. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 04 Juli 2021

Permintaan Oksigen Meningkat 3 Kali Lipat, Mendadak Terbayang Keistimewaan Gili Iyang


Jelang akhir bulan lalu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan Jakarta sedang menghadapi gelombang pasien Covid-19 tertinggi selama pandemi.

"Kita membutuhkan dukungan dari semua unsur, termasuk pasokan oksigen, yang kebutuhannya akhir-akhir ini meningkat hingga 2-3 kali lipat dari biasanya," kata Anies yang diutarakan di akun resmi Instagram (IG) pribadinya @aniesbaswedan di Jakarta, Minggu (27/6/2021)

Usai membaca unggahan itu, entah kenapa TravelPlus Indonesia @adjitropis mendadak terbayang dengan keistimewaan Gili Iyang.

Apa itu Gili Iyang? Apa Keistimewaannya dan ada keterkaitan apa dengan oksigen? Mungkin itu pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak pembaca.

Gili Iyang merupakan pulau kecil yang berada di Desa Wisata Bancarmara, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Keistimewaannya, Gili Iyang sampai kini mendapat predikat sebagai lokasi berkadar oksigen terbaik kedua di dunia setelah Yordania.

Julukan istimewa tersebut berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tim Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN tahun 2006.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya disela-sela meliput culture event bertajuk Sumenep Spectakuler 2017 yang digelar Pemkab Sumenep akhir Oktober, TravelPlus berkesempatan mengunjungi pulau tersebut dan bertemu langsung dengan Ahyak Ulumuddin, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gili Iyang.

Alhamdulillah, nomor WA Ahyak sampai saat ini masih tersimpan di HP, dan segera TravelPlus menghubunginya untuk mencari tahu keberadaan Gili Iyang terkini untuk meng-update data terbaru.

Menurut Ahyak yang kini juga menjabat sebagai ketua umum Forkom Pokdarwis Kabupaten Sumenep, predikat Gili Iyang sebagai pulau dengan kandungan oksigen (O2) tertinggi kedua di dunia pada tahun 2006 tak bisa dipungkiri membuat Gili Iyang menarik perhatian banyak wisatawan, bukan cuma dari dalam negeri pun mancanegara.

"Turis asing yang datang ke Gili Iyang sebelum pandemi antara lain dari Australia, Jerman, Swiss, dan Saudi Arabia," terang Ahyak awal Juli 2021.

Umumnya wisman tersebut datang dengan biro perjalanan wisata atau travel agent secara berkelompok.

Kata Ahyak, baru pada tahun 2010 potensi wisata oksigen dan kesehatan Gili Iyang mulai dipasarkan lebih gencar lagi melalui media massa dan media sosial. 

Efeknya luar biasa, kunjungan wisatawan terus meningkat mulai tahun 2014. Beberapa pejabat juga ada yang pernah datang antara lain Mensos Khofifah Indar Parawansa pada tahun 2016.

Jumlah wisatawan yang datang ke pulau oksigen yang diyakini bisa bikin awet muda dan panjang umur ini memang lebih banyak wisatawan nusantara (wisnus) daripada mancanegara (wisman). 

“Wisnus yang datang kebanyakan dari kota-kota besar dan kecil di Jawa seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Malang, Gresik, dan lainnya. Termasuk dari Sumenep dan sejumlah ibukota kabupaten yang ada di Madura,” ungkapnya.

Ketika itu, tujuan wisatawan yang datang ke Gili Iyang, lanjut Ahyak selain berwisata juga banyak yang melakukan penelitian terkait kadar oksigen. “Bahkan ada yang membuat paket wisata terapi oksigen buat kesehatan seperti yang dilakukan oleh trip operator dari Gresik,” terang Ahyak.

Setelah pandemi muncul, terjadi penurunan kunjungan wisatawan yang cukup signifikan. "Di awal pandemi tahun lalu jumlah wistawan terus berkurang dan Gili Iyang sempat ditutup bahkan sebagian destinasi tidak terurus," aku Ahyak.

Saat ini Gili Iyang sudah dibuka lagi untuk kunjungan wisata. 

"Syarat datang ke Gili di era new normal ini  tidak ada, wisatawan hanya wajib mematuhi protokol kesehatan atau prokes sebagaimana di destinasi lain. Tapi untuk masuk dan keluar Kabupaten Sumenep harus punya Surat Izin Keluar Masuk (SIKM)," terangnya.

Harga tanda masuk ke Gili Iyang per destinasi hanya Rp 5 ribu per orang.

"Destinasi yang menarik untuk dikunjungi antara lain Spot O2, Batu Cangghe, dan Pantai Ropet," jelasnya.


Meskipun berada di pulau kecil berluas 9,15 Km persegi ini, tapi akses ke Gili Iyang terbilang gampang. Wisatawan bisa datang kapanpun dengan menggunakan kapal reguler dari Pelabuhan Dungkek.

"Ongkos kapal reguler Rp 15 ribu per orang dari Pelabuhan Dungkek. Lalu di Giri Iyang naik angkutan darat Viar Rp 200 ribu keliling pulau," ungkap Ahyak.

Wisatawan bisa berkunjung one day, pagi datang sore pulang. Bisa juga bermalam. "Biaya homestay di Gili Iyang Rp 200 per kamar untuk 4 orang dan disediakan makan Rp 25 ribu per porsi," tambah Ahyak.

Khusus bermalam di akhir pekan terutama malam Sabtu, wisatawan dapat menyaksikan budaya Mancak silat tradisional.

"Itu budaya khas masyarakat di Gili Iyang, yaitu semacam silat tradisional yang mengutamakan seninya," terang Ahyak lagi.

Menurutnya sampai saat ini gelar sebagai lokasi berkadar oksigen terbaik kedua di dunia dengan kadar O2 sebesar masih 21,5 persen atau lebih tinggi dari kadar rata-rata 20 persen, masih digenggam Gili Iyang.

Tingginya kandungan oksigen di Gili Iyang, sambung Ahyak turut berpengaruh terhadap kesehatan penduduk pulau ini yang rata-rata berusia panjang sampai lebih dari 100 tahun.

“Dari 500 orang penduduk Gili Iyang yang mayoritas nelayan, yang sudah masuk kategori lansia di pulau berpasir putih ini, tercatat 157 di antaranya berusia lebih dari 100 tahun dan masih sehat,” pungkasnya.

Naskah: Adji TravelPlus @adjitropis

Foto: dok. ahyak, pokdarwis gili iyang & adji
 

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP