Gowes Ziarah, Nanjak Gunung, dan Selami Laut, Itu Perayaan 17-an Potensial Jadi Paket Wisata Spesial
Sekalipun masih didera pandemi, namun sejumlah pihak di berbagai daerah tetap merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia tahun ini dengan bermacam cara.
Amatan TravelPlus Indonesia @adjitropis, dari sekian acara yang digelar oleh bermacam komunitas hobi maupun pihak lain, ada beberapa acara yang sebenarnya potensial dijadikan paket wisata, yaitu perayaan 17-an dengan cara gowes ziarah ke kubur/makan pahlawan atau sesorang yang berdasarkan catatan sejarah berjasa dalam masa perjuangan Proklamasi Kemerdekaan.
Cara tersebut baru-baru ini dilakukan oleh Photocycle yaitu komunitas pesepeda yang beranggotakan pewarta foto atau fotografer dan jurnalis yang berbasis di Semarang, Jawa Tengah.
Tiga hari menjelang 17-an, tepatnya Sabtu (14/8/2021) pagi, belasan anggota Photocycle dengan bersepeda berziarah ke makam R. Soegiarin, yaitu sosok penting yang membantu menyebarkan kabar atau berita Proklamasi Kemerdekaan.
Menariknya dalam acara tersebut, orang nomor satu di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, ikut serta.
Dengan bersepeda, sang Gubernur Jateng itu dengan tim Photocycle bertemu di kawasan Simpanglima lalu mengawali perjalanan dengan menyusuri Kota Lama Semarang dengan tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.
Saat melewati Hutan Kota di kawasan Sleko Kota Lama, Ganjar tak menyangka ada lahan luas diteduhi banyak pohon randu di Kota Lama. "Ini menarik kalau bisa dikelola dan dikembangkan," ujarnya.
Selanjutnya rombongan menuju TPU Bergota menyusuri Jalan Krakal yang menanjak hingga tiba di Gunung Brintik dan menemukan makam R. Soegiarin.
Pria kelahiran Grobogan 13 Juli 1918 dan meninggal 2 Nopember 1987 di Jakarta itu, dimakamkan di pemakaman keluarga Blok Makam Kadipaten Gunung Brintik TPU Bergota sesuai keinginannya sewaktu hidup.
Menariknya lagi, di tempat tersebut sudah ada R. Soegiarno (92), adiknya R. Soegiarin. Dia tengah berziarah, ditemani Danramil 13 Semarang Selatan Mayor Inf Rahmatullah.
Menurut Soegiarno, Koramil selama ini yang ikut menjaga dan merawat makam kakaknya. Bahkan membuatkan prasasti sebagai tetenger dimana tempat tersebut dimakamkan markonis Domei yang menyiarkan kabar proklamasi hingga kantor-kantor berita dunia mengetahui dan melansirnya.
Kata Soegiarno, kakaknya (alm. R. Soegiarin) pada waktu itu adalah wartawan yang menerima perintah dari Adam Malik, pimpinannya di Kantor Berita Domei.
"Dia diminta pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah jam 10.00 WIB agar memberitakan kabar penting melalui berita morse. Tujuannya adalah ke kantor-kantor berita negara seluruh dunia. Kabar tersebut ternyata kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta. Malam hari sudah menyelinap masuk ke mesin pemancar morse agar tak ketahuan Jepang yang menjaga Domei. Setelah berita menyebar ke seluruh dunia, semua jadi gempar. Kakak saya kabarnya saat itu dicari-cari Kempetai (polisi militer-red)," beber Soegiarno.
Ketua Photocycle Bambang RSD mengatakan trip gowes berziarah ke makam R. Soegiarin jelang 17-an bersama Ganjar Pranowo menjadi luar biasa karena pesertanya juga mendapatkan wawasan dan kisah perjuangan R. Soegiarin.
"Ini akan menjadi bahan berita yang layak disebarluaskan. Sebelumnya kami juga tidak tahu adanya sosok dibalik viralnya Berita Kemerdekaan Indonesia kala itu melalui bahasa Morse. Ternyata yang namanya Markonis itu adalah orang yang mengabarkan berita melalui morse," ungkap Bambang RSD.
Acara perayaan 17-an berikutnya yang potensial dijadikan paket wisata adalah upacara dan pengibaran Bendera Merah Putih di puncak gunung.
Acara tersebut kerap dilakukan sejumlah komunitas pendaki gunung ataupun komunitas maupun organisasi pecinta alam, salah satunya Komunitas Pendaki Kalimantan (KPK) cabang Balikpapan dan Penajam, Kalimantan Timur.
Menutur Erwin selaku penyelenggara, trip bersama pengibaran Bendera Merah Putih dalam rangka memperingati Dirgahayu Indonesia atau HUT ke-76 Republik Indonesia ini berhasil diselenggarakan di puncak Gunung Parong.
"Sukses kami kibarkan Bendera Merah Putih di puncak Gunung Parong pas tanggal 17 Agustus, setelah melakukan pendakian sejak kemarin," terang Erwin kepada TravelPlus, Selasa (17/8/2021).
Kata Erwin, Gunung Parong yang terletak di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, kondisi puncaknya berbatu dengan camp area hanya cukup 2-4 tenda saja.
Untuk mencapai puncaknya, ada dua jalur pendakian yaitu pertama, melalui Lokdam namun harus melapor petugas satpam setempat dan jalur kedua, lewat Karang Jinawi (tanpa lapor).
Kalau berangkat dari Balikpapan ke Sepaku dengan berkendara sekitar 2 jam.
