata dan laat-alat kesenian. Sedangkan

Koleksi seni rupanya seperti lukisan pelabuhan Banten, Pasar Karangantu, dan lukisan para sultan yang pernah menjabat.

Museum kebanggaan warga Serang ini  berada di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, sekitar 12 km ke arah utara dari kota Serang. Anda bisa kesana dengan kendaraan pribadi baik roda dua ataupun roda empat, atau kendaraan umum angkutan kota jurusan Karangantu dari terminal Pakupatan, Serang.

Lima destinasi lainnya adalah Vihara Avalokitesvara, Pantai Gope Karangantu, Batu Gede Sayar, Rumah Hutan Cidampit, dan Masjid Kapal Bosok.

Kulineran

Selagi di Kota Serang, jangan lupa berwisata kuliner khas kota berslogan Kota Madani ini, antara lain Sate Bandeng, Emping Taktakan, Dendeng Kaujon, dan Sop Ikan.

Untuk menyantap sop ikannya, bisa di Rumah Makan (RM) Taman Taktakan Soup Ikan, tepat di seberang Hotel D’Gria, tepatnya di Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang, Kota Serang.

Sop Ikan RM Taman Taktakan disajikan dalam mangkuk keramik berwarna putih berukuran besar yang terhidang dalam keadaan panas mengepul.

Di dalam kuahnya yang melimpah, ada empat potong daging ikan ukuran besar berserta daun kemangi, potongan tomat hijau, dan irisan bawang bombai, serta puluhan cabe rawit hijau yang mengambang di permukaan kuahnya yang bening.

Lewat tulisan ini, TravelPlus Indonesia sekaligus ingin mengucapkan turut berdukacita atas musibah banjir yang terjadi di sejumlah titik di Kota Serang, termasuk di Masjid Agung Banten.

Semoga banjirnya lekas surut dan warga bisa beraktivitas kembali seperti biasa serta wisatawan bisa berwisata kota (city tour) ke 10 destinasi utama Kota Serang dengan nyaman dan berkesan, sehingga suatu hari nanti ingin bertandang lagi.

Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & tim @travelplusindonesia