Literasi Publik Terkait Zona Pemanfaatan di Kawasan Konservasi itu Amat Penting, Ini Tips Mempublikasikannya
"Tks mas Adji tulisan2nya☝🏽👍🏻👍🏻. Bisa ikut ke Rinca...dg sy dan P. Nandang?," begitu isi pesan WA yang TravelPlus Indonesia @adjitropis terima dari Direktur Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wiratno @inungwiratno, Selasa (27/10/2020).
Mendapat ucapan terimakasih dan ajakan dari orang nomor satu di Ditjen KSDAE @konservaei_ksdae via pesan WA, boleh dibilang antara percaya dan tidak.
Maklum, selama ini TravelPlus hanya mengirim link-link tulisan tentang KLHK, wisata ekologi (eco tourism) atau hal-hal terkait konservasi ke beliau dan sesekali melontarkan pertanyaan juga via WA.
"Insya Allah bisa... Kapan om?," balas TravelPlus.
Lalu Wiratno membalasnya: "Jumat pagi... Nanti P. Nandang akan kontak mas Adji".
Tak lama kemudian Nandang Prihadi @nprihadi yang tak lain Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK) KLHK memberi kabar ke TravelPlus lewat WA perihal rencana ke Rinca tersebut, lalu diteruskan staffnya, Susan untuk urusan pemesan tiket pesawat.
Akhirnya, Jumat (30/10/2020) pagi kami (Wiratno, Nandang & TravelPlus) bertolak ke Labuan Bajo dengan pesawat Garuda Indonesia.
Selain kami juga ada Prof. Winarni Manoarfa (Staf Ahli Menteri I LHK Bidang Hubungan Antar-Lembaga Pusat & Daerah); Kelik Wirawan (Staf Khusus Kementerian LHK Bidang Konstitusional Masyarakat dan Kemitraan; Iskandar (Kepala Subbagian Data & Informasi, Bagian Program Evaluasi, Sekdirjen KSDAE, Ditjen KSDAE), R. Hendratmoko, dan Johan H.
Setibanya di Bandara Komodo, Labuan Bajo, TravelPlus langsung menuju Hotel Prundi untuk mengikuti diskusi publik antara KLHK yang dipimpin Wiratno didampingi sejumlah bawahannya dengan sejumlah pihak terkait antara lain tokoh masyarakat Pater Marsel Agot, tokoh pemuda dan kader konservasi Fery Adu, perwakilan dari Badan Otorita Pariwisata (BOP) Labuan Bajo Flores, peneliti Komodo, perwakilan dari Kemen-PUPR, dan sejumlah media.
Dalam diskusi tersebut TravelPlus memberikan input pentingnya melakukan literasi publik setiap kegiatan terkait konservasi terlebih di zona pemanfaatan kawasan Taman Nasional (TN) maupun di wilayah konservasi yang berstatus Taman Wisata Alam (TWA), Taman Hutan Rakyat (TAHURA), Cagar Alam (CA), Suaka Margasatwa (SM), Taman Buru (TB), dan lainnya.
Tak hanya itu, TravelPlus juga memberikan tips bagaimana mempublikasikan/mensosialisasikan literasi publik di era medsos yang praktis, cepat, dan jangkauannya amat luas agar masyarakat luas tahu bahwa pembangunan di zona pemanfaatan boleh dilakukan dengan tetap mengindahkan konsep konservasi serta paham apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat berkunjung ke kawasan konservasi serta tentunya daya tarik yang ada zona tersebut.
Sekurangnya ada tiga tips yang TravelPlus lontarkan, yakni pertama: menggunakan akun medsos terkini dalam hal ini Instagram (IG) yang dimiliki setiap TN, TWA, CA, TAHURA, SM, TB, dan lainnya dengan literasi publik yang menarik, informatif, dan mudah dimengerti baik berupa foto dan teks; video dan teks maupun perpaduan ketiganya.
Kedua, bersinergi dengan wartawan/blogger/influencer terpilih yang selama ini loyal meliput/menulis terkait KLHK, kawasan konservasi seperti tersebut di atas, wisata minat khusus, wisata ekologi (eco tourism) dan lainnya serta yang amat melek publikasi karena rajin/aktif menyebarluaskan hasil karya jurnalistiknya (link tulisan/foto/videonya) ke ragam medsos, WA/WAG, telegram, dan lainnya.
Bentuk sinerginya antara lain berupa peliputan dan pengemasan hasil liputannya dalam bentuk video, foto maupun tulisan (teks, berita, feature/artikel, pers release, advertorial, dll) serta pengisian di website yang dimiliki masing-masing TN, Balai KSDAE, dan media/bahan publikasi lainnya.
Ketiga, melibatkan komunitas terkait antara lain pecinta alam, pendaki gunung, penyelam, dan peminat wisata minat khusus lainnya, travelers, backpakers, adventurers, wisatawan pro konservasi, dan lainnya untuk turut menyebarluaskan informasi literasi publik yang sudah dibuat atas kerjasama KLHK dengan wartawan/blogger/influencer terpilih sebagaimana tertera di atas lewat ragam medsos, WA, WAG dan lainnya.
Di kesempatan itu, TravelPlus menegaskan literasi publik harus selalu digencarkan bukan hanya saat ada kejadian yang viral seperti misalnya foto truk hijau berhadapan dengan seekor Komodo di Loh Buaya yang heboh di medsos lalu jadi pemberitaan di media massa baru-baru ini, pun ketika tidak terjadi apa-apa agar publik/netizen atau warganet paham dan tidak asal memberi komentar.
Keesokan harinya, Sabtu (31/10/2020) TravelPlus menuju resor Loh Buaya, Pulau Rinca dengan kapal speeeboat Napoleon yang dinahkodai Zainudin.
Di resor Loh Buaya, Wiratno dan tim meninjau pelaksanaan penataan sarana dan prasarana (sarpras).
Usai meninjau, Wiratno bersedia menjawab semua pertanyaan wartawan termasuk memberikan waktu kepada TravelPlus untuk membuat Video Instagram mengenai lokasi penataan sarpras yang berada di zona pemanfaatan bukan di zona inti Pulau Rinca.
Jelang sore, Wiratno kembali ke Labuan Bajo, sedangkan rombongan lain mengunjungi Pulau Padar.
Besoknya, Minggu (1/11/2020), sebelum kembali ke Jakarta, Wiratno berkesempatan memberikan penghargaan konservasi kepada 40 individu maupun badan yang bermitra baik dengan TN Komodo di Gedung Komodo Visitor Center, Labuan Bajo.
Bagi TravelPlus, kunjungan ke Labuan Bajo dan TN Komodo kali ini merupakan kesempatan yang keempat.
Pertama tahun 1992 (berpetulang sendiri menjelajahi Flores dari TN Kelimutu hingga TN Komodo atas biaya sendiri, ketika itu masih berstatus mahasiswa dan menjadi penulis lepas/freelance writer di sejumlah media ternama di Jakarta. Sepeluangnya beberapa tulisan feature tentang TN Kelimutu dan TN Komodo dimuat antara lain di koran Media Indonesia, Waspada, Majalah Travel Club, Majalah Matra, dan Koran The Djakarta Post).
Belasan tahun kemudian, TravelPlus baru kembali lagi ke Labuan Bajo dan TN Komodo untuk kali kedua dan ketiga dalam rangka peliputan, diajak Kementerian Pariwisata serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jelang akhir tahun 2020 masih dalam suasana pandemi Covid-19, TravelPlus berkesempatan ke Labuan Bajo dan TN Komodo (Pulau Rinca) lagi, dan kali ini bersama Ditjen KDSAE, KLHK.
Mengingat pentingnya informasi peninjauan langsung yang dilakukan Wiratno di Pulau Rinca yang saat ini ditutup sementara untuk kunjungan wisata karena ada penataan sarpras, TravelPlus segera mempublikasi literasi publik-nya dalam bentuk video dan teks serta foto dan teks, terlebih dulu lewat akun IG TravelPlus Indonesia @adjitropis yang kemudian disebarluaskan ke sejumlah individu/komunitas/pihak terkait via WA/WAG.
Kenapa? Karena itu lebih praktis, cepat, dan jangkauannya tak terbatas sejauh masih ada data internet dan sinyal.
Alhamdulillah beberapa video IG yang TravelPlus unggah sudah disukai ratusan warganet dan di-repost sejumlah Balai TN dan Balai KSDAE sehingga semakin tersiar luas pembacanya.
Contohnya video berjudul: Dirjen KSDAE KLHK Wiratno: "Penataan Sarpras di Loh Buaya, Pulau Rinca, TN Komodo di Zona Pemanfaatan" sampai tulisan ini TravelPlus buat sudah dilihat/disukai 423 warganet.
Lalu video berlabel: Achmad Ariefiandy dari Komodo Survival Program: "Penataan Sarpras di Loh Buaya Jauh dari Sarang Aktif Komodo (499 warganet).
Begitupun dengan 2 video lainnya yang berjudul: Lima Kriteria Ini Harus Dimiliki Penerima Penghargaan Konservasi (220 warganet) dan video bertajuk: Keberadaan TN Komodo Berikan Multiplier Effect Sangat Besar, sudah dilihat/disukai 177 warganet.
Setelah literasi publik untuk keperluan medsos beres, kemudian baru membuat beberapa tulisan yang dimuat di laman TravelPlus Indonesia. Link tulisannya pun tak lupa TravelPlus sebarluaskan via ragam medsos terkini, WA, dan sejumlah WAG terkait.
Semua publikasi literasi publik terkait peninjauan penataan sarpras di Loh Buaya dan kegiatan pendukungnya tersebut, sengaja TravelPlus lakukan semata supaya publik/warganet terinformasikan dengan baik.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, Ig: @adjitropis)
0 komentar:
Posting Komentar