Kabar Konservasi Pekan Ini: dari Pelantikan Direktur Pelindungan Kebudayaan sampai Program Pariaman Water Front City
Sekurangnya ada dua kabar terkait konservasi yang menyenangkan pekan ini, baik itu menyangkut konservasi budaya maupun alam.
Kabar terkait pelestarian yang menyenangkan tentang konservasi budaya datang dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek).
Pada Selasa (24/8/2021), bertempat di Jakarta, Mendikbudristek Nadiem Makarim melantik Irini Dewi Wanti yang semula menjabat sebagai kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh yang mencakup dua provinsi yaitu Aceh dan Sumatera Utara menjadi Direktur Pelindungan Kebudayaan yang sebelumnya dijabat Fitra Arda Sambas sebagai Plt. Direktur Pelindungan Kebudayaan.
Sewaktu TravelPlus Indonesia @adjitropis mendapat kabar tersebut, jujur senang namun tidak terlalu kaget.
Soalnya sejak mengenal Rini begitu sapaan akrabnya, terutama saat dia menjabat sebagai Kepala @bpnbaceh, TravelPlus sudah memprediksi cepat atau lambat, dia pasti akan menjadi salah satu direktur di kementerian yang membidani kebudayaan.
Prediksi itu pun terbukti. Kenapa TravelPlus memprediksinya seperti itu? Ya karena TravelPlus bukan sekadar kenal, pun melihat/menilai kinerjanya bagus, yang tak lupa melibatkan jurnalis/blogger plus pegiat medsos kebudayaan seperti TravelPlus untuk meliput kegiatannya.
Terakhir TravelPlus mewawancarai Rini via WA pada 6 Agustus 2021 untuk tulisan berjudul "Apakah Aceh Perlu Punya Museum Rempah? Ini Jawabannya" yang tayang di TravelPlus Indonesia dan diunggah di akun Instagram (IG) @adjitropis.
Lantaran TravelPlus kerap dilibatkan, tak heran kalau jejak rekam kegiatan Rini selama menjabat kepala BPNB Aceh sampai saat ini masih ada, baik itu jejak digital di TravelPlus Indonesia dan di ragam medsos IG, FB, Tiktok, dan YouTube TravelPlus, pun jejak cetak di salah satu koran tempat TravelPlus dulu masih menjadi wartawan media cetak.
Di unggahan @bpnbaceh, TravelPlus memang sudah memberi ucapan selamat buat Rini atas pelantikannya di kolom komentar. Tapi rasanya tak cukup. Akhirnya Travelplus membuat unggahan spesial berjudul "Sukses Selalu Buat Rini" selepas pelantikannya.
Dalam unggahan tersebut TravelPlus sertakan sejumlah jejak digital kinerja Rini sebagai kepala BPNB Aceh baik itu kegiatan di Aceh antara lain kegiatan di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah dan Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil maupun di Sumatera Utara antara lain kegiatan di Kabupaten Samosir dan Kabupaten Humbang Hasundutan, kawasan Danau Toba.
Unggahan tersebut bukan hanya menjadi catatan sejarah, pun sebagai pengingat bahwa sinergi (baca: silaturahmi atau bahasa kekiniannya kolaborasi) antara pejabat dengan jurnalis/blogger berpengalaman sekaligus pegiat medsos spesial kebudayaan dan lainnya seperti TravelPlus ini, cepat atau lambat Insya Allah bermuara indah.
Di ujung unggahan tersebut, TravelPlus mengucapkan selamat lagi buat Rini atas pelantikannya disertai dengan doa semoga amanah, senantiasa diberi kesehatan, kemudahan, kelancaran, keberkahan, dan kesuksesan dalam menjalankan tugasnya yang baru serta tetap bersinergi yang asyik dengan jurnalis/blogger plus pegiat medsos spesial kebudayaan agar keberadaan dan kebermanfaatan pelindungan kebudayaan semakin dikenal luas masyarakat.
Sore hari ini, Jumat (27/8/2021), kabar konservasi alam yang menggembirakan datang dari Pariaman, salah satu kota di pesisir Sumatera Barat (Sumbar).
Wali Kota Pariaman Genius Umar lewat akun IG pribadinya @geniusumar mengabarkan kalau dia bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MenLHK) Siti Nurbaya di VIP room Bandara Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman berdiskusi produktif tentang lingkungan hidup kota Pariaman.
Setelah menyambut kunjungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno ke Kota Pariaman pada Jumat Pagi, di sore hari orang nomor satu di kota Pariaman ini ikut menyambut kunjungan kerja MenLHK Siti Nurbaya di ruang VIP Bandara BIM bersama Gubernur Sumbar dan Wagub Sumbar.
Kata Genius Umar, dalam kesempatan tersebut dia melaporkan berbagai program lingkungan yang telah dibangun di kota Pariaman, dan yang menjadi sektor andalan adalah Program Pariaman Water Front City.
Menurutnya untuk pengelolaan kawasan Pariaman Water Front City ini akan dilakukan kerjasama antar stakeholder yakni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Satpol PP untuk Pengamanan, Dinas Perhubungan sebagai pengawasan parkir, dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk kebersihannya.
"Ini kita lakukan untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung termasuk dengan kebersihan kawasan ini, kita juga mengajak pihak desa untuk ikut berpatisipasi dalam pengelolaan ini," tulis Genius Umar sebagai penutup unggahannya.
Kabar Sedih
Namun selain dua kabar konservasi menyenangkan tersebut, seperti biasa pasti ada kabar konservasi yang lagi-lagi menyedihkan, yaitu kabar tentang 3 ekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang ditemukan mati di Desa Ie Buboh, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh.
Perangkap jerat diduga menjadi penyebab matinya satu induk dan dua anak harimau tersebut.
Kabar itu terlebih dulu tersiar di sejumlah media online, lalu diunggah di beberapa akun IG yang peduli terhadap keberlangsungan hidup fauna.
Setelah itu KLHK baru mem-posting kabar duka itu di akun resmi IG-nya @kementerianlhk yang kemudian di-repost oleh akun IG Ditjen KSDAE, sejumlah BKSDA dan balai taman nasional.
TravelPlus sendiri ketika pertama mendapat kabar pilu itu (25/8/2021), jujur sedih dan langsung berucap Astaghfirullahaladzim.., seraya berdoa semoga pelakunya diberi hukuman setimpal atas perbuatannya.
Lantaran tak tega, TravelPlus tak ikut-ikutan membagikan foto 3 Harimau Sumatera yang mati menyedihkan itu, apalagi menyebarluaskannya di ragam medsos, termasuk di tulisan ini.
Satu lagi kabar yang bikin geram banyak orang tentang prilaku tenaga kerja asing (TKA) China di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang menguliti seekor buaya kemudian menyantapnya pada Rabu (26/8/2021).
Video aksi menguliti buaya itu beredar viral di medsos dan kabarnya kemudian dimuat di sejumlah media online.
Sama seperti alasan di atas, karena tak tega TravelPlus pun mengambil sikap untuk tidak menyebarluaskan video maupun foto tangkapan layar dari video tersebut dan atau me-repost dari akun IG lain.
Namun satu yang pasti pelakunya pun harus diproses secara hukum agar tidak terulang kejadian serupa, terlebih buaya itu termasuk satwa yang dilindungi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor Nomor P.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, setidaknya ada empat jenis buaya dilindungi yaitu Buaya Irian (Crocodylus novaeguineae), Buaya Muara (Crocodylus porosus), Buaya Siam (Crocodylus siamensis), dan Buaya Senyulong (Tomistoma schlegelii).
Teks: Adji TravelPlus @adjitropis
Foto: @adjitropis, @bpnbaceh & @geniusumar
0 komentar:
Posting Komentar