. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 01 Januari 2021

Masker Kain Songket Silungkang Dongkrak Daya Tarik Sawahlunto


Mendongkrak daya tarik destinasi wisata sebuah kota/kabupaten tak melulu lewat ragam tourism and culture event yang spektakuler, pun bisa dari produk ekonomi kreatifnya antara lain kerajinan tangan. 

Rupanya Sawahlunto, kota di Sumatera Barat (Sumbar) ini sudah memahami hal positif itu.

Lewat Songket Silungkang yang menjadi  andalan kerajinan tangannya, bukan hanya mampu mengangkat daya tarik, nama, dan pamor Silungkang, pun Sawahlunto secara keseluruhan.

Menariknya lagi, produk Songket made in nagari (kecamatan) Silungkang yang berjarak sekitar 7 Km dari pusat Kota Sawahlunto ini mengikuti tren kebutuhan vital di era Covid-19 ini, yaitu masker.

Jika dulu sebelum pandemi, produk Songket Silungkang terbatas berupa lembaran kain yang kemudian dirancang menjadi pakaian perempuan maupun baju laki-laki, sepatu, sendal, tas, dompet, dan dikombinasikan untuk baju kaos, kini sejak Covid-19 menyerang Indonesia Februari 2020 bertambah lagi varian produknya dalam bentuk masker.


Untuk kain Silungkang sendiri ada 2 macam yaitu Tenun Silungkang dengan  harga berkisar antara 150K sampai dengan 400K. Satu lagi Songket Silungkang dengan kisaran harga 350K hingga 5 juta per lembarnya.

Panjang kain untuk laki-laki dewasa sekitar 2,70 meter. Sedangkan untuk perempuan lebih kurang 2,50 meter.

Masker Kain Songket Silungkang itu pun dipromosikan langsung Deri Asta selaku Walikota Sawahlunto di berbagai acara. Orang nomor satu di Kota Wisata Tambang yang Berbudaya ini juga menyebarluaskan masker tersebut lewat akun pribadi Instagram (IG)-nya @der1asta.

"Ini yang saya pakai Masker Kain Songket Silungkang mas Adji, produk asli dari Nagari Silungkang, salah satu kecamatan di Kota Sawahlunto," terang Bang Deri, begitu biasa TravelPlus Indonesia @adjitropis menyapanya.


Tak cuma dipromosikan via medsos, Deri Asta pun mengirimkan sejumlah masker itu ke Jakarta buat kegiatan Galang Donasi Masker Kain Nusantara ke-IV yang TravelPlus selenggarakan untuk membudidayakan prokes memakai masker di era pandemi ini.

Masker Kain Songket Silungkang yang dikirim Deri lewat sekretaris-nya Icha @fitria.monalisa ada beragam warna antara lain merah bata, biru tua, hijau, putih krem, abu-abu, dan coklat.

Motif tenunannya pun variatif antara lain tulip, pucuak rabuang, bungo teratai, saik kalamai, dan tampuak manggih.

Menurut Icha, harga per pcs masker tersebut berkisar dari 12K sampai dengan 25K, tergantung motifnya.

Buat yang tertarik membeli Masker Songket Silungkang, lanjut Icha bisa memesan terlebih dulu mengingat bahannya langsung diambil dari penenun sesuai jumlah pesanan.

Pemesan bisa menghubungi  WA Ayu  (+6281275866212) dan Susi (+6281266972090).


Melihat Masker Kain Songket Silungkang kiriman Walikota Sawahlunto yang tiba di Jakarta diujung Desember 2020, TravelPlus jadi teringat tulisan sebelumnya tentang rencana Sawahlunto membuat Museum Tenun Songket Silungkang.

Ketika itu TravelPlus mewawancarai Yuristya Mega selaku Kurator Museum Kota Sawahlunto.

Menurut Mega pendirian museum ini dimulai dengan keinginan Pemkot Sawahlunto untuk melestarikan kebudayaan Tenun Songket Silungkang, terlebih pada tanggal 8 Oktober 2019 Songket Silungkang ditetapkan menjadi Warisan Vudaya Tak Benda Nasional (WBTBN).

Untuk mengetahui kabar terkini tentang museum tersebut, kali ini TravelPlus menghubungi Kepala Bidang (Kabid) Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman, Dinas Kebudayaan Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman (DisbudPBP) Kota Sawahlunto, Rahmat Gino Sea Games.

Menurut Gino untuk Museum Tenun Songket Silungkang saat ini masih pada tahapan studi lanjutan storyline dan identifikasi stakeholder, dengan adanya penyesuaian rencana museum yang akan didirikan adalah living museum, yaitu sebuah rangkaian perjalanan di Nagari Silungkang dengan berbagai potensi dan atraksi yang juga berkaitan dengan cerita Tenun Songket dan masyarakatnya, menjadi suguhan museum ini nantinya.

Lokasi pusat galerinya di Desa Silungkang Duo, namun semua desa di Nagari Silungkang (Silungkang Oso, Taratak Bancah, Muaro Kalaban, Silungkang Tigo, dan tentunya Silungkang Duo) akan menjadi bagian rangkaian living museum.

Jadi tidak hanya satu bangunan museum atau fokus pada penyajian koleksi Tenun Songket saja. Tapi nanti akan ada rangkaian cerita dan tempat terkait Tenun Songket yang dapat dikunjungi wisatawan.


Studi lanjutan ini, lanjut Gino, dilakukan hingga tahun depan bersama pihak-pihak terkait yang dibentuk melalui Surat Keputusan Walikota Sawahlunto.

"Ke depan, harapannya living museum  ini juga menjadi rangkaian perjalanan terintegrasi dengan kereta lokomotif uap E10160 Mak itam," terangnya.

Nah, buat yang ingin berkunjung ke Nagari Silungkang tahun ini, selain bisa melihat aktivitas penenun setempat yang jumlahnya sekitar 400 orang dan sekaligus memborong aneka produknya, pun bisa melanjutkan ke objek-objek wisatanya antara lain Waterboom, Batu Runciang, Lubuak Silaju, dan Galau Basurek/Macrowave serta tentunya ke Museum Tenun Songket Silungkang jika sudah jadi dan beroperasi.

Kalau belum puas, lanjutkan ke sejumlah objek heritage tourism di sejumlah kecamatan lain di Kota Sawahlunto antara lain Lubang Soero dan Gedung Info Box, Kereta Api Wisata Mak Itam dengan Lubang Kalam 800 meter, Gudang Ransum, Bangunan Tua dan Bersejarah serta Meseum Kereta Api.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.deri asta, adji, gino & icha


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP