. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 09 April 2021

TMII Ingin Berkelas Dunia? Perlu Kreativitas Tak Biasa


20 April mendatang, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) berusia 46 tahun. Boleh dibilang itu usia yang terbilang matang. Namun...

Jelang berumur 46 tahun justru TMII kembali menjadi sorotan dan hangat dibicarakan.

Lama tak terdengar, pengelolaan salah satu destinasi rekreasi edukasi andalan Jakarta ini kembali membuah bibir sejak Maret lalu.

Kini, mulai 1 April 2021 TMII dikelola oleh negara, tepatnya Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg). Setelah 45 tahun lebih dikelola Yayasan Harapan Kita (YKT).

Dalam keterangannya, Menteri Sekretaris Negara (Mensetneg) Pratikno menegaskan bahwa perbaikan tata kelola TMII dilakukan sesuai Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pengelolaan TMII yang intinya menetapkan penguasaan dan pengelolaan TMII dilakukan oleh Kemensetneg, sekaligus menandai berakhirnya penguasaan dan pengelolaan TMII oleh YHK.

Hal itu disampaikan saat Konferensi Pers di Lobi Gedung Utama, Kemensetneg, Jakarta, Rabu (7/4/21).

Pengambilalihan pengelolaan TMII itu kabarnya tak lepas dari munculnya gugatan hukum dari perusahaan konsultan asal Singapura, Mitora Pte. Ltd yang menggugat lima anak mantan Presiden RI Soeharto ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Di tengah bermunculan taman hiburan buatan lain baik yang ada di Jakarta dan sejumlah kota atau daerah lain di Indonesia, TMII memang tetap berdiri tegar.

Namun tak bisa dipungkiri, kemunculan destinasi wisata buatan lain di sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara yang lebih modern dan berkelas dunia seperti yang ada di Singapura dan Malaysia, membuat TMII seakan tertinggal dan ketinggalan zaman.

Diperlukan kerja keras untuk mengangkat kelas TMII ke tingkat dunia agar peminatnya semakin meluas, bukan hanya warga lokal dan Indonesia, pun masyarakat dari negara-negara tetangga, Asia, dan Eropa serta belahan benua lain.

Kerja keras yang TravelPlus Indonesia @adjitropis maksud di sini adalah kreativitas yang tidak biasa, bukan kreativitas yang standar melainkan kreativitas yang lebih, kreativitas yang bertaraf internasional.

Caranya dengan membenahi dan meningkatkan kemasan produk atau apa yang sudah ada di TMII termasuk acara yang dibuat menjadi lebih baik, inovatif, kekinian, dan berkelas dunia (jangan lokal).

Ditambah kelengkapan fasilitas pendukung sesuai kebutuhan pengunjung yang selaras zaman, modern, dan berkualitas.

Aksesnya harus semakin mudah (terutama transportasi publik yang nyaman sampai ke lokasi dan di dalam area TMII).

Promosinya pun kudu lebih gencar dan kekinian serta melibatkan peran aktif pewarta (wartawan/blogger dll) yang tepat.


Di akun resmi IG @kemensetneg.ri, sejumlah warganet pun menyumbangkan saran.

Pemilik akun
@elizabethlumentut berkomentar begini: "Anjungan di TMII sebagai miniatur daerah masing2.., ke depannya promosi potensi pariwisata bisa dilihat di Anjungan TMII.., congratulation🙏🤝🤲".

Ada juga yang bilang namanya diganti saja, seperti usulan @ma0773148. "Berikan namanya Pusat Hiburan Rakyat PHR Bhineka Tunggal Ika ya Pak? Jangan lupa dirikan juga tugu/monumen Bhineka Tunggal Ika sekalian".

Sementara itu si empunya akun @wali_sukma_kita lebih menyoroti kondisi Keong Mas, salah satu fasilitas/bangunan yang ada di dalam TMII.

Begini usulannya: "Kalau boleh usul saran pak,  Keong Mas itu sebaiknya dikerjasamakan dengan XXI, suaranya cempreng, kursinya jelek, langit-langitnya rusak... Harapannya setelah dikerjasamakan sound system-nya jadi Dolby, kursinya besar-besar, ruangannya pun direnovasi total. Untuk kompensasinya pagi-siang untuk film dokumenter film nasional peruntukan wisata, sore-malam untuk film bioskop XXI...sekian terima kasih".

Sang Penggagas
Sebagai pengingat, Ibu Negara Ibu Tien Soeharto (almarhumah) yang bernama lengkap Siti Hartinah adalah penggagas pembangunan TMII.

Di laman tamanmini.com dijelaskan, gagasan itu terilhami setelah beliau mendengarkan pidato Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan antara bidang fisik-ekonomi dan bidang mental-spiritual. Ibu Tien segera menyampaikan gagasannya itu dalam rapat pengurus YHK tanggal 13 Maret 1970 di Jalan Cendana No. 8, Jakarta. Ketika itu beliau menjabat sebagai Ketua YHK.

Dia menyampaikan bentuk dan sifat isian gagasannya berupa bangunan utama bercorak rumah-rumah adat daerah yang dilengkapi dengan pergelaran kesenian, kekayaan flora-fauna, dan unsur budaya lain dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia.

Gagasan itu dilandasi, antara lain, semangat untuk membangkitkan kebanggaan dan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa serta untuk memperkenalkan Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia.

Gagasan tersebut makin mantap setelah Ibu Tien selaku ibu negara menyertai perjalanan kerja Presiden Soeharto ke berbagai negara, dan berkesempatan mengunjungi obyek-obyek wisata buatan di luar negeri, antara lain Disneyland di Amerika Serikat dan Timland di Muangthai.

Dengan surat YHK, Ibu Tien Soeharto menugaskan Nusa Consultans untuk membuat rencana induk dan studi kelayakan atas dasar gagasannya itu pada tanggal 11 Agustus 1971. Tugas itu selesai dalam waktu 3,5 bulan.


Awalnya lokasi pembangunan gagasannya itu di daerah Cempaka Putih, di atas tanah seluas lebih kurang 14 hektar. Namun Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menyarankan lokasi di daerah sekitar Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo, dengan luas tanah sekitar 100 hektar. Selain lebih luas, lokasi itu juga mengikuti perkembangan kota Jakarta di kemudian hari. Ibu Tien ketika itu menerima saran positif itu.

Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi tahap secara bersinambung. Rancangan bangunan utama berupa peta relief Miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, bangunan Joglo, dan Gedung Pengelolaan. Dalam kurun waktu 3,5 tahun pembangunan TMII tahap pertama rampung.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 20 April 1975 TMII diresmikan pembukaannya oleh Presiden Soeharto, sekaligus menjadi tanggal lahirnya TMII.

Kini menjelang usia 46 tahun, 20 April mendatang, taman wisata edukatif berluas sekitar 150 hektar kini telah berkembang menjadi kawasan wisata yang cukup lengkap.

Selain puluhan anjungan provinsi dan belasan museum serta bangunan keagamaan, juga ada Istana Anak-anak Indonesia, akuarium ikan tawar, gedung pertunjukan, bioskop, kereta gantung, snowbay waterpark, arena skateboard, sarana rekreasi anak-anak, dan lainnya.

Kendati begitu, pamornya belum juga begitu berkilau (baca: lebih mendunia). Untuk menuju ke arah itu, seperti judul tulisan ini, perlu kreativitas tak biasa.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:

1. Jumpa pers Mensetneg Pratikno terkait pengambilalihan pengelolaan  TMII. (foto: @kemensetneg.ri)

2. Ragam aktivitas di TMII dan pengunjung sebelum pandemi Covid-19. (foto: adji TravelPlus)

3. Aneka fasilitas/bangunan di TMII (foto: adji TravelPlus)


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP