Boelanboong Eco Camp, "Cibuburnya" Flores di Kaki Gunung Kelimutu Kembali Ngehits
Di kaki Gunung Kelimutu, ada Bumi Perkemahan Boelanboong atau biasa disebut Boelanboong Eco Camp. Sempat ditutup sementara untuk cegah sebaran Covid-19, kini eco camp di perbatasan kawasan Taman Nasional (TN) Kelimutu itu dibuka lagi dan kembali diminati.
Di Boelanboong Eco Camp yang lokasi tepatnya berada di Dusun Resettlement, Desa Wologai Tengah, Kabupaten Ende, Flores, NTT ini memilikinya keistimewaan tersendiri.
Di lokasi yang berada di ketinggian sekitar 900 meter diatas permukaan laut (Mdpl) itu terdapat Embung Sokolo'o, yakni telaga (embung) buatan yang dibangun oleh Pemerintah Daerah NTT untuk dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai sumber air bagi petani sawah saat musim kemarau.
Di sekitar embung terdapat dataran cukup luas yang biasa dimanfaatkan sebagai padang penggembalan ternak masyarakat.
Sekeliling datarannya berpemandangan sangat indah dengan gunung dan bukit terhampar, ditambah dengan udara berhawa sejuk.
Menurut cerita penduduk setempat, dulunya dataran ini pernah digunakan sebagai tempat acara perkemahan tingkat provinsi dan menawarkan diri untuk mencoba mengembangkannya kembali.
Melihat potensi lokasi dan semangat para pemuda yang tergabung dalam kelompok Sentra Penyuluh Kehutanan Pedesaan (SPKP), Balai TN Kelimutu membantu dalam mengembangkan areal Embung Sokolo'o menjadi tempat berkemah dan wisata alternatif masyarakat sebagai suatu upaya pemberdayaan masyarakat desa penyangga.
Kepala Balai TN Kelimutu Persada Agussetia Sitepu, S.Hut, M.Si yang akrab disapa Agus Sitepu menjelaskan pada tahun 2018 dimulailah kegiatan pembersihan dan penataan areal Embung Sokolo'o yang saat itu dipenuhi semak belukar dan kotoran hewan.
Ketika itu masyarakat dan petugas TN Kelimutu bahu membahu membersihkan semak, membangun shelter dan jalan setapak serta membangun dermaga selfie dan memperbaiki dinding serta aliran air embung.
"TN Kelimutu mendukung dari mulai perencanaan bersama, bantuan dana, sampai bantuan penguatan kelembagaan dan pendampingan," ungkap Agus kepada TravelPlus Indonesia, Rabu (9/7/2020) lewat pesan WA.
Kini areal Embung Sokolo'o tersebut telah berkembang sebagai alternatif destinasi wisata masyarakat selain Danau Kelimutu.
Selain buat camping dan tempat kegiatan kepramukaan dan pencinta alam, di areal ini pengunjung juga bisa foto-foto termasuk untuk prewedding, birdwatching, trekking ke Danau Kelimutu, dan menikmati cafe.
"Kayak tempat wisata gaya milenial, model Lembang Bandung atau Kalibiru Jogja. Dasarnya memang bumi perkemahan tapi bumi perkemahan berkonsep lebih dan kekinian," kata Agus.
Areal Embung Sokolo'o ini kemudian dikenal sebagai Bumi Perkemahan Boelanboong atau biasa disebut Boelanboong Eco Camp.
"Nama Boelanboong sendiri merupakan nama yang diberikan masyarakat yang merupakan akronim dari kalimat "bulan di atas embung" karena indahnya suasana pantulan cahaya bulan purnama di permukaan Telaga Sokolo'o pada malam hari," jelas Agus.
Setelah menjelma menjadi Boelanboong Eco Camp, tidak hanya masyarakat Kabupaten Ende yang memanfaatkannya tetapi juga warga dari kabupaten lain sekitar Flores, bahkan menjadi persinggahan rombongan touring yang melintas Flores.
"Boelanboong Eco Camp boleh dibilang sudah mulai jadi "Cibuburnya Flores," ujar Persada.
Beberapa pihak lembaga pendidikan maupun LSM juga telah memanfaatkan obyek wisata yang dikelola masyarakat ini selain sebagai lokasi kegiatan pramuka tapi juga lokasi praktek dan pengabdian masyarakat.
Lebih lanjut, Agus menjepaskan eco camp ini dikelola oleh Kelompok SPKP dengan dibimbing oleh Balai TN Kelimutu.
"Anggotanya saat ini telah sangat berkembang dari 20 menjadi lebih dari 60 anggota & volunteer terdiri atas remaja, bapak-bapak, dan ibu-ibu dengan berbagai divisi dari sekretariat, ticketing sampai memasak," terangnya.
Pada tahun lalu tercatat ribuan orang telah mengunjungi Boelanboong.
Selain itu kelompok ini juga telah melayani beberapa kali kegiatan perkemahan baik pramuka, pencinta alam maupun rombongan touring.
"Dalam sekali perkemahan dapat dilakukan oleh sebanyak lebih dari 400 peserta," tambah Agus.
Pendapat masyarakat dalam kegiatan pengelolaan Boelanboong ini umumnya diperoleh dari tiket masuk, makan, minum, dan penyewaan tenda berkemah.
Saat ini tiket masuk areal Boelanboong sebesar Rp 3.000 per wisatawan nusantara dan sebesar Rp 15.000 untuk setiap wisatawan mancanegara. Sedangkan tiket parkir kendaaan roda 2 sebesar Rp 2000 dan untuk kendaraan roda 4 sebesar Rp 3.000.
Buat pengunjung yang ingin berkemah, masyarakat SPKP juga menyediakan penyewaan tenda berupa tenda ukuran kecil kapasitas 2 orang disewakan Rp 175.000 per malam sedang untuk kapasitas 4 - 5 orang sebesar Rp 350.000 per malam.
"Semua ketentuan itu telah tertuang dalam Perdes Desa Wologai Tengah," ungkap Agus.
Masyakarakat juga menyediakan penjualan makanan dan minuman khas lokal serta fasilitas hiburan kepada pengunjung yang bermalam dengan melakukan kegiatan api unggun, menyanyi, menari, dan beberapa permainan rakyat.
Selama masa penutupan sementara karena pandemi Covid-19, masyarakat tetap melakukan perbaikan fasilitas seperti MCK, perbaikan dermaga dan saluran air di areal Boelanboong.
"Setelah dibuka kembali, kunjungan Minggu pertama saja sudah 200-an orang," ungkap Agus lagi.
Kendati kembali ngehits, Boelanboong Eco Camp masih membutuhkan perbaikan infrastruktur.
"Masih dibutuhkan dukungan perbaikan jalan desa sepanjang 4 Km ke lokasi," pungkas Agus.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok. tnkelimutu & boelanboong eco camp
0 komentar:
Posting Komentar