. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 21 Januari 2020

Surau dan Klenteng Ini, Bukti Harmoni Terus Bersemi di Kampung Tua Penagi

Ada yang menarik di Kampung Tua Penagi, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau (Kepri).

Bukan karena pernah jadi percontohan kampung tertib lalulintas. Bukan pula karena berpredikat sebagai kawasan pemukiman di atas permukaan air, tepatnya di atas Laut Natuna. Melainkan adanya dua tempat ibadah umat beragama yang berbeda tapi letaknya sangat berdekatan, yakni surau dan klenteng.

Nama surau atau musholahnya Al Mukoramah sedangkan klentengnya, Pu Tek Chi.

Informasi awal tentang keberadaan kedua tempat beribadah yang bertetanggaan itu, saya dapatkan dari Kiki Firdaus, fotografer asli Natuna.

Sewaktu saya ingin menulis Kampung Penagi, saya minta foto-foto Kampung Penagi hasil jepretannya.

Beberapa hari kemudian pemilik Kiki Travel ini baru mengirimkan tiga foto terkait, terdiri atas dua foto suasana Kampung Penagi diambil dengan bird angle (sepertinya mengunakan drone).

Satu lagi, foto sepenggal bangunan menara/tugu klenteng berwarna merah bersebelahan dengan bangunan surau bercat putih berikut toa putih, bedug bercat hijau, dan kubah kecil dari aluminium berwarna perak terang.

Kendati sudut pengambilan foto itu biasa saja dan terkesan hambar karena tanpa ada aktivitas jamaah/warga minimal di salah satu rumah ibadah itu, tetap saja menarik perhatian saya lantaran letak keduanya boleh dibilang berdempetan.

Kedua rumah ibadah itu hanya dipisahkan jalan kecil atau gang dalam kampung yang terbuat dari kayu.

"Iya benar surau dan klentengnya berdempetan," kata Kiki menjawab pertanyaan saya apakah benar letak kedua rumah ibadah itu begitu. 

Ketika saya tanya apa nama surau dan klenteng itu? Kiki yang kini menjabat sebagai ketua komunitas Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Natuna 2020-2022 mengaku lupa. 

"Waduh saya cek dulu ya bang, saya lupa," akunya.

Tak sabar menunggu balasan Kiki, saya pun menanyakan pertanyaan yang sama kepada beberapa teman lain di Natuna, tepatnya di Ranai, Ibukota Kabupaten Natuna antara lain Nurul Huda (Bang Oyoy), Opi, Andis, dan Windi.

"Saya lupa juga namanya. Saya tanya bang Kiki dulu ya bang," balas Opi. 

"Lupa mas namanya," kata Andis. 

"Coba tanya bang Kiki bang. Takutnya nanti salah kasih informasi," ucap Windi.

Tak lama kemudian Bang Oyoy dan Opi membalas. "Namanya Surau Al Mukoramah dan Klenteng Pu Tek Chi," kata bang Oyoy yang kemudian dibenarkan oleh Kiki.

Biar lebih yakin lagi, kemudian saya cek di google. Ternyata informasinya terbatas, belum banyak yang menulis tentang keunikan letak kedua rumah ibadah tersebut.

Hanya ada beberapa tulisan terkait perayaan Imlek tahun lalu di Klenteng Pu Tek Chi.

Untuk lebih meyakinkan, saya pun bertanya kepada Han, pemuda bermata sipit berkulit  putih yang juga seorang blogger yang tinggal di Kota Ranai.

"Benar mas, itu nama surau dan klentengnya dan letak keduanya bersebelahan," balas pemilik akun Instagram (IG) @just.han ini lewat pesan IG.

Kata Han yang mengaku masih punya saudara di Kampung Penagi, setiap merayakan Imlek dia selalu di Klenteng Pu Tek Chi.

"Di sini (Penagi) perayaan Imlek-nya ga terlalu, yang meriah itu di Sedanau mas," ungkap Han.

Klenteng di Sedanau yang dimaksud Han adalah Vihara Darma Bakti, tepatnya di Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat.

Kendati kurang meriah, lanjut Han, menariknya warga Melayu (Muslim) ikut membantu kelancaran jalannya perayaan imlek di klenteng ini.

"Begitupun sebaliknya saat Lebaran, warga keturunan Tionghoa di Kampung Penagi ikut bertoleransi," ujar Han yang memperbolehkan foto-foto Klenteng Pu Tek Chi di IG-nya saya pakai untuk tulisan ini, di TravelPlus Indonesia.

Mendengar jawaban Han, jelas itu menandakan kalau hamoni di atas laut Natuna masih terus bersemi. 

Terkait realita hidup saling menjaga dan menghormati di Kampung Penagi kendati warganya berbeda agama, itu juga dibenarkan Kiki.

"Di Kampung Penagi, yang tinggal bukan cuma umat Kong Hu Chu dari warga keturunan Tionghoa tapi banyak juga umat Muslim terutama orang Melayu. Makanya di sana ada surau dan klenteng," terang Kiki. 

Disebut kampung tua, sambung Kiki, karena dulu di kampung itu menjadi pusat perdagangan di Natuna.

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang TravelPlus Indonesia himpun, antara lain menyebut Penagi adalah kampung tua di Natuna yang sudah menjadi pusat keramaian di tahun 80-an.

Jauh sebelum kemerdekaan RI, Penagi merupakan pelabuhan persinggahan kapal-kapal dagang yang melintas Laut China Selatan sebelum melanjutkan perjalanan ke daratan lain.

Kelebihan Pelabuhan Penagi, selain letaknya strategis dan memiliki alur laut yang dalam, juga perairannya tenang karena diapit Pulau Kemudi dan Pulau Jantai.

Penagi yang semula dihuni warga asli Melayu akhirnya menjadi kampung pelabuhan yang amat ramai ketika itu.

Penghuninya bukan lagi hanya orang Melayu tapi juga orang Tionghoa yang awalnya datang dengan kapal "toa ko" (kapal besar) dari China daratan kemudian menetap di Penagi dan ada pula yang melanjutkan perjalanan ke Sedanau dan Pulau Midai, masih di wilayah Natuna. 

Seiring dengan terbentuknya Kabupaten Natuna yang berjuluk Bumi Laut Sakti Rantau Bertuah ini pada tahun 1999 dengan ibukota Ranai, pergeseran pusat ekonomi dari Penagi ke Ranai perlahan tapi pasti pun terjadi.

Ditambah lagi, Pertamina turut membuat sepi Kampung Penagi, sebab kapal dagang dan kapal penumpang seperti Pelni kemudian pindah ke Pelabuhan Selat Lampa.

Walaupun suasana Penagi sudah berubah, namun keharmonian masyarakatnya tidak berubah.

Sejak dulu masyarakat Melayu dan keturunan Tionghoa di Penagi hidup rukun damai ditandai dengan adanya dua rumah ibadah yang berdampingan tersebut.

Sekalipun bersebelahan, tidak pernah terdengar umat Kong Hu Chu di sana terusik dengan suara azan, ataupun Muslim di sebelahnya yang terganggu dengan hiruk pikuk klenteng.

Itulah sebuah harmoni yang patut dijaga karena bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi Kabupaten Natuna yang berjuluk Negeri di Gerbang Utara ini.

Nah, buat Anda yang ingin merasakan keharmonian itu terlebih saat Chinese New Year atau Imlek 2020 yang tinggal menghitung hari, bisa datang ke Natuna, pulau paling Utara perbatasan Indonesia ini, tepatnya ke Kampung Penagi di Kelurahan Bandarsyah, Kecamatan Bunguran Timur, di ujung Selatan kawasan militer pangkalan udara (Lanud). 

Anda bisa menggunakan maskapai penerbangan apapun menuju ke Kota Batam dan kemudian meneruskan penerbangan lagi ke Ranai dengan durasi tempuh sekitar 1 jam 45 menit.

Selanjutnya dari bandara terlebih dulu ke Ranai untuk cari penginapan dan makan. Esoknya baru ke Kampung Penagi yang berjarak lima kilometer dengan Ranai, hanya dipisahkan oleh  lapangan terbang pangkalan TNI AU, Lanud Raden Sadjad Natuna.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Surau Al Mukoramah dan Klenteng Pu Tek Chi yang bersebelahan di Kampung Penagi,  bukti harmoni terus bersemi dari dulu hingga kini. (foto: dok. kiki firdaus @qqfirdaoes)
2. Kampung Penagi di Kelurahan Bandarsyah, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupatem Natuna, Kepri berada di atas pernukaan Laut Natuna. (foto; dok. kiki firdaus @qqfirdaoes)
3. Paras Klenteng Pu Tek Chi di Kampung Penagi pada malam hari saat perayaan Imlek tahun lalu. (foto: dok. han @just.han)
4. Hiburan lion dan barongsai saat Imlek di Kampung Penagi. (foto: dok. han @just.han)
5. Warga Kampung Penagi merayakan Imlek di Klenteng Pu Tek Chi. (foto: dok. han @just.han)
6. Ini bukti lain kerukunan umat beragama di Natuna. (foto: dok. han @just.han)
7. Kendati tak seramai dulu, Kampung Tua Penagi punya daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata sejarah, bahari sekaligus religi. (foto: dok. kiki firdaus @qqfirdaoes)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP