Eksistensi Festival Pulau Penyengat 2020 Menguat, Dua Negara Tetangga Tampil Tak Sekadar Melihat
Eksistensi dan popularitas Festival Pulau Penyengat boleh dibilang menguat. Buktinya salah satu culture event unggulan Kepulauan Riau (Kepri) yang tahun ini memasuki penyelenggaraan ke-5, bakal diikuti tim kesenian dari dua negara tetangga. Kereeen...
Dua tim kesenian yang akan turut unjuk kebolehan dalam berkesenian di Festival Pulau Penyengat (FPP) yang akan digelar di Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepri selama 3 hari, tanggal 19-21 Maret mendatang itu adalah dari Singapura dan Malaysia.
Berdasarkan rundown acara FPP 2020 yang TravelPlus Indonesia terima dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang, Surjadi, kedua tim dari dua negara tersebut akan tampil pada acara malam Pentas Seni hari pertama dan hari kedua FPP 2020.
Tim kesenian dari Singapura yang bernama Sanggar Sriwana akan tampil sebagai penampil pertama pada hari pertama FPP 2020 di Balai Kelurahan, Pulau Penyengat, Kamis (19/3), ba'da Isya atau mulai pukul 19.30 malam.
Penampil keduanya dari tuan rumah yakni Dendang Anak Penyengat.
Sementara tim kesenian asal Malaysia yang akan tampil sebagai penampil pertama di hari kedua FPP 2020 adalah Sanggar Majelis Kebudayaan Daerah Johor Bahru, Jumat (20/2) malam, juga mulai pukul 19.30.
Sebagai penampil keduanya Staman Akustik Band.
Sanggar Sriwana dari Singapura bahkan tak cuma tampil sekali, pada hari ketiga FPP 2020, Sabtu (21/3) pukul 2 siang lebih, mereka bakal unjuk gigi lagi.
Kali ini mereka akan membawakan seni pertunjukkan yang bertemakan Warisan Engku Puteri Raja Hamidah.
Masih berdasarkan rundown FPP 2020, pada hari pertama, Kamis pagi, Gubernur Kepri akan membuka dengan resmi FPP 2020 didampingi FKPD dan undangan VIP dengan menabuh Kompang, alat musik pukul tradisional masyarakat Melayu, semacam Rebana dari kulit kambing.
Selepas itu ada Prosesi Arak-arakan Sendratari juga bertemakan Warisan Kebesaran Engku Puteri Raja Hamidah. Lalu disambung Tari Masal Zapin Penyengat yang dibawakan oleh Siswa SMP 9 Penyengat.
Usai Ishoma Zuhur diteruskan dengan Lomba Membaca Gurindam 12 Siswa SLTP Se-Kota Tanjungpinang di panggung Balai Adat.
Hari Kedua, Jumat pagi ada Lomba Pangkak Gasing Anak-anak di Kampung Datuk. Dilanjutkan dengan Lomba Napak Tilas Sejarah Warisan Kebesaran Engku Puteri Raja Hamidah Siswa SMA/ PT/Umum di Pulau Penyengat.
Kemudian ada penampilan berbagai sanggar di Balai Adat, dimuai dari Sanggar Kledang yang akan membawakan seni pertunjukkan yang lagi-lagi bertemakan Warisan Engku Puteri Raja Hamidah.
Setelah Ishoma Zuhur diteruskan dengan penampilan Sanggar Lembayung dan fashion show yang masih bertemakan Warisan Engku Puteri Raja Hamidah di Balai Adat.
Hari Ketiga, Sabtu (21/3) pagi dimulai dengan Lomba Menulis Surat Berbahasa Melayu untuk Walikota yang akan diikuti Siswa SD se-Kota Tanjungpinang di Balai Adat.
Setelah itu bermacam lomba antara lain Lomba Permainan Tradisional, Memindahkan Balok, Tapak Antu, dan Lomba Engrang dengan peserta siswa SD Penyengat.
Dilanjutkan dengan Pembacaan Surat untuk Walikota Berbahasa Melayu, pengumuman para pemenang aneka lomba, dan terakhir pidato Walikota Tanjungpinang sekaligus menutup dengan resmi FPP 2020 didampingi FKPD dan Undangan VIP, sore hari.
Selama tiga hari FPP 2020 juga ada Lomba Jong Kecil oleh Komunitas Jong di Kampung Bulang.
Tak kalah menarik ada pula Pameran Kebesaran Warisan Engku Puteri Raja Hamidah yang memamerkan bermacam koleksi Tokoh Penyengat, BPCB Batu Sangkar, dan koleksi Balai Maklumat Penyengat.
Koleksi yang dipamerkan antara lain Replika Cogan/Regalia, pakaian, caping emas, naskah-naskah kuno, dan nobat serta sejumlah foto dari BPCB Batusangkar. Tempat pamerannya di Balairung Balai Adat.
'Hidupkan' Figur Istimewa
Melihat rangkaian acaranya, FPP 2020 yang kental bertemakan Engku Puteri, jelas wisatawan yang belum tahu jadi bertanya-tanya siapa figur besar itu, sampai panitia FPP 2020 'menghidupkan' kembali sosoknya.
Dari berbagai literatur dan keterangan yang TravelPlus Indonesia peroleh, Engku Puteri bernama asli Raja Hamidah.
Beliau adalah anak pertama Raja Haji, Yang dipertuan Muda Lingga IV. Ibunya adalah Raja Perak, puteri Daeng Kamboja, Yang Dipertuan Muda Riau Lingga III. Diperkirakan Raja Hamidah lahir sekitar tahun 1774.
Raja Hamidah sebagai Panglima Perang Puteri, Kelana Jaya Putera, Yang Dipertuan Muda, dibesarkan dengan tradisi istana yakni tradisi kebangsawanan, tradisi perang, dan militerisasi.
Namun, yang disetujui Raja Haji adalah seseorang yang taat beragama, memenangkan para ulama. Beliaulah yang mendatangkan banyak guru dan ulama yang mengajarkan ilmu baik agama Islam maupun pengetahuan lainnya.
Raja Hamidah dibesarkan dalam tradisi adat yang kuat. Tradisi adat Melayu lewat komitmen, juga dari para pemuka adat dari garis Bugis.
Raja Hamidah mewakili perempuan yang tidak hanya berparas cantik tapi pula teguh, cerdas, dan karismatik sebagai bentukan paduan dari tradisi Melayu yang gemulai dan Bugis yang tegas.
Raja Hamidah menikah di usia yang matang pada masanya yaitu 29 tahun. Dia dipersunting Raja Mahmud Marhum Besar atau Sultan Mahmud III. Sebagai isteri, dia begitu setia menemani Sultan Mahmud III sampai menghembuskan nafas terakhirnya.
Perempuan ranggi, peri sejarah Melayu ini wafat pada tanggal 5 Agustus 1884 di istananya di Pulau Penyengat. Jika benar dia lahir tahun 1774 maka saat dia meninggal, wanita perkasa dan berhati baja ini berusia 70 tahun.
Dalam buku berjudul 'Engku Puteri Raja Hamidah: Pemegang Regalia Kerajaan Riau' karya Hasan Junus cetakan 1, 2002 dijelaskan kalau Pulau Penyengat ternyata mas kawin yang diberikan Sultan Mahmud Margin Besar alias Marhum Mesjid sang penguasa Kerajaan Johor kepada Engku Puteri Raja Hamidah alias Engku Puteri.
Boleh dibilang itu mas kawin yang tiada tandingannya hingga sekarang, dan tentunya bikin iri banyak kaum perempuan ketika itu, mungkin juga sampai saat ini.
Engku Puteri adalah perempuan Kepri yang sangat istimewa dalam sejarah Melayu. Ia bukan sekadar perempuan dibalik kekuasaan Sultan Mahmud Marhum Besar, melainkan juga pemilik Pulau Penyengat Indera Sakti (kini lebih dikenal dengan nama Pulau Penyengat) yang menjadi pusat pemerintahan dari Kerajaan Riau-Lingga dan daerah taklukannya (Riau-Lingga-Johor-Pahang).
Perannya yang diembannya tidak hanya sebagai permaisuri tetapi juga sebagai pemenang pemegang teraju adat dan pemegang Regalia Kerajaan sebagai sarat syah seseorang dikukuhkan sebagai Raja.
Kepala Dispar Kepri Buralimar tak tinggal diam. Dia menjelaskan kalau sosok Engku Puteri itu penting bagi kehidupan Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang.
Selain permaisuri, Engku Puteri Raja Hamidah juga dapat diminta untuk menggunakan teraju adat dan undangan.
Secara pribadi, Engku Puteri Raja Hamidah itu sosok yang tegar, baja, dan cerdas. "Dia melawan kesewenang-wenangan dengan kata-katanya. Apalagi, Regalia Kerajaan yang sakti dan sakral jadi sesuatu yang penting. Simbol kekuasaan yang menjunjung tinggi adat dan tradisi Melayu. Semua nilai positif tentangnya itu kembali dihadirkan dan dikemas menarik dalam FPP 2020," urai Buralimar.
