. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 16 Januari 2022

Biar Orang Tajir Utamakan Berwisata di Dalam Negeri, Tujuh Langkah Ini Harus Pemerintah Lakukan


"Pesona wisata Indonesia tidak kalah lho. Banyak tempat yang menyimpan cerita dan keunikannya masing-masing".

Begitu salah satu alinea yang ditulis Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno di akun Instagram (IG) pribadinya @sandiuno, Ahad (16/1/2022).

Lewat kalimat tersebut, jelas Sandiaga ingin menyakinkan kepada warganet khususnya wisatawan Indonesia bahwa daya tarik pariwisata yang ada di dalam negeri tercinta ini sangat banyak dengan kekhasan tersendiri yang tak kalah dibanding luar negeri.

Kata papa online satu ini ada sekitar 11 miliar yang selama ini dibelanjakan oleh wisatawan Indonesia ke luar negeri.  

Dia pun menegaskan daripada uangnya lari ke luar negeri, lebih baik digunakan untuk menggeliatkan UMKM, membuka lapangan kerja lebih luas lagi bagi usaha-usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang sedang membutuhkan bantuan untuk bangkit.

Ajakan/imbauan Sandiaga agar WNI berwisata #DiIndonesiaAja itu jelas bagus tapi menurut saya, Adji Travelplus @adjitropis & tim @travelplusindonesia, itu tidak cukup. 

Artinya tidak cuma sekadar itu, tak cukup hanya tagar #DiIndonesiaAja. Masih ada sederet langkah nyata yang harus dilakukan pemerintah supaya wisatawan Indonesia minimal mau lebih memilih berwisata di dalam negerinya sendiri.

Mengapa saya menyebut Pemerintah bukan langsung menunjuk Sandiaga selaku Menparekraf saat ini? Ya karena persoalan ini bukan cuma berlaku sekarang, tapi nanti siapapun Menparekraf selanjutnya.

Kenapa pula saya juga menyebut orang tajir? Ya karena kalangan the have itulah yang selama ini mampu berwisata keliling mancanegara.

Lalu langkah apa saja yang harus dilakukan Pemerintah, diluar ajakan/imbauan berwisata #DiIndonesiaAja? 

Sesuai amatan saya, sekurangnya ada 7 (tujuh) langkah, yaitu pertama, Pemerintah harus menyediakan atraksi yang lebih di setiap destinasi wisata, terlebih yang menjadi andalan.

Atraksi lebih yang saya maksud disini adalah apa yang dilihat dan dilakukan oleh wisatawan Indonesia di destinasi tersebut tidak biasa-biasa saja. Melainkan yang bikin wisatawan Indonesia sampai mengeluarkan kata-kata: "wow, emejing, super keren, hemmm.., ruaaar biasa, bikin bangga, ngangenin bingits", dan seterusnya.

Atraksi tersebut tak melulu keindahan alam, keunikan budaya masyarakat setempat, keajaiban peninggalan bangunan bersejarahnya, dan atau perpaduan ketiganya, pun atraksi buatan seperti wahana permainan yang menantang/memacu adrenalin, dan bermacam kegiatan (calendar of event) baik itu acara budaya, sport tourism, pameran, konser musik, seni pertunjukan dll yang spektakuler dan beda/menarik.

Intinya setiap yang dibuat/diadakan harus berkelas dunia, bergengsi tinggi artinya bukan lokalan, nanggung, apalagi asal ada agar wisatawan Indonesia takjub dan bangga.

Langkah kedua, Pemerintah harus menyiapkan aksesibilitas atau infrastruktur dan sarana prasarana (sarpras) yang semakin memadai/lengkap/mudah/murah/ praktis bagi wisatawan Indonesia untuk menuju destinasi wisata andalan dan lainnya.

Aksesibilitas disini bukan semata ketersediaan jalan raya/tol, rel kereta api dan lainnya pun ketersediaan sarana aneka moda transportasinya (darat, laut, dan udara) berikut bermacam fasilitas pendukung yang kian memudahkan pergerakan wisatawan Indonesia berikut rambu-rambu penunjuk jalan, untuk sampai ke setiap objek wisata.

Upayakan ongkos perjalanan ke setiap destinasi di Tanah Air semakin terjangkau masyarakat terutama kalangan menengah ke bawah.


Langkah ketiga, Pemerintah harus menambah lebih banyak lagi amenitas di setiap destinasi atau bahkan objek wisatanya.

Amenitas ini bukan hanya tersedia akomodasi hotel/resort berbintang pun bermacam pilihan jenis penginapan lain (budget hotel, wisma, homestay, dan atau jenis penginapan kekinian) yang berkualitas serta bermacam pilihan rumah makan, restoran, kafe, sentra kuliner, kerajinan/merchandise yang berkualitas berikut pusat oleh-oleh/toko cinderamata serta fasilitas umum seperti mesin ATM, sarana ibadah/kesehatan/hiburan, taman, dan lainnya.

Langkah keempat, Pemerintah harus menyiapkan/memberikan pelayanan/service yang tidak biasa artinya selain semakin berkualitas, terjangkau, pun semakin menyenangkan hati wisatawan Indonesia.

Pelayanan kepada wisatawan Indonesia yang note bene bangsanya sendiri harus lebih diutamakan/dinomorsatukan, bukan sebaliknya dipandang sebelah mata seperti kerap terjadi sebelum pandemi (ketika itu wisatawan mancanegara atau wisman -lah yang terasa sangat dipuja-puja/dielu-elukan).

Jadi ingat, jangan mentang-mentang wisatawan nusantara (wisnus) lalu disepelekan, apalagi kalau wisnusnya dari kalangan bawah. 

Intinya Pemerintah bukan hanya harus terus menyiapkan/menyediakan SDM pariwisata yang andal/berkualitas pun membuat setiap individu di destinasi maupun di setiap objek wisata yang benar-benar melayani wisatawan Indonesia dengan semakin baik (minimal mengedepankan Sapta Pesona & CHSE).

Langkah kelima, Pemerintah harus lebih kreatif dan inovatif membuat atraksi baru yang berkelas dunia (lagi-lagi bukan bertaraf lokalan).

Kenapa? Pertama, perlu diingat orang Indonesia mulai dari yang kelas 'pion' sampai kelas 'sultan' punya gengsi dan gaya hidup cenderung tinggi. Alasan kedua, yang juga perlu disadari, sifat/karakter wisatawan itu selalu ingin mencari/melihat/menikmati/merasakan sesuatu yang baru/beda lagi.

Kalau dia sudah datang ke objek wisata tertentu, pasti dia akan berkunjung ke objek wisata lain. Jika dia kembali datang, bisa jadi karena objek wisata tersebut memang ngangenin atau ada sesuatu yang baru lagi.

Atraksi baru disini bisa bermacam aktivitas wisata yang memadukan keindahan alam dengan wisata buatan yang menakjubkan. Contoh kita bisa lihat antara lain bagaimana China membuat atraksi di sejumlah objek wisatanya yang menakjubkan hingga bukan saja menarik kunjungan warganya pun wisman.

Intinya, Pemerintah harus terus meningkatkan kualitas pelayanan di setiap destinasi yang ada dan menambah alternatif atraksi bahkan destinasi baru. Jadi jangan itu-itu saja. 

Jika selama ini Bali jadi andalan, Pemerintah harus mengemas destinasi baru lain yang beda dengan Bali namun mampu bikin wisatawan Indonesia merasa bangga dan bergengsi kalau berkunjung ke destinasi baru tersebut.

Destinasi-destinasi baru tersebut juga harus memenuhi 4 langkah sebagaimana tersebut di atas.

Langkah keenam, Pemerintah harus lebih bersinergi/berkolaborasi/bekerjasama dengan jurnalis/blogger sekaligus pegiat  media sosial (medsos) yang selama ini benar-benar sudah terbukti loyal menyuarakan kepada publik/masyarakat untuk mengutamakan berwisata di dalam negeri. 

Bukan cuma dengan orang (artis/selebgram/Influencer, dll) yang karena punya followers jutaan lalu diajak ke beberapa objek wisata di dalam negeri, tapi setelah itu justru orang tersebut berwisata ke negara orang, bahkan membuat foto/video/konten lalu menyebarluaskan di ragam medsos-nya.

Kenapa saya menyebut profesi orangnya bukan medianya? Ya karena dimanapun orang itu berada/bekerja dan sampai kapanpun, kalau dia memang jurnalis sejati kepariwisataan/kebudayaan, dia pasti akan terus memajukan pariwisata Nasional. Bukan karena dia bekerja di media ini atau itu, bukan karena dia mendapat tugas meliput pariwisata oleh redaktur/pimrednya. Setelah itu, tidak peduli lagi.


Langkah ketujuh, Pemerintah harus lebih tegas lagi kepada pihak-pihak terkait untuk sama-sama menyuarakan agar wisatawan Indonesia mengedepankan berwisata di dalam negeri. 

Pihak-pihak terkait disini misalnya yang paling dekat dengan orang-orang dalam sendiri. Jangan sampai pimpinannya bergelora mengimbau wisatawan Indonesia berwisata di dalam negeri, eh anak buah atau jajarannya (mungkin) ada yang memasang foto sebagai display HP-nya lagi mejeng/narsis di objek wisata negara orang lain, atau mungkin membuat foto/video/konten di luar negeri saat bertugas (yang jelas-jelas dibiayai negara) lalu diunggah di akun medsos-nya.

Pemerintah juga harus lebih mendukung para jurnalis/blogger/kreator konten yang benar-benar menghasilkan karya jurnalistik maupun non jurnalistik namun informatif dan menarik, serta seniman/sineas film yang benar-benar menghasilkan karya seni/film yang punya muatan/visi agar penikmat/pemirsa/penontonnya lebih tertarik berwisata di Indonesia.

Jangan sampai, Pemerintah berkoar meminta wisatawan Indonesia berwisata #DiIndonesiaAja tapi disisi lain misalkan sejumlah film Indonesia (yang note bene merupakan sub sektor ekonomi kreatif alias masih bagian dari pariwisata), justru memvisualkan objek-objek wisata atau daya tarik negara orang, lantaran syutingnya juga di negara tersebut yang akhirnya bikin wisatawan Indonesia kepingin berwisata ke negara itu sebagaimana dilihatnya di film.

Jadi intinya, Pemerintah memang harus terus melakukan ajakan/imbauan tapi sebaiknya pula dibarengi dengan terus melakukan/menyiapkan 7 langkah sebagaimana tersebut di atas. 

Sekali lagi lewat tulisan ini, saya garis bawahi tak cukup tagar #DiIndonesiaAja dan lainnya, Pemerintah pun harus memperkuat langkah nyata bersama dengan pihak-pihak terkait yang respek terhadap permasalahan klasik ini, supaya wisatawan Indonesia akhirnya semakin banyak yang senang dan bangga lalu mengutamakan berwisata di negerinya sendiri.

Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & tim @travelplusindonesia



0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP