. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 09 April 2021

Intip Ragam Tradisi Jelang Ramadhan di Jawa, dari Nyekar sampai Nyadran


Sejumlah daerah di Tanah Air, masyarakatnya memiliki tradisi jelang Ramadhan yang unik dan menarik. Beberapa di antaranya sudah menjadi ikon atraksi wisata setempat yang digelar dalam kemasan festival. 

Tradisi tahunan itu jelas bisa menjaring wisatawan baik lokal, nusantara bahkan mancanegara, asalkan dikemas profesional dan gencar dipromosikan jauh-jauh hari lewat bermacam media.

Jelang Ramadhan sebelum pandemi Covid-19, TravelPlus Indonesia @adjitropis menyuguhkan tradisi menyambut Ramadhan masyarakat di Sumatera dari Aceh sampai Lampung.

Tradisinya antara lain Meugang (Aceh),  Balimau (Sumbar), Balimau Adat Potang Mogang (Riau), Mandi Balimau (Jambi), Sedekah Ruah (Bangka Tengah), Perang Ketupat (Bangka Barat), dan Mandi Massal di Kali Akar (Lampung).

Tahun ini (di era pandemi), giliran ragam tradisi jelang Ramadhan yang dilakukan sejumlah masyarakat di Jawa.

TravelPlus mulai dari Ibukota Negara Jakarta. Warga Jakarta terutama asli Betawi dan beberapa daerah lain di Jawa, selain menggelar syukuran juga melakukan nyekar ke makam orang tua atau kerabat.

Di makam, mereka membaca Surat Yasin. Ada juga yang sengaja meminta pengurus makam atau ustad untuk memimpin doa dan membacakan Surat Yasin.

Setelah itu, mereka menaburkan bunga dan menyirami makan dengan air.

Adapun tujuan tradisi nyekar ini untuk mendoakan ahli kubur agar diampunkan dosanya dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.

Jelang Ramadhan ini, sejumlah Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Tanahnya Si-Pitung ini ramai didatangi peziarah untuk nyekar sehingga membawa berkah bagi para pedagang bunga tabur.

TPU yang padat peziarahnya setiap jelang Ramadhan antara lain TPU Karet Bivak dan TPU Kalibata.

Tetangga Jakarta, yakni Tangerang, Banten, masyarakatnya juga memiliki tradisi unik yakni keramas bersama di pinggir Sungai (Kali) Cisadane. Tua-muda, lelaki-perempuan tumpah ruah menceburkan diri di sungai terbesar di Tangerang ini.

Ritual ini diyakini warga dapat menyehatkan badan dan membersihkan kotoran dalam tubuh. Padahal penggunaan shampoo di sungai ini jelas berdampak pada kualitas air sungai ini.

Lain lagi dengan masyarakat Bogor, tepatnya di Parung Kampung Waru. Di sana ada tradisi tahunan menyambut Ramadhan yaitu Cucurak. Biasanya dilaksanakan seminggu sebelum puasa di Bulan Suci.

Cucurak merupakan tradisi  makan bersama dengan beralas daun pisang. Menunya antara lain nasi liwet, ikan asin, tahu, tempe, dan sambal terasi serta aneka lalapan.

Di Semarang, tepatnya di Kampung Bustaman RT 04 dan RT 05 RW 03 Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Jawa Tengah, warganya biasa menggelar tradisi Tawur Banyu alias perang air setiap menjelang Ramadhan. Karena digelar di Kampung Bustaman, tradisi ini juga disebut Gebyuran Bustaman. Acara ini bertujuan untuk saling mengikatkan tali silaturahmi ini selain membersihkan diri.

Sebelum tradisi gebyuran air ini dimulai, dua sesepuh Kampung Bustaman yang telah berusia 70 tahun secara simbolis menyiramkan air ke dua balita setempat. Gebyuran pertama merujuk pada kebiasaan Kyai Kerto Bustam, sang pendiri kampung ini, yang selalu nggebyur (menyiram) cucunya di sumur saat dimandikan.

Setelah itu, warga langsung melakukan perang air ke warga lainnya. Pria, wanita, tua, muda saling membaur dalam gang sempit tersebut. Ritual ini menekankan setiap warga yang terkena siraman air tidak boleh marah terhadap sesama.

Aksi tersebut dilakukan sekitar mushola tua yang berada di salah satu kampung khas Semarang ini. Sebab, warga setempat meyakini, bahwa air sumur mushola ini merupakan petilasan Kyai Kerto Bustam.

Terakhir, nyadran atau Sadranan yang biasa dilakukan warga lereng Gunung Sumbing, tepatnya di Desa Jetis, Kecamatan Selopampang, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Tradisi tersebut dilakukan dengan membawa ratusan tenongan berisi aneka makanan seperti tumpeng, lingkung ayam, tempe bacem, sayur-sayuran, dan pisang serta jajanan pasar yang dibawa dalam tempat berbentuk bulat bernama tenong makam leluhur, Nyai Nondo sebagai sesepuh desa.

Puncak ritualnya, warga memanjatkan doa untuk keselamatan keluarganya, dan kelancaran dalam mencari rejeki sekaligus.

Tradisi yang digelar sebagai wujud syukur kepada Tuhan sekaligus membersihkan diri sebelum menunaikan ibadah puasa ini berlangsung setiap bulan Sya'ban atau dalam kalender jawa disebut juga bulan Ruwah.

Mengingat tahun ini masih pandemi, buat Anda yang ingin melihat tradisi jelang Ramadhan yang dikemas dalam bentuk festival seperti Gebyuran Bustaman di Semarang, sebaiknya cari info waktu dan tempat pelaksanaannya dari pihak terkait, antara lain lewat  Disbudpar setempat.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Nyekar salah satu tradisi warga Jakarta jelang Ramadhan. (foto: dok yuliana, apri & adji)


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP