Aksi Opah Ratuba, Bawa Turun 20 Karung Sampah dari Gunung Burangrang
Kegiatan Operasi Sampah (Opah) yang digelar komunitas pecinta alam Raksa Tunas Burangrang (Ratuba), Bandung, berhasil mengumpulkan dan membawa turun sekitar 20 karung besar berisi bermacam sampah.
"Iya benar, kurang lebih ada 20 karung plastik besar berisi sampah para pendaki yang berhasil kami kumpulkan dan bawa turun dari Gunung Burangrang," ujar Soni Sopian, pendiri Ratuba, sekaligus penggagas Opah kepada TravelPlus Indonesia, Senin (19/10/2020).
Menurut Soni jumlah peserta Opah yang diadakan dadakan ini sebanyak 54 orang, dari kalangan remaja sampai orang dewasa.
Jalur pendakian yang dipakai ke puncak Burungrang dalam Opah ini adalah Jalur Legok Haji di Desa Nyalindung dengan ketinggian 1.250 meter di atas permukaan laut (Mdpl) dengan alasan jalur tersebut merupakan jalur umum sekaligus jalur favorit para pendaki dibanding dua jalur lainnya yakni Jalur Pos Komando dan Jalur Pangheotan.
"Kami start dari Legok Haji pukul 8 pagi sampai puncak pukul 10-an. Kemudian mengumpulkan sampah mulai dari puncak, bibir tebing dengan peralatan panjat tebing, dan juga di sepanjang jalur sampai ke titik keberangkatan semula," terangnya.
Sampah yang berhasil dikumpulkan ada beragam namun kebanyakan botol air mineral kemasan plastik. "Sampah-sampah yang kami bawa turun kemudian diserahkan dan dikelola sama pihak pengelola Jalur Legok Haji," ungkap Soni.
Gunung Burangrang berada di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta.
Gunung berketinggian 2.050 Mdpl, namun ada yang menyebut 2.064 Mdpl ini merupakan gunung mati alias gunung api yang sudah tidak aktif lagi.
Untuk mencapai puncaknya, dari Legok Haji cuma butuh waktu kurang lebih 2-4 jam karena treknya tidak ada yang terlalu sulit.
"Tiap akhir pekan pasti rame pendakinya, terutama yang lewat Legok Haji bahkan sampai overload," ungkap Soni seraya menambahkan umumnya pendaki ke puncak Burangrang untuk mengejar sunrise.
Selain pesona matahari terbit, dari puncaknya juga bisa melihat dinding kawah tua Gunung Burangrang yang menganga, Situ Lembang, Gunung Tangkuban Parahu, kerucut Bukit Tunggul dengan rangkaian gunung ke Selatan. Bahkan kalau cuaca sedang bersahabat, bisa melihat Gunung Cikuray di kejauhan, Gunung Malabar, Gunung Patuha, Gunung Gede-Pangrango serta beberapa gunung di wilayah Banten.
"Di Burangrang tidak ada air panas karena bukan gunung berapi. Kalau air terjun ada, namanya Curug Cipalasari," terang Soni lagi.
Buat pendaki yang ingin mendaki Burangrang, Soni menyarankan tidak membuang sampah bekas logistiknya di puncak maupun di sepanjang jalur pendakian yang dipakai.
"Seharusnya pendaki nggak boleh nyampah di manapun, apalagi di gunung yang menjadi wahana petualangannya agar terjaga keasrian dan kebersihannya," pesan Soni.
Ketika mendengar aksi Opah yang digelar Ratuba di Gunung Burangrang dan didukung sejumlah komunitas pegiat alam lainnya, jujur TravelPlus senang sekaligus terkejut.
Senang karena di era adaptasi kebiasaan baru (masih dalam masa pandemi ini), ternyata ada komunitas pecinta alam dan pendaki gunung yang menggelar kegiatan pendakian bernilai plus (dalam artian bukan sekadar mendaki melainkan ada aksi yang pro konservasi, ramah lingkungan).
Terkejut, lantaran gunung yang dipilih adalah Burangrang. Biasanya, aksi Opah dilakukan di gunung-gunung super populer yang terkenal ramai pendakinya dan menggunung pula sampahnya (tak perlu disebut nama gunung-gunung yang TravelPlus maksud, sebab sudah menjadi rahasia umum).
Dilihat dari sisi kemasyhuran, Burangrang termasuk gunung non populer tapi bukan berarti tidak dikenal (karena masih banyak gunung lain yang kepopulerannya dibawah Burangrang).
Berdasarkan pernyataan Soni kalau setiap akhir pekan ramai pendaki yang menggapai puncak Burangrang terutama lewat Legok Haji, ditambah fakta nyata sekitar 20 karung plastik besar berisi aneka sampah yang berhasil dibawa turun tim Opah, itu membuktikan kalau gunung-gunung kategori non populer, termasuk Burangrang kini kian dilirik banyak pendaki.
Jelas dari sisi pariwisata itu kabar menggembirakan. Sayangnya para pendakinya banyak yang tak bertanggungjawab, pendakian yang lakukan tidak diiringi dengan semangat untuk menjaga keasrian dan kebersihan lingkungan gunung, justru malah nyampah seenaknya.
Lewat tulisan ini, TravelPlus mengucapkan selamat buat Ratuba dan seluruh pendukung serta peserta aksi Opah, semoga semakin banyak lagi komunitas pecinta alam dan pendaki gunung yang punya kepedulian terhadap kelestarian alam, lalu melakukan hal serupa.
Sekaligus tak henti-hentinya mengimbau para pendaki milenial, pemula maupun pendaki yang tidak berlatar keorganisasian pecinta alam, termasuk para pembuat open trip pendakian beserta pesertanya untuk tidak membuang sampah logistiknya di gunung manapun di Tanah Air tercinta ini.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.soni & ratuba
0 komentar:
Posting Komentar