Inilah Enam Rekomendasi Seminar Nasional untuk Wujudkan Pariwisata Maluku Berkelas Dunia

Seminar Nasional bertajuk Strategi dan Kolaborasi dalam Mewujudkan Pariwisata Maluku Berkelas Dunia yang diselenggarakan oleh Forum Kajian Pemuda Lintas Daerah (Forkapelinda) Maluku di Hotel Manise, Ambon, Sabtu (15/2/2020) menghasilkan sekurangnya 6 rekomendasi.

Keenam rekomendasi seminar tersebut adalah pertama, Maluku merupakan wilayah kepulauan, sehingga tata ruang di Provinsi Maluku sangat diperlukan juga perlu satu konsep keterpaduan antar-pulau di Maluku dan antar-provinsi/kabupaten terdekat dari Maluku mulai dari fisik hingga SDM yang mumpuni.

Rekomendasi pertama itu diambil berdasarkan paparan yang disampaikan Hj. Ana Latuconsina, Anggota DPD RI Dapil Maluku selaku narasumber.

Kedua, paket wisata sejarah dan wisata jalur rempah agar dibuat, bisa dijadikan sinergitas program antara Pusat dan Daerah.

Rekomendasi tersebut juga diambil dari usulan Ana Latuconsina.

Selain dua usulan tersebut, Ana Latuconsina juga mengutarakan sejumlah fakta.

Misalnya daerah Manawongka masih sangat kurang infrastrukturnya namun potensi pariwisatanya sangat luar biasa. "Daerah itu pernah didatangi oleh Mick Jagger," ungkapnya.

Fakta berikutnya Banda Neira menyetop penerbangan perintis, mungkin perlu subsidi dan campur tangan dari Pemerintah Pusat, mengingat Banda Neira merupakan destinasi unggulan Maluku.

Ana juga menyebut kalau wisata bahari sangat potensial dikembangkan mengingat dunia bawah laut Maluku memiliki keindahan luar biasa, bahkan turis asing banyak untuk diving di Maluku.

"Perlu berikan agenda terkait musim ikan untuk wisatawan yang akan diving. Seram Barat potensi ikannya juga sangat besar," tambahnya.

Ana juga mempertanyakan apakah bisa Saumlaki disediakan marina bertaraf internasional untuk yacht dari Darwin, Australia, sehingga yacht bisa bersandar disana.

Fakta terakhir, Ana menyebut kalau di Maluku belum ada Sekolah Tinggi Pariwisata.

Rekomendasi ketiga, pariwisata harus berbasis ekonomi kreatif agar berdampak langsung kepada masyarakat.

Rekomendasi ini dipilih berdasarkan paparan narasumber lainnya yakni Wawan Gunawan selaku Direktur Pengembangan Destinasi Regional II, Badan Parisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf), Kemenparekraf. 

Menurut Wawan penggerakan Ekonomi Kreatif (Ekraf) sekarang menjadi core pengembangan pariwisata terutama untuk pemberdayaan masyarakat setempat 

"Lewat pengembangan Ekraf diharapkan masyarakat dapat merasakan dampak langsung dari pariwisata," ujar Wawan.

Ekraf memiliki 16 subsektor, di antaranya kuliner, fesyen, seni pertunjukan, kriya, film, dan musik

"Di Maluku untuk mengembangkan Ekraf bisa dilakukan dari berbagai sektor, karena potensi kuliner, seni pertunjukan sangat potensial untuk dikembangkan. Bahkan Banda pernah dijadikan Film Dokumenter dan Ambon dinobatkan sebagai Kota Musik Dunia oleh Unesco. Ini menjadi nilai tambah untuk pengembangan pariwisata Maluku," ungkap Wawan.

Dalam paparannya yang berjudul 'Strategi Pengembangan Pariwisata Maluku untuk Menuju Pariwisata Tingkat Dunia', Wawan mengatakan dari unsur 3A dalam hal ini Atraksi, potensi pariwisata di Maluku tidak perlu diragukan.

Begitupun Amenitas-nya sudah baik, sudah banyak hotel dan resort berbintang. Sedangkan Aksesibilitas-nya yang menyangkut sarana pendukung untuk memudahkan wisatawan menjangkau lokasi daya tariknya baik itu obyek wisata maupun event-nya.

"Terkait dengan Aksesibilitas itu, Dinas Pariwisata dapat berkoordinasi dengan PUPR atau Kemenhub," imbau Wawan. 

Majunya pariwisata daerah, lanjut Wawan juga ditentukan oleh CEO Commitment-nya dalam hal ini pimpinan daerah, entah itu Gubernur, Bupati atau Walikota-nya. 

Kata Wawan diperlukan pula sinergitas pentahelix, seluruh unsur bergerak untuk memajukan pariwisata demi meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. 

Selanjutnya rekomendasi keempat, penerapan management visitor bagi destinasi Top 3 yang berbasis mitigasi bencana dan keamanan bagi wisatawan.

Kelima, penerapan sustainable tourism di destinasi wisata Maluku. Terbukti Maluku (Ora) mendapatkan nominasi ISTA dan Kei menjadi Pemenang ISTA pada 2019. 

Rekomendasi keenam atau terakhir, perlunya ada pertemuan lanjutan untuk berdiskusi tim kecil untuk menentukan langkah selanjutnya. 

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Maluku Marcus J. Patinama menambahkan Agrowisata di pesantren dan wisata religi juga dapat dikembangkan di Maluku. 

Sementara dalam pengembangan destinasi diperlukan penataan toilet bagi homestay dan penataan pantai agar tertib terutama UMKM di sepanjang pantai.

Seminar Nasional ini diikuti sekitar 200 peserta yang terdiri atas kalangan mahasiswa, LSM, dan OPD terkait.

Tamu undangan yang hadir antara lain Bupati Kabupaten Buru Ramli Ibrahim Umasugi, Wakil Bupati Maluku Tenggara Petrus Beruatwarin, Kepala Bappeda Provinsi Maluku Jalaludin Salampesy, Ketua PHRl Provinsi Maluku, Akademisi (Universitas Unpati), dan.Kabid Regional III Direktorat Pengembangan Destinasi Regional II. 

Dalam keynote speech Gubernur Maluku yang dalam hal ini diwakili oleh Marcus J. Pattinama mengatakan potensi pariwisata Maluku sangat mengagumkan namun sayangnya tidak masuk dalam pengembangan prioritas, misal menjadi salah satu destinasi pariwisata prioritas atau 'Bali Baru'.

Karena itu panitia mengundang pihak Kemenparekraf untuk membedah masalah pengembangan destinasi pariwisata di Maluku ini. 

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok. kemenparekraf

Captions:
Foto kedua: Tiga narsum Seminar Nasional yang mendapat sertifikat yakni Wawan Gunawan selaku Direktur Pengembangan Destinasi Regional II, Badan Parisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf), Kemenparekraf (kiri memakai kemeja batik coklat); Hj. Ana Latuconsina Anggota DPD RI Dapil Maluku (tengah, berhijab); dan Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Maluku Marcus J. Patinama (kanan baju putih bertopi koboi).