. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 21 Oktober 2020

Ekspedisi Lawalata IPB Sukses Petakan 5 Gua di TNGHS, Ini Sederet Faktanya


Ekspedisi kawasan karst yang dilakukan Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam  Institut Pertanian Bogor (IPB), Lawalata di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), berhasil memetakan 5 gua. Ada gua yang paling menantang ditelusur, berornamen paling indah, kaya biota, dan lainnya. 

Lima gua yang dipetakan dalam ekspedisi dari tanggal 26 September hingga 6 Oktober 2020 itu adalah Gua Keramat, Otjang, Karang, Guling, dan Gua Zonke.

Kelima gua tersebut tersebar di 4 desa yang berbeda, tepatnya di wilayah Resort Gunung Bongkok, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Banten.

"Karakteristik gua yang berhasil dipetakan terdiri atas 4 gua horizontal dan 1 gua vertikal," terang Beibi Wydia Hutasoit selaku ketua tim Ekspedisi Kawasan Karst Lawalata 2020 kepada TravelPlus Indonesia, Rabu (21/10).

Fakta lainnya, lorong gua terpanjang yang ditelusur tim ekspedisi ini adalah Gua Keramat dengan panjang lorong 200,59 meter. Sedangkan yang terpendek Gua Zonke sepanjang 10 meter.

Berikutnya, dari 5 gua yang dipetakan, Gua Otjang satu-satunya gua yang memiliki aliran air bawah tanah. "Aliran airnya menyerupai curug (air terjun_red)," ungkapnya.

Menurut Beibi gua yang paling menantang dijelajah adalah Gua Otjang. "Karena itu tadi, guanya memiliki curug, dan untuk mencapainya harus melewati sump terlebih dahulu," terangnya.


Kalau dilihat dari sisi keindahan ornamen dalam gua seperti stalaktit dan stalakmit, lanjut Beibi, yang paling menawan juga Gua Otjang.

Sementara itu dari segi kekayaan biota yang ditemukan, paling banyak di Gua Keramat.

"Biota yang berhasil kami data antara lain jangkrik, kalacemiti, laba-laba, tokek, kelelawar, siput, dan cacing," jelasnya.

Kata Beibi, ekspedisi yang dipersiapkan dari bulan Desember 2019 ini dilakukan dalam rangka menganalisis serta mendokumentasikan potensi kawasan karst yang berada di sekitar TNGHS.

"Ekspedisi ini dilandasi informasi dari masyarakat setempat yang menemukan lubang yang diduga mulut gua dan belum ada penelitian yang dilakukan di sana," terangnya lagi.

Hasil ekspedisi ini kemudian dibahas dalam 'Webinar Hasil Ekspedisi Kawasan Karst Lawalata 2020' secara daring melalui Zoom Meeting dan kanal YouTube, Sabtu (17/10/2020).

Dalam webinar tersebut, selain Beibi juga hadir pembicara Kepala Balai TNGHS Ahmad Munawir dan dosen dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB Arzyana Sunkar.


Dalam paparannya, Ahmad Munawir menjelaskan eksplorasi gua yang pernah dilakukan di wilayah kerja TN TNGHS antara lain Eksplorasi Karst Karang Kandang di Resort Panggarangan oleh Lawalata IPB pada tahun 2017.

Dua tahun kemudian Eksplorasi Gua Karang Tumpang di Resort Gunung
Bedil oleh Himakova IPB.

Tahun 2020 ini Lawalata IPB juga melakukan Ekspedisi Kawasan Karst di Resort Gunung Bongkok.

Menurut Ahmad Munawir, kawasan  TNGHS seluas 87.699 Ha yang mencakup wilayah Provinsi Banten (Kabupaten Lebak) dan Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi) ini mempunyai potensi jasa lingkungan berupa sumber daya air dan panas bumi.

"Tercatat lebih dari 115 jenis sungai dan anak sungai yang bersumber dari dalam kawasan TNGHS atau TN Halisa ini," ungkapnya.

Di dalamnya juga ada masyarakat yang tinggal di 106 desa dan 26 kecamatan dan masyarakat adat yang masih memegang teguh aturan adat. "Juga ada beberapa kasepuhan masyarakat adat antara lain Kasepuhan Urug, Ciptagelar, Sirnaresmi, Cisitu, Citorek, dan Cisungsang," ungkap Ahmad Munawir.


Arzyana Sunkar dalam paparannya menerangkan Indonesia memiliki banyak kawasan bentang alam karts antara lain Maros-Pangkep, Gunung Sewu, Gombong Selatan, dan Raja Ampat.

Ekosistem karst, sambung Arzyana memiliki banyak nilai antara lain nilai  hidrologi, geologi, biologi arkeologi/budaya, ilmiah/pendidikan, dan nilai rekreasi/komersial.

Menurut UNESCO, air tanah di karst merupakan sumber air minum yang sangat penting dan yang paling aman (25% dari air minum dunia).

Namun karena adanya koneksi yang kuat antara eksokarst dan endokarst menyebabkan air tanah di karst sangat rentan terhadap pencemaran, yang bisa dengan cepat dialirkan ke mata air dan sumur.

"Itu hidrologinya, sedangkan dari sisi rekreasi, keindahan kawasan eksokarst dan endokarst mampu meningkatkan peluang pengembangan wisata gua yang semakin populer," terang Arzyana.


Kabar Baik
TravelPlus menilai keberhasilan ekspedisi kawasan karst yang dilakukan Lawalata IPB merupakan berita menggembirakan bagi dunia petualangan Indonesia khusus penelusuran gua (caving).

Maklum, kegiatan ekspedisi di Tanah Air saat ini boleh dibilang mati berangai atau mati suri, terlebih ditambah dengan munculnya wabah pandemi Covid-19.

Ekspedisi ini juga kian menegaskan bahwa Lawalata-IPB yang didirikan 21 September 1974 ini memang kelompok Mapala yang konsen mempromosikan “lingkungan“ dan bukan sekadar alam, maksudnya “lebih” bergerak di bidang lingkungan hidup daripada sekadar petualangan.

TravelPlus membuat tulisan ini sebagai bentuk dukungan buat Lawalata IPB agar gaung kesuksesan ekspedisi terbarunya ini semakin bergema, dan terus bersemangat melakukan ekspedisi maupun eksplorasi lainnya.

Pun sekaligus memacu kelompok/organisasi/perkumpulan/komunitas pecinta/pegiat alam lain untuk melakukan ragam ekspedisi di Tanah Air, supaya kegiatan ekspedisi yang bernilai plus ini kembali berdenyut.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.lawalata ipb, paparan beibi, ahmad munawir & arzyana sunkar


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP