. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 22 Maret 2021

Intip Hubungan Berwisata dengan Cuaca di Hari Meteorologi Dunia


Banyak faktor yang membuat sesorang  merasa lebih nyaman berwisata atau melakukan kunjungan wisata, salah satunya karena kondisi cuacanya bersahabat atau baik.

Nah, sehari jelang peringatan Hari  Meteorologi Dunia atau World Meteorological Day 2021 yang diperingati setiap tanggal 23 Maret, TravelPlus Indonesia, IG: @adjitropis, Tiktok: @FaktaWisata.id menyuguhkan beberapa bukti bahwa ada hubungan atau keterkaitan erat antara kenyamaan orang berwisata dengan kondisi cuaca.

Di kutip dari wikipedia, cuaca adalah keadaan udara di atmosfer pada waktu dan tempat tertentu yang sifatnya tidak menentu dan berubah-ubah.


Penilaian terhadap kategori cuaca umumnya dinyatakan dengan memperhatikan kondisi hujan, suhu udara, jumlah tutupan awan, penguapan, kelembapan, dan kecepatan angin di suatu tempat dari hari ke hari.

Adapun unsur-unsur pembentuk cuaca itu suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, laju uap air, awan, hujan, dan angin

Sementara itu di Encyclopaedia Britannica (2015) menyebut cuaca adalah keadaan di atmosfer atau langit atau udara.

Cuaca merupakan perubahan suhu, angin, curah hujan, dan sinar matahari. Cuaca biasanya berlangsung singkat. Sementara kumpulan dari cuaca adalah iklim. Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun.

Di beberapa belahan dunia, cuaca bisa sama terus. Sementara di tempat lain, cuaca bisa berubah-ubah dengan cepat.

Cuaca sangat memengaruhi kehidupan dan aktivitas manusia di bumi. Cuaca menentukan baju yang kita kenakan.


Lalu apa kaitannya dengan pariwisata dalam hal ini melakukan perjalanan wisata atau berwisata? Jelas amat mesra (baca: erat) hubungannya.

Buktinya, kalau cuaca cerah (panas dan terik, seperti saat berwisata di pantai, gurun, dan lainnya), wisatawan disarankan menggunakan suncream atau krim tabir surya dan tidak berbaju tebal.

Sebaliknya kalau destinasinya bersuhu dingin seperti di lembah, dataran tinggi, bukit apalagi gunung dianjurkan memakai sweater/jaket dan atribut penepis dingin lain seperti sarung tangan, penutup kepala seperti balaklava, dan syal. Apalagi kalau berwisata ke daerah bersalju, tentu lebih tebal lagi jaket yang dikenakan.

Bukti lain, kalau cuaca ekstrem seperti hujan dengan intensitas tinggi dan berdurasi lama bisa mengakibatkan bencana  banjir, bandang, dan longsor. Akibatnya sejumlah destinasi wisata pun memutuskan untuk menutup aktivitas kunjungan wisata, contohnya sejumlah pendakian gunung populer di Tanah Air ditutup karena cuaca ekstrem untuk mencegah kecelakaan terhadap pendaki.

Contoh cuaca ekstrem lainnya, gelombang laut disertai angin kencang atau badai kerap melanda sejumlah perairan di negeri kepulauan ini. Kondisi itu mampu menghentikan sementara pengoperasian kapal feri dan lainnya.

Dalam kondisi cuaca ekstrem seperti itu, biasanya membuat banyak orang yang mengurungkan niat/menunda melakukan perjalanan wisata, apalagi ada imbauan dari sejumlah pihak terkait untuk tidak melakukan aktivitas tersebut atau minimal memberi peringatan untuk senantiasa waspada.

Berdasarkan bukti-bukti itu, jelas kondisi cuaca menjadi salah satu faktor orang memutuskan untuk berwisata atau tidak, atau merasa nyaman berwisata atau tidak, selain faktor ketersediaan dana (isi dompet), kesehatan, tujuan yang ingin dicapai, dan lainnya.


Sebagai informasi pengingat. Ilmu yang mempelajari cuaca khususnya untuk keperluan prakiraan cuaca disebut meteorologi.

Kata meteorologi berasal dari Bahasa Yunani, meteoros atau ruang atas (atmosfer), dan logos atau ilmu. Jadi meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas gejala perubahan cuaca yang berlangsung di atmosfer.

Oiya, orang yang mempelajari meteorologi disebut meteorolog atau ahli meteorologi.

Tanggal 23 Maret ditetapkan sebagai   Hari Meteorologi Dunia (HMD) karena tanggal tersebut merupakan hari lahirnya World Meteorological Organization (WMO), sebuah badan spesialisasi di bidang Meteorologi yang beranggotakan 188 negara di bawah naungan PBB. WMO terbentuk pada 23 Maret 1950.

Peringatan HMD setiap tahun berbeda tema. Tahun 2019 WMO menetapkan tema HMD ke 69 itu adalah “The Sun, The Earth, and The Weather” atau "Matahari, Bumi, dan Cuaca". Sedangkan tahun lalu atau HMD ke 70 mengangkat tema “Climate and Water” atau "Iklim dan Air".

Nah, tahun ini atau HMD ke 71 bertema "Ocean, Our Climate and Weather" atau  "Lautan, Iklim dan Cuaca Kita”, sebuah tema yang menghubungkan antara laut, iklim, dan cuaca dalam sistem bumi.

Di masa pandemi ini, Indonesia pun memperingati HMD 2021, antara lain dengan menggelar Konferensi Internasional ke-2 tentang Meteorologi Tropis dan Ilmu Atmosfer (ICTMAS) secara virtual pada 23 hingga 25 Maret 2021.

Konferensi tersebut digelar oleh lembaga Pemerintah non departemen yang dipimpin seorang kepala badan, yang bertugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika di wilayah Indonesia, yaitu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yang berkolaborasi dengan Universitas IPB dan STMKG Indonesia.


Di akun IG resmi BMKG @infobmkg dijelaskan pada Virtual Conference on Day 1, bertepatan dengan HMD 2021, Selasa (23/3) menghadirkan pembicara utama Menteri Riset dan Teknologi Prof. Bambang Brodjonegoro, Direktur DCOP JAMSTEC Kunio Yonyama, serta Kepala Angkasa dan Ilmu Atmosfer LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin.

Lewat tulisan ini, TravelPlus pun tak lupa mengucapkan selamat Hari Meteorologi Dunia 2021 atau ke 71, semoga cuaca di Tanah Air senantiasa bersahabat sehingga mensejahterakan bangsa ini di semua sektor, termasuk pariwisata.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: @adjitropis & @infobmkg

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP