. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 27 Oktober 2020

Awas Komodo Itu Licik, Ini Tips Nyaman Lihat Langsung di Habitatnya


Komodo memang bisa Anda lihat di kebun binatang, antara lain Ragunan, Jakarta. Tapi kalau Anda melihat di habitatnya langsung di Taman Nasional (TN) Komodo, Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), dijamin jauh lebih menantang. 

Sebelum bertolak ke TN Komodo yang menjadi kerajaan Komodo, sebaiknya Anda memahami kelakukan biawak purba raksasa yang oleh turis asing disebut Dragon ini.

Anda harus tahu kalau Komodo itu pandai menipu. Boleh dibilang licik.

Saat diam, biawak berukuran jumbo ini seperti hewan lemah. Padahal itu taktiknya untuk menyergap satwa lain dan manusia yang lengah.

Komodo merupakan satu-satunya spesies terakhir dari keluarga monitor lizard yang mampu bertahan hidup dan berkembang.

Di leaflet zadul TN Komodo dijelaskan kalau satwa berdarah dingin ini ditemukan pertama kali oleh seorang Belanda bernama JKH Van Steyn tahun 1911.

Setahun kemudian baru terkenal di dunia ilmu pengetahuan, tepatnya setelah peneliti dan ahli biologi, Mayor PA Ouwens memberikan julukan dalam tulisan berjudul “On a Large Varanus Species from the Island of Komodo” dengan nama ilmiah Varanus komodoensis.

Berdasarkan pengamatan TravelPlus Indonesia langsung di Pulau Komodo dan pulau lain yang ditinggali satwa ini beberapa tahun silam, ternyata Komodo punya trik sendiri untuk mengelabui mangsanya.

Dia pura-pura diam seperti sebatang kayu lapuk. Gerakannya lamban dan malas. Tapi setelah mangsanya lengah, dia segera menyergapnya dengan mulutnya yang moncong atau dengan bantuan ekornya dengan cara menyabet mangsanya sekeras mungkin. Wow, benar-benar licik.

Kelebihan lain, predator mengerikan ini dianugerahi penciuman yang sangat tajam, terutama bila mencium amis darah dan bau bangkai meski berjarak 2 Km.

Di habitatnya, Komodo lebih suka menyendiri (soliter). Sejak kecil, anak komodo dibiarkan mencari makan sendiri oleh induknya. Hewan ini jarang sekali berkelompok kecuali di Banu Nggulung.

Beberapa Komodo di tempat ini malas mencari makan sendiri akibat dulu terbiasa diberi umpan (feeding) gratis dari pengunjung, akhirnya populasi rusa, babi hutan, dan kerbau liar kian bertambah hingga mengganggu keseimbangan alam. Beberapa tahun belakangan, acara feeding dilarang.

Masyarakat Pulau Komodo dan sekitarnya menyebut Komodo itu Ora. Tapi warga pesisir Utara Flores dan Ende, memanggilnya Mbou.

Menurut salah seorang peneliti khusus Komodo yang TravelPlus temui di Pulau Komodo, musim kawin Komodo terjadi pada Juli-Agustus.

Jumlah jantan dan betina 4 berbanding 1. Lantaran tak seimbang sering terjadi perkelahian antar-jantan untuk memperebutkan betina hingga terluka bahkan tewas.

Komodo jantan sukar ditemukan saat musim kawin, sebab sibuk mengejar betina.

Usai kawin, sang betina akan bertelur lalu menyimpannya di lubang. Betina bertelur 20-50 butir dan menjaganya selama 7 bulan. Bentuk telurnya oval, berwarna putih dengan panjang 9 cm, lebar 6 cm dan beratnya 105 gram.

Setelah menetas, panjang rata-rata 18 inci atau 45 cm. Yang dewasa sekitar 2 meter, pernah juga dijumpai Komodo sepanjang lebih dari 3 meter.

Bayi Komodo, kulitnya berwarna kekuningan. Umur 10 bulan coklat muda. Usia 20 bulan ke atas berubah menjadi agak hitam, lalu coklat gelap setelah dewasa.

Anak Komodo langsung pandai memanjat pohon untuk mencari makan, sekaligus menghindar dari ancaman komodo dewasa.

Santapan kegemarannya aneka serangga, cecak dan tokek. Setelah dewasa, lebih suka memangsa rusa, babi hutan, kerbau, dan telur burung gosong.

Komodo dewasa tak bisa lagi memanjat pohon lantaran keberatan badan.

Selain suka memangsa hewan lain termasuk manusia, Komodo dewasa juga suka menyantap anaknya (kanibal). Areal perburuan Komodo dewasa di lokasi yang sering dilalui hewan dan manusia.

Komodo menyukai semak dataran rendah, berbatasan dengan savana. Terkadang ada di dataran tinggi sekitar 400-600 Mdpl.

Komodo juga pandai berenang layaknya seokor buaya terutama jika melihat bangkai ikan besar yang mengapung di perairan. Karena itu, penduduk setempat menjulukinya buaya darat.

Predator langka yang dilindungi undang-undang ini meski bukan termasuk satwa penyerang yang ganas, namun tetap berbahaya.

Apalagi bila berada di TN Komodo, di habitatnya itu Komodo sebagai raja. Lengah sedikit, Anda bisa jadi mangsanya.

Cara yang aman dan nyaman saat berada di habitatnya, Anda harus tetap waspada dan ditemani jagawana (penjaga hutan) bila ingin melihat predator ini atau hendak berpergian ke objek-objek lainnya.

Nah, untuk saat ini buat Anda yang ingin melihat perilaku Komodo di rumah alaminya, hanya bisa di Resort Loh Liang, Pulau Komodo. Sedangkan di Resort Loh Buaya, Pulau Rinca tidak bisa karena ditutup sementara untuk kunjungan wisatawan mulai 26 Oktober 2020 sampai dengan 30 Juni 2021.

Di akun Instagram @tamannasionalkomodo dijelaskan, penutupan tersebut sehubungan dengan berlangsungnya penataan sarpras (sarana dan prasarana) wisata alam di resort Loh Buaya, Pulau Rinca.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP