. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 20 Februari 2021

Ini Pesan I Gede Ardika untuk Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan


Setiap individu berkesempatan bukan hanya berwisata pun membangun dan mengembangkan pariwisata di daerah/negaranya. Tentunya pembangunan dan pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab serta berkelanjutan. 

Itulah salah satu pesan mendalam yang disampaikan I Gede Ardika, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) periode 2000-2004 yang TravelPlus Indonesia @adjitropis catat sewaktu beliau menjadi pembicara pertama dalam online seminar bertema: "Strategi Membuka Kembali Indonesia sebagai Destinasi Wisata Unggulan Dunia, tahun lalu.

Itulah pertemuan virtual terakhir TravelPlus dengan Ardika. Sedangkan pertemuan tatap muka terakhir tahun 2013, sewaktu Ardika menjadi pembicara utama dalam seminar kepariwisataan di Lembang, Bandung.

Menurut pria asli Singaraja, Bali ini, sekarang yang dibutuhkan pariwisata adalah kreativitas dalam membuat beragam produk perjalanan yang baru sesuai era pandemi ini dan juga tren ke depan.

"Produk-produk baru yang dibuat harus diujicoba dan dilihat reliability-nya, apakah bisa jadi andalan," pesannya lagi.

Pasar produk itu pun harus jelas.  Untuk saat ini bisa dimulai dari wisatawan lokal, wisatawan nusantara, juga ekspatriat. Baru kemudian regional dan selanjutnya mancanegara.

Dia juga berpesan agar destinasinya harus sudah siap mengimplementasikan protokol kesehatan atau SOP tatanan kebiasaan baru.

SOP itu sejatinya dimulai dari diri sendiri, keluarga, perusahaan atau dengan kata lain dari lingkup terkecil dahulu baru kemudian masyarakatnya apakah benar-benar displin menerapkannya.

Begitupun dengan kesiapan infrastruktur dan suprastruktur protokol kesehatannya, setelah itu destinasinya.

"Jadi step by step, dari situ destinasi bisa dinilai siap atau tidak menerima wisatawan dan akan memperoleh kembali kepercayaan,” jelasnya.

Setelah itu, membuat prioritas destinasi apa saja yang akan reaktivasi.

Sebaiknya pilih beberapa destinasi yang berstatus zona hijau, tidak perlu semuanya. Supaya jika terjadi sesuatu di destinasi tersebut, bisa langsung dan lebih cepat ditangani.


Pesan dia lagi, perlu kehati-hatian dalam mengeluarkan sertifikat bebas Covid-19 dan pelabelan sebuah destinasi yang akan reaktivasi.

“Sertifikat bebas Covid-19 dan pelabelan harus dikeluarkan secara hati-hati. Jika salah, bisa jadi boomerang buat pihak yang mengeluarkan sertifikat dan pelabelan itu,” ungkapnya.

Usai penentuan destinasi prioritas yang akan reaktivasi terlebih dahulu, harus diprioritaskan pula promosinya.

"Pada tahap awal, pilih destinasi-destinasi yang sudah memiliki peminat atau pasarnya, pasti mereka akan bertandang," terangnya.

Promosi destinasi pun harus dilakukan terus secara bertahap, misalkan informasi tentang persiapan penerapan protokol kesehatan, rencana pembukaan, saat pembukaan dan seterusnya.

Paradigma pariwisata Indonesia harus bisa berubah di era pandemi ini. Menghadapi pandemi ini, lanjutnya merupakan tanggung jawab semua, sinergi antara pelaku industri pariwisata, pemerintah, dan masyarakat, serta wisatawan baik itu di atraksi, akses maupun amenitas serta destinasi secara keseluruhan.

Ardika pun mengimbau para pelaku usaha pariwisata harus terus berinisiatif.

"Inisiatif dari industri harus lebih dahulu daripada pemerintah, dan jangan selalu berorientasi pada pemerintah. Lakukan apa yang bisa dikerjakan dimulai dari lingkungan sendiri," pungkasnya.

Tulisan ini TravelPlus buat sebagai tanda terimakasih atas kesediaannya sebagai narasumber buat sejumlah tulisan/berita sewaktu menjabat sbg Menbudpar maupun selepas itu sebagai pengamat kepariwisataan. Beberapa jejak digitalnya masih tersimpan di weblog TravelPlus Indonesia.

Lewat tulisan ini, TravelPlus sekaligus berucap turut berdukacita sedalam-dalamnya, atas berpulangnya  Menbudpar ke 8 (2000-2004) ini di Bandung, Jabar, Sabtu (20/2/2021) pagi, karena sakit.

Selamat jalan Ardika semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan serta kesabaran. 🙏🙏🙏

Sejumlah orang yang mengenalnya pun turut berduka cita dan memberikan komentar positif, salah satunya Glory.

"Beliau figur pemimpin, ya pimpinan yang paham dan menguasai substansi pariwisata. Orangnya ramah, santun, dan kebapaan," ujarnya.


Sebagai pengingat, Ardika yang lahir  15 Februari 1945 (usia 76 tahun) ini menjabat sebagai Menbudpar dalam Kabinet Gotong Royong dengan masa jabatan dari 23 Agustus 2000 sampai dengan 20 Oktober 2004.

Sebelumnya Ardika pernah menjadi  Waka Badan Pengembangan Pariwisata dan Kesenian (2000), Dirjen Pariwisata di Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya (1998-2000), dan  Sekretaris Ditjen Pariwisata (1996-1998).

Selepas tugas sebagai Menbudpar, Ardika kerap diundang sebagai pembicara dalam sejumlah seminar dan workshop terkait pembangunan kepariwisataan.

Ardika juga menulis beberapa buku antara lain buku berjudul "Kepariwisataan Berkelanjutan: Rintis Jalan Lewat Komunitas".

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji & dok.pri

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP