Inovasi, Adaptasi, dan Kolaborasi Jadi Resep Bang Sandi Pulihkan Parekraf, Ini Sederet Input Supaya Ampuh
Tugas Sandiaga Salahuddin Uno (Bang Sandi) sebagai Menparekraf saat ini di antaranya mempercepat pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf). Untuk itu Bang Sandi menyiapkan tiga resep yakni Inovasi, Adaptasi, dan Kolaborasi.
Dalam rapat pertama dengan Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo, Sekretaris Kementerian, Staf Ahli dan Deputi di kantor Kemenparekraf, Jakarta, Kamis (24/12/2020) atau sehari selepas pelantikan dan serah terima jabatan, Bang Sandi menjelaskan ketiga resep tersebut.
Pertama Inovasi. "Harus ada perubahan yang mendasar saat kita mengembangkan 5 destinasi super prioritas. Inovasi itu harus dilakukan dari segi infrastruktur, budaya, kuliner, fashion, dan segala hal yang berkaitan dengan pariwisata dan ekonomi kreatif," terangnya.
Kedua, Adaptasi. "Kita harus mampu beradaptasi dengan keadaan pandemi Covid-19. Salah satunya dengan terus meningkatkan penerapan ‘CHSE' atau Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah Lingkungan)," jelasnya.
Terakhir atau ketiga, Kolaborasi. "Kita harus menggandeng semua pihak. Jutaan lapangan pekerjaan terdampak di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Ini yang harus kita perjuangkan sehingga lapangan kerja kembali terbuka luas, dan penghasilan masyarakat kembali meningkat," tegasnya.
Penjelasan ketiga resep tersebut diunggah Bang Sandi di akun pribadi Instagram-nya @sandiuno.
Lalu bagaimana supaya resep yang ditawarkan menteri yang berjuluk Papa Online ini benar-benar ampuh?
Pertanyaan itu TravelPlus Indonesia @adjitropis lempar ke sejumlah pihak terkait sebagai narasumber.
Ragam Input
Ada yang mengatakan ketiga resep itu bisa ampuh kalau ada perencanaan yang matang, canggih, dan berwibawa. Tanpa itu akan menjadi sekadar imbauan.
Narsum lain mengutarakan penjabaran ketiga resep itu harus implemented atau diimplementasikan dengan tepat oleh jajaran Bang Sandi. Dengan kata lain mereka (para eselon 1 dan seterusnya hingga ke paling bawah) harus diisi oleh orang-orang yang berisi (smart, cakap, kreatif, melek promosi, dan tentu saja patuh) agar nyambung, minimal tidak terlalu unequal atau jomplang dengan kapasitas Bang Sandi.
Jika ada eselon 1 dan seterusnya yang dianggap tak berisi, tidak bisa melaksanakan penjabaran ketiga resep Bang Sandi tersebut, narsum ini mengatakan supaya Bang Sandi jangan ragu untuk segera menggantinya dengan orang yang berisi.
Ada juga yang bilang, ketiga resep itu terutama Kolaborasi bisa ampuh bila melibatkan Pentahelix (pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, pengusaha/pelaku usaha Parekraf, dan sudah pasti media) untuk bersatu teguh mempercepat pemulihan Parekraf.
Khusus media, ada narsum yang memberi input harus mengutamakan wartawan/blogger/influencer yang benar-benar konsisten meliput Parekraf dan Budpar sejak lama mengingat pemilihan tersebut sangat penting dalam exposure dan efektivitas penyampaian informasi serta sangat berpengaruh terhadap kemajuan kepariwisataan.
Fungsi dan peran Biro Komunikasi Publik atau Humas Kemenparekraf/Baparekraf harus menjadi penentu pemilihan wartawan/blogger/influencer yang pantas dilibatkan atau diajak berkolaborasi agar kegiatan, kebijakan, dan goal yang ditargetkan Kemenparekraf/Barekraf tercapai, minimal tidak melenceng.
Kolaborasi disini juga berarti sinergi lintas kementerian/lembaga yang punya kaitan erat dengan Parekraf.
Narsum lainnya menyampaikan jika ada kebijakan bersama antara 2 atau bahkan lebih dari 3 kementerian, maka harus disampaikan jauh-jauh hari atau dengan kata lain tidak last minute. Sebab kalau dadakan bisa berdampak merugikan pelaku usaha wisata dan wisatawan.
Satu lagi, penggunaan event organizer (EO) maupun dan Professional Conference Organizer (PCO) pun harus tepat agar pelaksanaan kegiatan Kemenparekraf/Baparekraf efektif dan optimal.
Menariknya, ada PCO yang juga enggan disebut namanya memberi input agar dalam kegiatan Kemenparekraf/Baparekraf kedepan terutama ke luar daerah sebaiknya mengurangi keterlibatan ASN baru apalagi tenaga honorer yang kurang jelas tugasnya/kurang penting, justru malah merepotkan, dan banyak yang sok tahu. Maklum honorernya ada yang titipan dari si A, B, C, masih anaknya, saudaranya, dan seterusnya.
Menurut PCO tersebut, lebih baik mengajak lebih banyak wartawan/blogger/influencer berpengalaman untuk membantu menyebarluaskan informasi kegiatan Kemenparekraf/Baparekraf berikut destinasi dan bermacam daya tariknya. "Jika masih begitu saja, gimana Parekraf mau cepat pulih, bangkit apalagi maju," tandasnya.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok. @sandiuno
0 komentar:
Posting Komentar