Keseleo Jadi Kecelakaan Tertinggi Pendakian Gepang Selama 5 Tahun Terakhir, Ini Pencegahan dan Penanganannya
Pendakian gunung dimanapun, pendakinya bisa saja mengalami kecelakaan. Jenis kecelakaannya bermacam, ada yang ringan sampai fatal. Nah, khusus pendakian Gunung Gede Pangerango (Gepang) di Jawa Barat, ternyata kecelakaan tertinggi adalah keselo alias terkilir selama 5 tahun terakhir ini.
Berdasarkan infografis yang diunggah Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) di akun Instagram (IG) resminya @bbtn_gn_gedepangrango, tertera dalam lima tahun mulai dari 2017 sampai dengan 2021, tim rescue-nya mencatat kecelakaan pengunjung yang sering terjadi di TNGGP terutama saat melakukan pendakian ada tiga teratas yaitu keseleo (terkilir), hipotermia, dan kesurupan.
Penanganan kecelakaan pengunjung dilakukan di 2 jalur pendakian yaitu resort Cibodas dan Gunung Putri.
Selain tiga jenis kecelakaan teratas, masih ada jenis kecelakaan lainnya yang tercatat di infografis tersebut.
Setelah kesurupan, kecelakaan berikutnya yang kerap dialami pengunjung TNGP adalah pingsan, lemas, dll. Berikutnya asma, sesak nafas, sakit dada.
Di peringkat selanjutnya ledakan tabung gas. Kemudian haid, keram perut.
Dua jenis kecelakaan terakhir yang sering dialami pengunjungnya adalah tersesat dan tersengat tawon.
TravelPlus Indonesia @adjitropis mengapresiasi BBTNGGP yang telah menginformasikan daftar jenis kecelakaan pendakian Gepang ini mengingat Gepang, khususnya Gede termasuk salah satu gunung paling populer di Tanah Air, artinya diminati banyak kalangan pendaki maupun pengunjung non pendaki.
Lewat informasi tersebut, setidaknya pengunjung bisa mendapat bekal untuk senantiasa lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas wisata di TNGGP khususnya kegiatan pendakian.
Pencegahan & Penanganan
Lalu bagaimana cara mencegah agar tidak keseleo dan menanganinya jika mengalami hal tersebut?
Di lansir dari alodokter.com, keseleo atau terkilir adalah cedera yang terjadi pada ligamen, otot, atau jaringan ikat yang menghubungkan otot dan tulang (tendon). Kondisi ini umumnya terjadi pada area yang aktif bergerak, misalnya pergelangan kaki atau belakang paha.
Ligamen, otot, dan tendon berfungsi untuk menjaga kestabilan pergerakan. Pada kondisi keseleo, salah satu atau mungkin ketiganya mengalami peregangan yang berlebihan atau bahkan robekan. Akibatnya, gerakan jadi terbatas dan kurang stabil.
Penyebab utama keseleo adalah meregangnya ligamen, otot, dan tendon secara berlebihan. Keseleo umumnya terjadi ketika seseorang melakukan aktivitas yang menimbulkan tekanan pada sendi, seperti berjalan atau berolahraga di medan yang tidak rata, melakukan gerakan berputar saat olahraga seperti dalam olahraga atletik, dan melakukan pendaratan atau jatuh pada posisi yang salah.
Ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko terjadinya keseleo, antara lain tidak memiliki proporsi otot yang baik, memiliki berat badan berlebih atau obesitas, menggunakan perlengkapan olahraga yang tidak tepat, seperti sepatu yang sudah tidak layak pakai, tidak melakukan peregangan otot atau pemanasan sebelum olahraga, memaksa tubuh untuk melakukan aktivitas ketika tubuh sedang lelah atau dalam kondisi yang kurang baik, dan melakukan aktivitas pada kondisi lingkungan yang kurang baik, seperti permukaan tanah yang basah dan licin.
Umumnya gejala-gejala yang timbul pada bagian tubuh yang mengalami keseleo adalah rasa nyeri, pembengkakan, memar, mati rasa, dan kemampuan gerak terbatas.
Keseleo ringan biasanya hanya menimbulkan rasa nyeri yang tidak terlalu parah dan tidak menimbulkan memar. Sedangkan pada keseleo yang cukup parah, penderita bisa mendengar bunyi robekan atau bunyi “pop” di persendian ketika mengalami cedera.
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya keseleo, di antaranya mengenakan sepatu yang aman dan nyaman dalam segala aktivitas, terlebih saat berolahraga, dan pastikan ukurannya tepat.
Selain itu membiasakan melakukan pemanasan dan peregangan sebelum mulai berolahraga, hindari duduk atau berdiri terlalu lama sebaiknya sesekali istirahat dan lakukan peregangan.
Tak kalah penting berhati-hati jika berjalan di jalanan yang basah, licin, atau konturnya tidak rata.
Satu lagi menggunakan peralatan atau pelindung khusus saat berolahraga, terutama jika pernah keseleo sebelumnya.
Pertama, perawatan mandiri untuk menangani keseleo yang ringan atau mempercepat pemulihan setelah perawatan, pasien dapat melakukan perawatan mandiri di rumah dengan cara mengistirahatkan bagian yang cedera, misalnya dengan menggunakan kruk, setidaknya selama 2 hari atau sampai nyeri berkurang, mengompres bagian yang cedera menggunakan es yang dibalut dengan handuk selama 15–20 menit setiap 3 jam selama 3 hari, melilitkan perban elastis pada bagian yang cedera untuk mengurangi pembengkakan, dan memosisikan bagian yang cedera lebih tinggi dari tubuh terutama ketika sedang berbaring atau duduk.
Selain itu mengonsumsi obat antinyeri yang bisa dibeli bebas di apotek seperti paracetamol atau ibuprofen sesuai dengan petunjuk dalam kemasan.
Adapun yang perlu diperhatikan untuk mempercepat proses pemulihan antara lain hindari mandi air panas, sauna, atau kompres panas, karena bisa membuat pembuluh darah melebar dan meningkatkan aliran darah, sehingga memperburuk pembengkakan dan memar.
Sebaiknya hindari konsumsi alkohol karena dapat memperburuk pembengkakan, hindari aktivitas fisik atau olahraga berat dengan melibatkan bagian yang cedera seperti lari karena dapat memperburuk kondisi, dan hindari pula pemijatan pada bagian yang mengalami cedera karena dapat memperparah pembengkakan dan berisiko menimbulkan perdarahan.
Pemijatan biasanya baru dapat dilakukan 3 hari setelah cedera terjadi atau ketika rasa nyeri sudah berkurang.
Cara kedua, melakukan perawatan medis yang dapat dilakukan oleh dokter untuk mengobati keseleo berat, yaitu fisioterapi, penggunaan alat penyangga, dan atau operasi.
Teks: Adji TravelPlus @adjitropis
Foto: @adjitropis
Infografis: @bbtn_gn_gedepangrango
0 komentar:
Posting Komentar