Di lereng gunung ini, lanjutnya ada air terjun, namanya Air Terjun Tembinus namun lokasinya bukan berada di jalur pendakian.
Acara perayaan 17-an yang potensial dijadikan paket wisata spesial selanjutnya adalah menyelam (diving) di laut untuk mengibarkan Bendera Merah Putih.
Acara tersebut juga banyak dilakukan para penyelam dari sebuah komunitas penyelam maupun sinergi antar-berbagai pihak.
Contohnya seperti yang dilakukan oleh Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB bekerjasama dengan Penyelam Profesional Pulau Lombok Sumbawa (P3LS), dan Pokdarwis Eco Kecinan.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB Yusron Hadi acara pengibaran Bendera Merah Putih di dasar laut Pantai Kecinan, Kabupaten Lombok Utara, NTB tepat di Hari Perayaan Kemerdekaan RI, Selasa 17 Agustus 2021, merupakan juga hasil kerja keras Pokdarwis setempat.
"Saya apreciate buat Pokdarwis Eco Kecinan yang telah berjibaku sehingga special event ini terselenggara sukses bersama pihak-pihak terkait lainnya," terang Yusron Hadi.
Kata Yusron, selain di perairan Pantai Kecinan, pengibaran Bendera Merah Putih di bawah laut juga dilakukan di perairan antara Gili Petagan dengan Gili Kondo oleh Genpi sekaligus anggota BPPD Lombok Timur (Lotim).
Gili Petagan merupakan salah satu gili (pulau kecil) yang masuk wilayah Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lotim. Tetangga dekat Gili Petagan adalah Gili Kondo. Selain itu masih ada Gili Kapal dan Gili Bidara yang masing-masing memiliki pesona bahari menawan tersendiri.
Sama seperti Pantai Kecinan, keempat gili mungil tersebut pun belum begitu familiar di kalangan wisatawan lantaran kurang terpublikasikan dibanding tiga gili di Lomut (Lombok Utara) dan tiga gili di Lombar (Lombok Barat).
Di Lomut ada tiga gili yang sudah begitu tersohor yaitu Gili Trawangan, Meno, dan Gili Air. Sedangkan di Lombar tepatnya di Kecamatan Sekotong ada tiga gili yaitu Gili Nanggu, Sudak, dan Gili Kedis yang disebut-sebut menjadi pesaing tiga gili andalan Lomut.
Pengibaran Bendera Merah Putih di laut dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan juga dilakukan di perairan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Pulau Moyo.
Di akun IG resminya @twal.pulaumoyo, adminnya menjelaskan
dalam memeriahkan kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini, Resort Tanjung Pasir, SKW II BKSDA NTB bersama PT. Lombok Samudera Abadi dan Sumbawa Biodiversity melaksanakan kegiatan Reef Clean Up dan pengibaran Bendera Merah Putih di kawasan TWAL Pulau Moyo, tepat di saat peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, selasa 17 Agustus 2021.
Lima Faktor Penguat
Kenapa TravelPlus menilai acara-acara perayaan 17-an tersebut amat potensial dijadikan paket wisata spesial? Jawabannya karena ada 5 faktor penguatnya.
Pertama, moment-nya sangat spesial hanya setahun sekali sehingga daya tarik dan daya jualnya tinggi. Kedua, masing-masing aktivitas wisata yang dilakukan berbeda satu sama lain dan punya magnet masing-masing.
Faktor penguat ketiga, objek wisata atau tempat aktivitasnya pun punya keistimewaan masing-masing dengan jenis wisata yang berbeda. Acara ziarah kubur ke makam R. Soegiarin misalnya, itu bisa masuk paket gowes wisata ziarah, sejarah atau gowes city tour.
Sementara yang lain yaitu mendaki gunung dan menyelam bisa dikategorikan wisata alam, wisata petualangan, ataupun wisata olahraga (sport tourism). Khusus menyelam, bisa juga masuk ke dalam jenis wisata bahari atau marine tourism.
Berikutnya, faktor keempat target pasarnya sudah jelas dan banyak. Ziara kubur di makam R. Soegiarin yang dilakukan Photocycle, jelas target pasarnya adalah para komunitas gowes, bisa juga komunitas pecinta heritage tourism. Kalau yang lain, sudah tentu komunitas pendaki gunung dan penyelam serta peminat sport tourism.
Faktor penguat terakhir atau kelima, paket-paket wisata tersebut, bisa dijual bukan hanya pada saat moment 17 Agustus-an tapi bisa diubah/disesuaikan dengan momentum atau perayaan hari spesial lain.
Misalnya dalam rangka memperingati Hari Sepeda Sedunia (World Bicycle Day) yang dirayakan setiap tanggal 3 Juni, Hari Sepeda Nasional 19 November, Hari Gunung Internasional (International Mountain Day) 11 Desember, Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni, Hari Kelautan Nasional 2 Juli, dan Hari Laut Sedunia (World Ocean Day) setiap 8 Juni.
Paket-paket wisata tersebut juga dapat dijual diluar hari-hari spesial itu, atau dengan kata lain bisa kapanpun juga. Peminatnya pasti banyak, sejauh paketnya menarik, variatif, harga terjangkau, punya nilai plus, serta gencar dan tepat sasaran promosinya.
Teks: adji TravelPlus @adjitropis
Foto: Photocycle, Erwin KPK Balikpapan, Dispar NTB/Genpi/BPPD NTB & @twal.pulaumoyo
0 komentar:
Posting Komentar