Di Rakor Ini, Hari Sungkari Ungkap Empat Kiat Kembangkan Desa Wisata
Desa wisata saat ini menjadi prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Presiden. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) jelas mengindahkan hal itu.
Pada tahun anggaran 2020 ini, buktinya Kemenparekraf memiliki pilot project pengembangan 50 desa wisata di 5 Destinasi Super Prioritas termasuk pengembangan 12 desa wisata di Destinasi Super Prioritas (DSP) Borobudur.
Hal itu diutarakan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Dr. Ir. Hari Sungkari saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Pengembangan Desa Wisata di DSP Borobudur yang berlangsung di The Poenix Hotel, Jogja, hari ini Senin (22/9/2020).
Hari Sungkari menjelaskan rakor ini sebagai bentuk komitmen pemerintah pusat/Kemenparekraf dalam mendukung pembangunan pariwisata di DSP Borobudur.
Di kesempatan itu, Hari memberikan sekurangnya 4 kiat kepada para peserta rakor mengenai pengembangan desa wisata di era kekinian sekalipun masih dalam tatanan baru karena pandemi Covid-19.
Sekurangnya ada 4 kiat yang dilontarkannya. Pertama, pengelela desa wisata harus mengemas daya tarik, paket wisata, dan kegiatan di desa wisatanya dalam kemasan yang menghibur bagi wisatawan.
"Semua kegiatan yang dilakukan di desa wisata dibungkus menjadi hiburan buat wisatawan, menjadikan wisatawan aktif atau ikut terlibat bukan menjadikan wisatawan pasif," terangnya.
Hari mencontohkan, kalau desa wisatanya memiliki persawahan bisa membuat kegiatan menanam padi sawah, memeras susu sapi, dan lainnya. Jika desa wisatanya dekat dengan pantai, bisa mengajak wisatawan menjaring ikan atau udang dan lainnya.
"Kita bisa menyuruh-nyuruh wisatawan koq untuk beraktivitas seperti yang warga lokal lakukan. Hebatnya, biasanya kalau kita minta orang melakukan itu kita yang bayar, ini dengan paket di desa wisata mereka (wisatawan_red) yang melakukannya justru mereka yang bayar," ujar Hari.
Kedua, pengelola desa wisata sebaiknya membuat program yang memberikan pengalaman atau experience. "Inilah yang membuat wisatawan punya kenangan. Sebab ujungnya Sapta Pesona itu adalah punya kenangan," jelasnya lagi.
Kenangan itu, lanjut Hari, datang dari memori yang ada dari kegiatan yang dibuat pengelola desa wisata dan juga souvenir atau oleh-oleh baik itu berbentuk makanan ataupun kerajinan.
"Souvernir itu sebaiknya harus menggambarkan daerah tersebut, mengedepankan kearifan lokalnya. Di sini letak challenge kita," ungkapnya.
Ketiga, di ujung Rakor yang diikuti sekitar 75 peserta, termasuk media, Hari menegaskan pentingnya menyiapkan sumber daya manusia dalam mengembangkan destinasi wisata.
"Buatlah program pengembangan SDM dulu, ajarkan kepada warga bagaimana menerima dan melayani wisatawan yang datang serta mengemas kegiatan yang menghibur tamu. Buat desa wisata yang sudah siap SDM-nya, bisa dilanjutkan dengan memperhatikan amenitas dan lainnya," tambahnya.
Hari memberi contoh kesuksesan Desa Wisata Nglanggaran, Merapi, dan Desa Wisata Bilebante yang dari nol membangun desa wisatanya sampai 2 tahun lebih hingga akhirnya meraih kesuksesan.
"Kalau kita mencetak sawah, menanam padi dalam 6 bulan sudah panen tapi pariwisata dalam 2 tahun belum kelihatan apa-apa, perlu kerja keras dan kreativitas. Paradigma ini yang harus disosialisaikan," pesannya.
Pengalaman dari desa-desa wisata yang sukses tersebut, sambung Hari bisa dicontoh buat pengelola wisata yang baru mulai.
Kiat terakhir atau keempat dari Hari, desa-desa wisata harus bersinergi dan ber-jejaring satu sama lain, bukan malah saling ego dan bersaing.
"Saya ingin desa-desa wisata di DSP Borobudur tidak hidup sendirian. Harus buat jaringan dan kerjasama dengan desa wisata lain. Mana desa wisata yang kuat dari sisi kuliner tradisionalnya, alamnya, hasil kerajinannya, budayanya dan lainnya harus saling berkolaborasi sehingga nantinya sama mendapatkan tambahan ekonomi dari kunjungan wisatawan," pungkas Hari seraya mengingatkan ujung pariwisata termasuk desa wisata itu harus mampu mensejahterakan penduduk lokal dengan mengangkat keunikan, kekhasan, dan kearifan lokalnya.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: Adji & Yusuf PCO
0 komentar:
Posting Komentar