PON XX, Momentum Papua Unjuk Kenyamanan dan Kreativitas Khas Mentari Harapan Baru dari Timur
Kenyamanan yang TravelPlus Indonesia @adjitropis maksud disini adalah perpaduan antara rasa aman dan nyaman.
Jika dua hal itu senantiasa dirasakan bukan hanya oleh warga Papua dari kota sampai pelosok, pun pendatang baik itu pekerja, wisatawan, dan lainnya, dampak positifnya sungguh luar biasa.
Bukan hanya imej Papua akan semakin positif, daya tariknya pun akan semakin kuat sehingga bakal semakin diminati bukan hanya oleh para pendatang sebagaimana tersebut di atas, pun para pemilik modal atau investor.
Bukankah kalau wisatawan sudah mendapatkan rasa aman dan nyaman, kemungkinan bertandang lagi atau menjadi repeat visitor/repeat tourist ke Papua untuk menikmati ragam daya tarik yang sama atau yang lainnya, amatlah besar.
Sebaliknya, jika kenyamanan tercoreng atau dengan kata lain perasaan tidak aman dan tidak nyaman menghantui warga apalagi pendatang, jelas akan membuahkan citra negatif. Apalagi jika hal tersebut tidak cepat diredam dengan baik. Kalau itu yang terjadi, minat pendatang maupun investor lambat laun akan berkurang.
Oleh karena itu faktor kenyamanan harus terus dijaga dan ditingkatkan oleh masyarakat, pemerintah, dan juga pendatang seterusnya, selamanya.
Semangat berkolaborasi menciptakan budaya nyaman atau collaborate to create a comfortable culture, harus terus digaungkan dan ditunjukkan agar publik yakin sepenuh hati, tidak ragu-ragu atau cemas lagi.
PON XX yang akan dilaksanakan di Papua, tepatnya di 4 klaster yaitu Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Merauke pada 2-15 Oktober 2021, merupakan momentum yang tepat bagi Papua untuk menunjukkan kepada publik bahwa Papua bukan sekadar mampu menjadi tuan rumah yang memberikan kenyamanan, pun kreativitas yang membanggakan dan mengesankan khas Mentari Harapan Baru dari Timur.
Kreativitas yang TravelPlus maksud disini bahwa Papua kini punya berbagai sarana dan prasana serta infrastruktur yang tak kalah dengan provinsi lain, bahkan beberapa di antaranya lebih unggul.
Misalnya, Papua kini sudah punya bandara berkelas internasional yakni Bandara Internasional Sentani (kini berganti nama Bandara Internasional Dortheys Hiyo Eluay) yang gedungnya terdiri atas 2 lantai dengan luas totalnya mencapai 14.300 meter persegi, dan bisa menampung 2.045 orang.
Data yang TravelPlus himpun dari berbagai sumber mencatat antara lain pada tahun 2018, terjadi 62 ribu pergerakan pesawat dan melayani penerbangan 2,1 juta penumpang. Angka yang cukup fantastis bagi Papua saat itu.
Bandara berlandasan pacu 3.000 meter x 45 meter dengan kapasitas apron 13 parking stand untuk pesawat kecil, 8 parking stand untuk pesawat kargo, dan 11 parking stand untuk pesawat kecil berbaling-baling ini mempunyai 2 terminal yakni domestik dan internasional serta dilengkapi sejumlah restoran dan toko oleh-oleh.
Bandara yang dikelola PT Angkasa Pura I (Persero) ini melayani rute perjalanan ke sejumlah destinasi antara lain Jakarta, Makassar, Bali, dan kota lain di Papua.
Maskapai yang melayani penerbangan tersebut di antaranya adalah Garuda Indonesia, Citilink, Batik Air, Lion Air, Wings Air, Sriwijaya Air, Trigana, NAM Air, Susi Air, Cardig Air, dan Dimonim Air.
Kini tinggal bagaimana pengelola bandara dan masyarakat merawatnya termasuk menjaga kebersihan semua fasilitas serta sarpras atau sarana dan prasarananya agar setiap pengunjung yang datang bukan hanya terkesima pun membawa kesan yang baik terhadap bandara tersebut khususnya dan Papua secara keseluruhan.
Kenapa? Ya karena setiap bandara apalagi yang sudah berkelas internasional dimanapun, bukan semata menjadi gerbang utama masuk ke wilayah yang dituju, pun merupakan refresentatif dari wajah daerah/provinsi bahkan negara tersebut.
Jika bandaranya sudah keren pun bersih, otomatis imej orang/warga yang menghuninya di mata orang luar yang datang lewat bandara itu pun akan begitu, keren dan bersih.
Infrastruktur bidang olahraga terbaru yang dimiliki Papua adalah Stadion Lukas Enembe yang semula bernama Stadion Papua Bangkit.
Predikat sebagai stadion terbaik dan termegah kedua setelah Stadion GBK (Gelora Bung Karno) Senayan, Jakarta merupakan gelar membanggakan yang harus dijaga sekaligus dimanfaatkan sebaik mungkin.
Begitupun dengan keberhasilan Papua menjadi tuan rumah PON XX dengan venue utama di Stadion Lukas Enembe, merupakan kepercayaan dari Pemerintah Pusat dan sejumlah pihak yang harus dijaga dan dimanfaatkan pula dengan semaksimal dan seoptimal mungkin.
Kreativitas yang Lebih
Pemanfaatannya tentu saja dengan kreativitas. Kalau bisa kreativitas yang disuguhkan melebihi ekspektasi yang dibayangkan/diharapkan banyak orang/pihak baik dari dalam maupun luar Papua.
Misalnya, sebagai penyelenggara PON XX di era pandemi Covid-19 ini, Papua bukan sekadar mampu melaksanakannya tapi harus bisa membuat sesuatu yang lebih/spektakuler/beda sampai membuat atlit, pelatih, official team, penonton dan wisatawan serta publik takjub, kagum, dan bangga lewat kreativitas yang ditampilkan baik saat acara pembukaan (open ceremony), pelaksanaan bermacam pertandingan maupun ketika acara penutupan (closing ceremony).
Kreativitas disini tidak boleh berhenti sampai selesai penyelenggaraan PON XX saja.
Papua harus membuktikan pada Indonesia bahkan dunia, juga bisa berkreativitas menjadi tuan rumah sejumlah sport event maupun sport tourism berkelas nasional lainnya bahkan level internasional.
Perlu tim khusus untuk menjadikan Papua dipercaya terus oleh sejumlah pihak sebagai tuan rumah berbagai kejuaraan olahraga level dunia di venue Stadion Lukas Enembe dan sehingga keberadaan stadion tersebut terus terpublikasikan dan pamor Papua terus melangit.
Kreativitas disini bukan hanya tugas orang-orang kreatif seperti para seniman, dan lainnya yang akan menyuguhkan penampilan terbaik, pun kreativitas pihak-pihak lain antara lain sumber daya manusia manusia (SDM) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf), pelaku usaha wisata, pebisnis/pengusaha dibidang Parekraf, dan lainnya.
Untuk mencetak lebih banyak lagi SDM Parekraf Papua yang kreatif dan inovatif tentu saja dibutuhkan pendidikan dan pelatihan.
Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) di Papua sudah semestinya ada, untuk melengkapi Akademi Pariwisata (Akpar) dan program studi (Prodi) Pariwisata yang sudah ada.
Kreativitas para pelaku usaha wisata dalam membuat/mengemas destinasi wisata yang unik dan menarik serta beda dengan destinasi wisata yang ada di provinsi lain, juga sangat diperlukan agar pariwisata Papua lebih bervariasi sehingga warga Papua dan pendatang (pekerja, wisatawan, dan lainnya) punya banyak pilihan, selain wisata alam berbasis ramah lingkungan atau wisata ekologi (ecotourism).
Begitupun kreativitas para travel agent/tour operator dalam membuat paket wisata, pengusaha/pebisnis/pemilik modal yang ingin membangun hotel/resort/objek wisata buatan/moda transportasi, dan lainnya, serta para pelaku ekonomi kreatif (ekraf) atau UMKM dalam membuat kerajinan tangan/souvenir/merchandise, dan lainnya haruslah keren, modern namun tetap menonjolkan kekhasan budaya lokal Papua.
Intinya segala macam karya cipta hasil kreativitas baik dalam bentuk penyelenggaraan event berkelas lokal, nasional bahkan internasional, maupun kreativitas dalam membuat pertunjukan ragam seni ataupun benda/barang/bangunan dan lainnya, semuanya harus memberikan unsur kenyamanan dan kreativitas yang khas Mentari Harapan Baru dari Timur ini sehingga publik terus menerus bangga mengunjunginya, menikmatinya, dan menggunakannya.
Teks: Adji TravelPlus @adjitropis
Foto: @ponxx2020papua, @bandarasentani, #bandarasentani & adji
0 komentar:
Posting Komentar