TravelTips
Nah, buat wisatawan yang ingin menyaksikan FPP 2020 yang masuk Calendar of Event (CoE) Nasional tahun ini , tak perlu bingung mencari penginapan, tempat makan, alat transportasi untuk ke Pulau Penyengat, dan mobil travel untuk keliling obyek wisata yang ada di Kota Tanjungpinang.
Hotel di Kota Tanjungpinang ada banyak pilihan antara lain Hotel Rainbow, Kita Hotel, Hotel Halim, Hotel BBR, Aston, CK, Comforta, dan Nite & Day Hotel.
Tarifnya dimulai dari Rp 200-an ribu hingga Rp 800 ribu per malam.
Pusat kuliner yang bisa disambangi untuk bersantap antara lain di pusat kuliner masakan khas Melayu di Melayu Square yang berada di kawasan Monumen Raja Haji Fisabillilah tepi laut Tanjungpinang.
Aneka menu yang dijual terutama makanan berat seperti nasi goreng, ikan/ayam bakar, sate gonggong, dan aneka olahan seafood.
Buat yang suka makanan dan jajanan kekinian bisa ke Pusat Foodcourt Rimba Jaya.
Sepuluh top kuliner Tanjungpinang yang patut disantap adalah Gonggong, Dram-dram, Bilis Gulung, Kue Batang Buruk, Mie Lendir, Badak Berendam, Air Dohot, Gelombang Malaysia, Pulut Sambal, dan Kopi Sekanak.
Ongkos Pompong atau perahu kayu kecil dari daratan Kota Tanjungpinang ke Penyengat yang berjarak sekitar 2 Km untuk sekali jalan atau one way Rp 7000 per orang. Sedangkan kalau men-carter Rp 100 ribu per Pompong yang muat sekitar 10 orang dengan waktu tempuh tak sampai 20 menit.
Sekalipun bertetangga dengan Singapura dan amat dekat dengan Pulau Bintan, namun Pulau Penyengat menawarkan atmosfir yang berbeda.
Jika Singapura gemerlap penuh dengan simbol kehidupan modern, Pulau Penyengat justru berparas alami dan bersahaja namun berdaya tarik kuat.
Di Penyengat, wisatawan biasanya berkeliling naik Bentor alias becak bermotor.
Tujuannya tentu saja ke Masjid Raya Sultan Riau atau juga dikenal dengan nama Masjid Jami Penyengat yang menjadi landmark pulau ini untuk mengabadikan keunikannya sekaligus menunaikan Shalat Sunnah Tahiyatul Masjid dan Sholat Wajib.
Setelah menikmati pesona masjid berwarna dominan kuning yang memiliki 17 buah kubah sesuai dengan jumlah rakaat Shalat Wajib dalam satu hari ini, bisa lanjut berziarah ke makam Engku Puteri.
Puas menikmati suguhan FPP 2020 dan mengunjungi sejumlah tinggalan sejarah Melayu di Penyengat, lalu kembali ke Tanjungpinang yang berjuluk Kota Gurindam di Pulau Bintan ini untuk city tour dengan menyewa travel car.
Untuk harga sewa mobil rental bervariasi tergantung mobilnya. Kalau Avanza Rp 200 ribu, Rush 250 ribu, dan Innova Rp 300 ribu.
Obyek wisatanya yang menarik untuk disambangi antara lain Pantai Tanjung Siambang, Tugu Pensil, Jembatan Sei Carang, Pulau Dompak dengan Masjid Raya Dompak-nya, Kampung Pelangi atau Kampung Warna-Warni, Vihara Patung Seribu Wajah (Vihara Ksitigarbha Bodhisattva), Klenteng Sun Tekong, dan Laman Bunda Tepi Laut dengan aneka food court serta Gedung Gonggong-nya.
Kalau masih belum puas, bisa lanjut ke sejumlah destinasi wisata lainnya di Kabupaten Bintan yang sedaratan dengan Tanjungpinang.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, Ig: @adjitropis)
Foto: dok. @genpi_bintan & @genpitanjungpinang.
Captions:
1. Dua pesilat muda Melayu di halaman Masjid Jami Penyengat.
2. Wajah ikon landmark Pulau Penyengat.
3. Lomba pangkak gasing, salah satu permainan tradisional khas Melayu yang dilombakan di Festival Pulau Penyengat (FPP) 2020.
4. Muda-mudi Melayu di Rumah Tradisional Khas Melayu di Pulau Penyengat.
5. Salah satu pusat kuliner di Tanjungpinang.
6. Masjid Raya Nur Illahi di Pulau Dompak, Tanjungpinang.
0 komentar:
Posting Komentar