Astaga, Sampai November 2020 Total Sampah di 4 Jalur Pendakian Rinjani 1,19 Ton
Ayo Jaga Rinjani. Bawa Sampahmu Kembali. Rinjani Bukan Tempat Sampah!
Ada 3 infografik lagi yang diunggah akun Instagram (IG) resmi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) tersebut.
Di infografik kedua, berisi data sampah dari 4 jalur pendakian Gunung Rinjani tahun ini.
Ternyata datanya amat mengagetkan (baca: memprihatinkan). Sampai November 2020 ini total sampahnya sebanyak 1,19 ton di 4 jalur pendakian gunung yang berada di Lombok, NTB tersebut. Padahal sepanjang tahun 2020 ini masa pandemi dan pendakian di 4 jalur tersebut sempat ditutup lama.
Di infografik berwarna dasar hijau itu, tertera data sampah di jalur pendakian via Sembalun paling banyak dibanding 3 jalur lainnya.
Sampah para pendaki tak bertanggungjawab yang berhasil dikumpulkan di Jalur Sembalun seberat 592,2 Kg, lalu dibawa turun ke kantor Resort Sembalun SPW II TNGR.
Penyebab tingginya jumlah sampah di Sembalun, dikarenakan jalur tersebut selama ini memang menjadi jalur favorit para pendaki.
Sementara itu di Jalur Senaru sampah yang produksi pendaki bukan pecinta alam alias abal-abal seberat 189,5 Kg, di Jalur Tambanuh (363,2 Kg), dan di Jalur Aikberik sebanyak 47,6 Kg.
Berikutnya, di infografik ketiga tercantum data jumlah dan jenis sampah hasil kegiatan Clean Up Rinjani pada destinasi wisata pendakian Rinjani tahun 2020.
Total sampah yang dikumpulkan dari kegiatan itu seberat 326,2 Kg. Adapun jenis sampah yang paling banyak terkumpul adalah sampah botol kaca sebanyak 95 Kg, kemudian sampah campuran (66 Kg), botol plastik (63,2 Kg), plastik (54,5 Kg), dan kaleng sebanyak 47,5 Kg.
Di infografik terakhir atau keempat, tertera data per bulan dan rekapitulasi jumlah sampah pada destinasi wisata non pendakian tahun 2020.
Faktanya, sejak reaktivasi atau dibuka kembali destinasi wisata non pendakian di TNGR pada Juli 2020 sampai dengan November, total sampah yang terkumpul seberat 1,47 Ton dengan rekapitulasi jumlah sampah paling tinggi pada September 2020 sebanyak 537,7 Kg.
Hal itu jelas berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah pengunjung di seluruh destinasi non pendakian pada bulan tersebut.
Sementara pada bulan Juli sampah yang terkumpul seberat 474,5 Kg, Agustus (315,2 Kg), Oktober (132 Kg), dan November sebanyak 11 Kg.
Piagam Rinjani
Melihat begitu banyaknya sampah para pendaki yang tak ramah lingkungan di destinasi wisata pendakian dan pengunjung sembrono di destinasi wisata non pendakian kawasan TNGR, pihak balai TNGR berinisiatif mengambil langkah dengan melakukan penandatanganan Piagam Rinjani bersama dengan sejumlah stakeholder termasuk dengan komunitas pendaki dan pecinta alam. Pemda Lombok Timur, perwakilan 36 pemerintah desa, Pokdarwis, dan kelompok pemuda serta pelajar sekitar Lingkar Rinjani.
Penandatanganan Piagam Rinjani dan Sosialisasi Kebijakan Pemulihan Ekosistem yang dihadiri Gubernur NTB Zulkiflimansyah tersebut dilakukan di Ulem-ulem, Desa Tetebatu (desa wisata tertua di Lombok), Kabupaten Lombok Timur, NTB, Minggu (13/12/2020).
"Penandatanganan piagam tersebut sebagai tanda komitmen para pihak terkait untuk menjaga dan melestarikan kawasan Rinjani," jelas Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Dedy Asriady kepada TravelPlus Indonesia.
Diharapkan lewat penandatangan Piagam Rinjani ini, lanjut Dedy, dapat mengembalikan fungsi Kawasan Gunung Rinjani, sekaligus menjaga kelestarian dan pengelolaannya secara serasi, seimbang, dan berkesinambungan serta terintegrasi dengan mengacu pada filosofi “Aik Meneng Tunjung Tilah Empak Bau" (Rinjani indah, air jernih, bunga teratai hidup sehat, dan ikan ditangkap, semua segar).
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.tngr
0 komentar:
Posting Komentar